BAB I
PENDAHULUAN
Dari awal sangat perlu dipahami
mengapa pengukuran kinerja organisasi (perusahaan) sangat penting dan vital.
Sebuah organisasi dalam hal ini perusahaan yang beroperasi tanpa system
pengukuran kinerja, seperti pesawat terbang yang terbang tanpa sebuah kompas,
seorang pembalap F1 yang mengemudi dan matanya ditutup. Atau seorang CEO yang
menjalankan bisnis tanpa sebuah rencana strategis. Tujuan dari pengukuran
kinerja tidak hanya bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja bisnis akan
tetapi mampu untuk menciptakan kinerja yang lebih baik. Tujuan utama
melaksanakan sistem pengukuran kinerja adalah untuk meningkatkan kinerja
organisasi sehingga dapat lebih baik melayani pelanggan, karyawan, pemilik, dan
stakeholder. Dimana, hasil pengukuran
kinerja yang baik akan menjadi informasi bagaimana keberadaan bisnis tersebut
dan bagaimana hal tersebut dilakukan, dan dimana itu terjadi.
Selama ini pengukuran kinerja hanya
dilakukan secara tradisional yaitu dengan menitikberatkan pada sisi keuangan.
Manajer yang berhasil mencapai tingkat keuntungan yang tinggi akan dinilai
berhasil dan memperoleh imbalan yang baik dari perusahaan. Penilaian kinerja
perusahaan yang semata-mata dari sisi keuangan akan dapat menyesatkan, karena
kinerja keuangan yang baik saat ini dapat dicapai dengan mengorbankan
kepentingan-kepentingan jangka panjang perusahaan. Dan sebaliknya, kinerja
keuangan yang kurang baik dalam jangka pendek dapat terjadi karena perusahaan
melakukan investasi-investasi demi kepentingan jangka panjang.
Untuk mengatasi masalah tentang
kelemahan system pengukuran kinerja perusahaan berfokus pada aspek keuangan dan
mengabaikan kinerja non keuangan, seperti kepuasan pelanggan, produktivitas
karyawan, dan sebagainya, maka diciptakanlah sebuah model pengukuran kinerja
yang tidak hanya mencakup keuangan saja melainkan non keuangan pula, yaitu
konsep Balanced Scorecard (BSC).
Konsep Balanced Scorecard menjadi
suatu sarana untuk mengkomunikasikan persepsi strategis dalam suatu perusahaan
secara sederhana dan mudah dimengerti oleh berbagai pihak dalam perusahaan,
terutama pihak-pihak dalam organisasi yang akan merumuskan strategi
perusahaan. Pengertian Balanced
Scorecard sendiri jika diterjemahkan bisa bermakna sebagai rapor kinerja
yang seimbang (Balanced). Scorecard adalah kartu yang digunakan
untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang dan/atau suatu kelompok, juga untuk
mencatat rencana skor yang hendak diwujudkan.
Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa penerpa konsep Balance Scorecard sangat berpengaruh
terhadap pencapaian tujuan perusahaan sebab Balanced Scorecard yang
telah dilakukan dapat menghasilkan perbaikan dan perubahan strategis yang
dilakukan untuk pencapaian kinerja yang akan dicapai dalam pengelolaan unit
usaha perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pengukuran Kinerja
Pengertian penilaian kinerja
(pengukuran kinerja) menurut Mulyadi (2007: 419) adalah sebagai penentu secara
periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan
karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Pengukuran kinerja dibutuhkan suatu
penilaian kinerja yang dapat digunakan menjadi landasan untuk mendesain sistem
penghargaan agar personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan kinerja
yang diharapkan oleh organisasi.
B.
Tujuan Sistem
Pengukuran Kinerja
Menurut Robert & Anthony (2001:
52), tujuan dari sistem pengukuran kinerja
adalah untuk membantu dalam menetapkan strategi. Dalam penerapan system pengukuran kinerja terdapat
empat konsep dasar :
1. Menentukan strategi
Dalam hal ini
paling penting adalah tujuan dan target organisasi dinyatakan secara ekspilit
dan jelas. Strategi harus dibuat pertama kali untuk keseluruhan organisasi dan
kemudian dikembangkan ke level fungsional dibawahnya.
2. Menentukan pengukuran strategi
Pengukuran
strategi diperlukan untuk mengartikulasikan strategi ke seluruh anggota
organisasi. Organisasi tersebut harus focus pada beberapa pengukuran kritikal
saja. Sehingga manajemen tidak terlalu banyak melakukan pengukuran indikator
kinerja yang tidak perlu.
3. Mengintegrasikan pengukuran ke dalam sistem manajemen
Pengukuran
harus merupakan bagian organisasi baik secara formal maupun informal, juga
merupakan bagian dari budaya perusahaan dan sumber daya manusia perusahaan.
4. Mengevaluasi pengukuran hasil secara berkesinambungan
Manajemen harus selalu mengevaluasi
pengukuran kinerja organisasi apakah masih valid untuk ditetapkan dari waktu ke
waktu.
Pengukuran kinerja membantu manajer
dalam memonitor implementasi strategi bisnis dengan cara membandingkan hasil
actual dengan sasaran dan tujuan strategis. Sistem pengukuran kinerja biasanya
terdiri atas metode sistematis dalam penempatan sasaran dan tujuan serta
pelaporan periodik yang mengidentifikasikan realisasi atas pencapaian sasaran
dan tujuan.
C.
Kelemahan
Pengukuran Kinerja
Robert S. Kaplan dan David P. Norton
(2000: 75) menyatakan bahwa kelemahan-kelemahan
pengukuran kinerja yang menitik beratkan pada kinerja keuangan yaitu :
1.
Ketidak mampuan mengukur kinerja
harta-harta tidak tampak (intangible Assets) dan harta-harta intelektual
(sumber daya manusia) perusahaan.
2. Kinerja keuangan hanya mampu bercerita mengenai
sedikit masa lalu perusahaan dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke
arah yang lebih baik.
D.
Pengertian
Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan suatu
sistem manajemen strategik atau lebih tepat dinamakan "Strategic
based responsibility accounting system” yang menjabarkan misi dan
strategi suatu organisasi ke dalam tujuan operasional dan tolok ukur kinerja
perusahaan tersebut. Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu balanced
dan scorecard. Scorecard artinya kartu skor, maksudnya adalah kartu skor yang
akan digunakan untuk merencanakan skor yang diwujudkan di masa yang akan
datang, sedangkan balanced artinya berimbang, maksudnya adalah untuk mengukur
kinerja seseorang atau organisasi diukur secara berimbang dari dua perspektif
yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan
ekstern (Mulyadi, 2005).
Balanced Scorecard merupakan suatu
system management strategi yang menjabarkan visi dan strategi suatu perusahaan
ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur. Tujuan dan tolak ukur dikembangkan
untuk setiap 4 (empat) perspektif yaitu : perspektif keuangan, perspektif
pelanggan, perspektif proses usaha dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
E. Manfaat Balanced Scorecard
Manfaat Balanced Scorecard bagi perusahaan menurut Kaplan dan Norton
(2000: 122) adalah sebagai berikut :
1.
Balanced Scorecard mengintegrasikan
strategi dan visi perusahaan untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka
panjang.
2.
Balanced Scorecard memungkinkan
manajer untuk melihat bisnis dalam perspektif keuangan dan non keuangan
(pelanggan, proses bisnis internal, dan belajar dan bertumbuh)
3.
Balanced Scorecard memungkinkan
manajer menilai apa yang telah mereka investasikan dalam pengembangan sumber
daya manusia, sistem dan prosedur demi perbaikan kinerja perusahaan dimasa
mendatang.
F. Kriteria
Balance Scorecard
Balanced Scorecard yang baik harus memenuhi
beberapa kriteria antara lain:
1.
Dapat mendefinisikan tujuan strategi
jangka panjang dari masing-masing perspektif (outcomes) dan mekanisme untuk
mencapai tujuan tersebut (performance driver) .
2. Setiap ukuran kinerja harus merupakan elemen dalam
suatu hubungan sebab akibat (cause and effect relationship).
3. Terkait dengan keuangan, artinya strategi perbaikan
seperti peningkatan kualitas, pemenuhan kepuasan pelanggan, atau inovasi yang
dilakukan harus berdampak pada peningkatan pendapatan perusahaan.
G.
Langkah-langkah Balanced Scorecard
Langkah-langkah Balanced Scorecard
meliputi empat proses manajemen baru. Pendekatan ini mengkombinasikan antara
tujuan strategi jangka panjang dengan peristiwa jangka pendek. Kempat proses
tersebut menurut (Kaplan dan Norton, 1996) antara lain :
1. Menterjemahkan visi, misi
dan strategi perusahaan
Untuk menentukan ukuran kinerja,
visi organisasi dijabarkan dalam tujuan dan sasaran. Visi adalah gambaran
kondisi yang akan diwujudkan oleh perusahaan di masa datang. Tujuan juga menjadi
salah satu landasan bagi perumusan strategi untuk mewujudkannya. Dalam proses
perencanaan strategik, tujuan ini kemudian dijabarkan dalam sasaran strategik
dengan ukuran pencapaiannya.
2. Mengkomunikasikan dan
mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis balanced scorecard
Dapat dilakukan
dengan cara memperlihatkan kepada tiap karyawan apa yang dilakukan perusahaan
untuk mencapai apa yang menjadi keinginan para pemegang saham dan konsumen. Hal
ini bertujuan untuk mencapai kinerja karyawan yang baik.
3. Merencanakan, menetapkan
sasaran, menyelaraskan berbagai inisiatif rencana bisnis
Memungkinkan
organisasi mengintegrasikan antara rencana bisnis dan rencana keuangan mereka.
Balanced scorecard sebagai dasar untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur
mana yang lebih penting untuk diprioritaskan, akan menggerakkan kearah tujuan
jangka panjang perusahaan secara menyeluruh.
4. Meningkatkan Umpan balik dan
pembelajaran strategis
Proses keempat
ini akan memberikan strategis learning kepada perusahaan. Dengan balanced
scorecard sebagai pusat sistem perusahaan, maka perusahaan melakukan monitoring
terhadap apa yang telah dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek.
H.
Empat
Perspektif Balanced Scorecard
Balanced
Scorecard adalah konsep yang mengukur kinerja suatu organisasi dari empat
perspektif yaitu perspektif finansial, perspektif customer, perspektif proses
bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Konsep Balanced
Scorecard ini pada dasarnya merupakan penerjemahan strategi dan tujuan yang
ingin dicapai oleh suatu perusahaan dalam jangka panjang, yang kemudian diukur
dan dimonitor secara berkelanjutan.
Menurut Kaplan
dan Norton (1996), Balanced Scorecard memiliki empat perspektif, antara lain :
1.
Perspektif
Keuangan (financial perspective)
Balanced
Scorecard menggunakan tolok ukur kinerja keuangan, seperti laba bersih dan ROI
(Return on Investment), karena tolok ukur tersebut secara umum digunakan dalam
organisasi yang mencari keuntungan/provit. Tolok ukur keuangan memberikan
bahasa umum untuk menganalisis perusahaan. Orang-orang yang menyediakan dana
untuk perusahaan, seperti lembaga keuangan dan pemegang saham, sangat
mengandalkan tolok ukur kinerja keuangan dalam memutuskan hal yang berhubungan
dengan dana.
Tolok ukur
keuangan yang didesign dengan baik dapat memberikan gambaran yang akurat untuk
keberhasilan suatu organisasi. Tolok ukur keuangan adalah penting, akan tetapi
tidak cukup untuk mengarahkan kinerja dalam menciptakan nilai (value). Tolok
ukur nonkeuangan juga tidak memadai untuk menyatakan angka paling bawah (bottom
line). Balanced scorecard mencari suatu keseimbangan dari tolok ukur kinerja
yang multiple-baik keuangan maupun nonkeuangan untuk mengarahkan kinerja
organisasional terhadap keberhasilan.
2.
Perspektif
Pelanggan (customer perspective)
Perspektif
pelanggan berfokus pada bagaimana organisasi memperhatikan pelanggannya agar
berhasil. Mengetahui pelanggan dan harapan mereka tidaklah cukup, suatu
organisasi juga harus memberikan insentif kepada manajer dan karyawan yang
dapat memenuhi harapan pelanggan. Bill Mariot mengatakan "Take care of
your employee and they take care of your customer”. Perhatikan karyawan anda
dan mereka akan memperhatikan pelanggan anda. Perusahaan umumya menggunakan
tolok ukur kinerja berikut, pada waktu mempertimbangkan perspektif pelanggan
yaitu :
a. Kepuasan pelanggan (customer satisfaction)
b.
Retensi pelanggan (customer
retention)
c.
Pangsa Pasar (market share)
d.
Pelanggan yang profitable
3.
Perspektif
proses usaha internal (internal business process perspective)
Terdapat hubungan sebab akibat antara perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan dengan perspektif usaha internal dan proses
produksi. Karyawan yang melakukan pekerjaan merupakan sumber ide baru yang
terbaik untuk proses usaha yang lebih baik.
Hubungan pemasok adalah kritikal untuk keberhasilan,
khususnya dalam usaha eceran dan perakitan manufacturing. Perusahaan tergantung
pemasok mengirimkan barang dan jasa tepat pada waktunya, dengan harga yang
rendah dan dengan mutu yang tinggi. Perusahaan dapat berhenti berproduksi
apabila terjadi problema dengan pemasok.
Pelanggan menilai barang dan jasa yang diterima dapat
diandalkan dan tepat pada waktunya. Pemasok dapat memuaskan pelanggan apabila
mereka memegang jumlah persediaan yang banyak untuk meyakinkan pelanggan bahwa
barang-barang yang diminati tersedia ditangan. Akan tetapi biaya penanganan dan
penyimpanan persediaan menjadi tinggi, dan kemungkinan mengalami keusangan
persediaan. Untuk menghindari persediaan yang berlebihan, alternatif yang
mungkin adalah membuat pemasok mengurangi throughput time. Throughput time
adalah total waktu dari waktu pesanan diterima oleh perusahaan sampai dengan
pelanggan menerima produk. Memperpendek throughput time dapat berguna apabila
pelanggan menginginkan barang dari jasa segera mungkin.
4.
Perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan (learn and growth/ infrastructure perspective)
Untuk tujuan
insentif, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berfokus pada kemampuan
manusia. Manajer bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan karyawan.
Tolok ukur kunci untuk menilai kinerja manajer adalah kepuasan karyawan,
retensi karyawan, dan produktivitas karyawan. Kepuasaan karyawan mengakui bahwa
moral karyawan adalah penting untuk memperbaiki produktivitas, mutu, kepuasan
pelanggan, dan ketanggapan terhadap situasi. Manajer dapat mengukur kepuasan
karyawan dengan mengirim survei, mewawancarain karyawan, mengamati karyawan
pada saat bekerja.
5.
Implementasi
Balanced Scorecard
Organisasi
sangat membutuhkan untuk menerapkan Balanced Sorecard sebagai satu set ukuran
kinerja yang multi dimensi. Hal ini mencerminkan kebutuhan untuk mengukur semua
bidang kinerja yang penting bagi keberhasilan organisasi. Pendekatan yang
paling luas dikenal sebagai pengukuran kinerja. Balanced Scorecard sekarang
banyak digunakan sebagai untuk pengembangan strategi dan sebagai alat eksekusi
yang dikembangkan dalam lingkungan operasional. Balanced Scorecard
menerjemahkan visi dan misi serta strategi perusahaan ke dalam seperangkat
ukuran kinerja yang dimengerti (indikator), sehingga strategi dapat dipahami,
dikomunikasikan dan diukur, dengan demikian, berfungsi untuk semua kegiatan.
Selain itu, indikator memungkinkan pemantauan tingkat akurasi pelaksanaan
strategi (Kaplan & Norton, 1996).
Balanced
Scorecad telah banyak diterapkan sebagai alat ukur kinerja baik dalam bisnis
manufaktur dan jasa. Penerapannya adalah dengan berfokus pada empat perspektif
Balanced Scorecard. Pembahasan mengenai pengukuran kinerjadengan menggunakan
Balanced Scorecard lebih sering dilakukan dalam konteks penerapannya pada
perusahaan atau organisasi yang bertujuan mencari laba (profit-seeking
organisations). Jarang sekali ada pembahasanmengenai penerapan Balanced
Scorecard pada organisasi nirlaba (not-for- profit organisations) atau
organisasi dengan karakteristik khusus seperti koperasi, yang ditandai
relational contracting, yakni saat owner dan consumer adalah orang yang sama,
serta di mana mutual benefit anggota
menjadi prioritasnya yang utama (Merchant, 1998).
Pada
organisasi-organisasi semacam ini, keberhasilan haruslah lebih didasarkan pada
kesuksesan pencapaian misi secara luas daripada sekedar perolehan keuntungan.
Pengukuran aspek keuangan ternyata tidak mampu menangkap aktivitas-aktivitas
yang menciptakan nilai (value-creating activities) dari aktiva-aktiva tidak
berwujud seperti:
1.
Ketrampilan, kompetensi, dan
motivasi para pegawai;
2. Database dan teknologi informasi;
3. Proses operasi yang efisien dan responsif;
4. Inovasi dalam produk dan jasa;
5. Hubungan dan kesetiaan pelanggan; serta
6. Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan,
dan darimasyarakat (Kaplan dan Norton, 2000)
Dengan Balanced Scorecard para
manajer perusahaan akan mampumengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan
penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan
masa yang akan datang. Balanced
Scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam
pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja
di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang telah
dibina dalam intangible assets seperti merk dan loyalitas pelanggan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. PROFIL PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK
1. Sejarah Perusahaan
Nama “Garuda” diberikan oleh
Presiden Soekarno di mana nama tersebut diambil dari sajak Belanda yang ditulis
oleh penyair terkenal pada masa itu, Noto Soeroto; "Ik ben Garuda,
Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen", yang
artinya, “Saya Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas
kepulauan Anda”.
Sejarah Garuda Indonesia sebagai
bagian dari sejarah industri penerbangan komersial di Indonesia dimulai ketika
bangsa yang muda ini berjuang untuk kemerdekaannya. Penerbangan komersial
pertama dari Calcutta ke Rangoon dilakukan pada 26 Januari 1949, dengan pesawat
Douglas DC-3 Dakota bernomor “RI 001” yang bernama “Indonesian Airways”. Di
tahun yang sama, pada 28 Desember 1949, pesawat DC-3 lain yang terdaftar
sebagai “PK-DPD” dengan logo “Garuda Indonesian Airways” terbang dari Jakarta
ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Ini adalah penerbangan pertama
yang dilakukan atas nama Garuda Indonesian Airways.
Setahun kemudian, pada 1950, Garuda
Indonesia resmi terdaftar sebagai Perusahaan Negara. Pada periode tersebut,
perusahaan ini mengoperasikan armada yang terdiri dari 38 pesawat, termasuk 22
DC-3, 8 Catalina flying boat, dan 8 Convair 240. Armada ini terus bertambah,
dan Garuda Indonesia melakukan penerbangan pertamanya ke Mekkah ketika membawa
jemaah haji Indonesia pada 1956. Rute penerbangan oleh Garuda Indonesia ke
negara-negara Eropa dimulai pada 1965 dengan Amsterdam sebagai tujuan akhirnya.
Selama tahun 80-an, Garuda Indonesia
melakukan restrukturisasi berskala besar untuk operasi dan armadanya. Pada masa
inilah perusahaan ini mulai mengembangkan program pelatihan yang komprehensif
untuk staf serta awak kabinnya, sekaligus mendirikan fasilitas pelatihan di
Jakarta Barat yang dinamai Garuda Indonesia Training Center. Perusahaan ini
juga membangun sebuah Pusat Pemeliharaan Pesawat di Bandara Internasional
Soekarno-Hatta.
Di awal era 90-an, Garuda Indonesia
mengembangkan strategi jangka panjang yang diaplikasikan hingga tahun 2000.
Perusahaan ini terus mengembangkan armadanya dan Garuda Indonesia pun masuk
dalam jajaran 30 maskapai terbesar di dunia.
Di samping inisiatif di pengembangan
bisnis, tim manajemen baru mengelola perusahaan ini pada awal 2005, dan
rencana-rencana baru diformulasikan untuk masa depan Garuda Indonesia.
Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang yang komprehensif dan
restrukturisasi keseluruhan di perusahaan ini. Tujuannya adalah meningkatkan
efisiensi operasional, mendapatkan stabilitias keuangan yang melibatkan
usaha-usaha di restrukturisasi utang termasuk kewajiban penyewaan (leasing
liabilities) dari European Export Credit Agency (ECA), peningkatan kesadaran di
antara karyawan tentang pentingnya pelayanan bagi para penumpang, dan, yang
paling penting, menghidupkan kembali dan merevitalisasi semangat Garuda
Indonesia. Kesuksesan program restrukturisasi utang dalam perusahaan ini
membuka jalan bagi Garuda Indonesia untuk menawarkan sahamnya ke publik (go
public) pada 2011.
2.
Visi dan Misi
Perusahaan
Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan penerbangan yang
handal dengan menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia
menggunakan keramahan Indonesia.
Misi Perusahaan
Sebagai perusahan penerbangan
pembawa bendera bangsa Indonesia yang mempromosikan Indonesia kepada dunia guna
menunjang pembangunan ekonomi nasional dengan memberikan pelayanan yang
profesional.
3. Struktur Organisasi
BALANCED
SCORECARD
Penerapan balanced scorecard di pada
PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dapat dilihat dari uraian yang penulis
kemukakan di makalah ini merupakan balanced scorecard secara keseluruhan baik
itu dari perspektif bisnis internal, kepuasan pelanggan, keuangan dan
perumbuhan dan pembelajaran.
Garuda Indonesia adalah maskapai
penerbangan Indonesia yang berkonsep sebagai full service airline (maskapai
dengan pelayanan penuh). Saat ini Garuda Indonesia mengoperasikan 82 armada
untuk melayani 33 rute domestik dan 18 rute internasional termasuk Asia
(Regional Asia Tenggara, Timur Tengah, China, Jepang dan Korea Selatan),
Australia serta Eropa (Belanda).
Sebagai bentuk kepeduliannya akan
keselamatan, Garuda Indonesia telah mendapatkan sertifikasi IATA Operational
Safety Audit (IOSA). Hal ini membuktikan bahwa maskapai ini telah memenuhi
standar internasional di bidang keselamatan dan keamanan.
Untuk meningkatkan pelayanan, Garuda
Indonesia telah meluncurkan layanan baru yang disebut "Garuda Indonesia
Experience". Layanan baru ini menawarkan konsep yang mencerminkan
keramahan asli Indonesia dalam segala aspek. Untuk mendukung layanan ini, semua
armada baru dilengkapi dengan interior paling mutakhir, yang dilengkapi LCD TV
layar sentuh individual di seluruh kelas eksekutif dan ekonomi. Selain itu,
penumpang juga dimanjakan dengan Audio and Video on Demand (AVOD), yaitu sistem
hiburan yang menawarkan berbagai pilihan film atau lagu, sesuai pilihan
masing-masing penumpang.
Berbagai penghargaan pun telah
diterima oleh Garuda Indonesia sebagai bukti dari keunggulannya. Pada tahun
2010, Skytrax menobatkan Garuda Indonesia sebagai “Four Star Airline” dan
sebagai “The World's Most Best Improved Airline”. Selanjutnya pada Juli 2012,
Garuda Indonesia mendapatkan penghargaan sebagai “World's Best Regional
Airline” dan “Maskapai Regional Terbaik di Dunia”. Sebuah lembaga
konsultasi penerbangan bernama Centre for Asia Aviation (CAPA), yang berpusat
di Sydney, juga memberikan penghargaan kepada Garuda Indonesia sebagai
"Maskapai yang Paling Mengubah Haluan Tahun Ini", pada tahun 2010.
Sedangkan Roy Morgan, lembaga peneliti independen di Australia, juga memberikan
penghargaan kepada Garuda Indonesia sebagai “The Best International Airline”
pada bulan Januari, Februari dan Juli 2012.
Garuda Indonesia memang telah
berhasil mengubah haluannya, sehingga terhindar dari kegagalan di masa krisis
dan meraih kesuksesan pada era 2006 hingga 2010. Setelah melalui masa-masa
sulit, kini Garuda Indonesia melanjutkan kesuksesan dengan menjalankan program
5 tahun ekspansi secara agresif. Program ini dikenal dengan nama ‘Quantum
Leap’. Program ini diharapkan akan membawa perusahaan menjadi lebih besar lagi,
dengan jaringan yang lebih luas dan diiringi dengan kualitas pelayanan yang
semakin baik.
Saat ini Garuda Indonesia memiliki
tiga hub di Indonesia. Pertama adalah hub bisnis yang berada di Bandara Soekarno-Hatta,
Jakarta. Kedua adalah hub di daerah pariwisata yang berada di Bandara Ngurah
Rai, Denpasar, Bali. Kemudian untuk meningkatkan frekuensi penerbangan ke
bagian timur Indonesia, Garuda Indonesia juga memiliki hub di Bandara Sultan
Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Terlepas dari bisnis utamanya
sebagai maskapai penerbangan, Garuda Indonesia juga memiliki unit bisnis
(Strategic Business Unit/SBU) dan anak perusahaan. Unit bisnis Garuda Indonesia
adalah :
1.
Garuda Cargo
2. Garuda Medical Center.
Sedangkan anak perusahaan Garuda
Indonesia adalah :
1.
PT Citilink Indonesia, yaitu
maskapai tarif rendah (Low Cost Carrier),
2. PT Aerowisata (hotel, transportasi darat, agen
perjalanan dan katering),
3. PT Abacus Distribution System Indonesia (penyedia layanan
sistem pemesanan tiket)
4. PT Aero System Indonesia/Asyst (penyedia layanan
teknologi informasi untuk industri pariwisawata dan transportasi)
5. PT Garuda Maintenance Facility (GMF AeroAsia), yaitu
perusahaan yang bergerak di bidang perawatan pesawat, perbaikan, dan overhaul.
Jenis pesawat
standarisasi yang dipakai yaitu jenis Boeing B737-800NG dan Bombardier
CRJ1000NextGen untuk rute jarak pendek dan regional, Airbus A330-200/300 untuk
rute jarak menengah, Boeing B777-300ER untuk rute jarak jauh, dan Airbus
A320-200 untuk Citilink
Pada bulan Februari 2011 Garuda
Indonesia melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO)
di Bursa Efek Indonesia dan sukses meraih dana sebesar Rp 3,3 triliun.
Penambahan modal tersebut telah memperbaiki fundamental keuangan Perusahaan,
termasuk kemampuan arus kas untuk aktivitas investasi bagi peremajaan armada
Garuda Indonesia. Seiring dengan peningkatan jumlah penumpang dan efisiensi
biaya operasional secara keseluruhan, Garuda Indonesia mampu membukukan
peningkatan pendapatan usaha dan laba bersih yang signifikan pada tahun 2011.
Berikut ini adalah kinerja PT.
Garuda Indonesia (Persero) Tbk di lingkup domestic :
Berikut ini adalah kinerja PT.
Garuda Indonesia (Persero) Tbk di lingkup internasional :
Kinerja Keuangan PT. Garuda
Indonesia (Persero) Tbk 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut :
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Untuk mendukung program 5 tahun
ekpansi secara agresif yang telah ditetapkan oleh PT. Garuda Indonesia
(Persero) Tbk sebagai wujud penerapan balanced scorecard maka strategi yang
dapat dilakukan yaitu :
1.
Menumbuhkan volume bisnis untuk
mendominasi pasar penerbangan “Full Service Carrier” domestik yang sangat
potensial di Indonesia. Transportasi udara adalah transportasi paling efisien
untuk negara kepulauan seperti Indonesia dengan sekitar 6.000 pulau yang
berpenghuni. Dalam konteks Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, pembangunan di enam koridor ekonomi di
seluruh Indonesia akan semakin meningkatkan kebutuhan sarana transportasi.
Kenaikan pendapatan per kapita dan makin besarnya populasi masyarakat kalangan
menengah juga akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi udara. Sebagai
satu-satunya penerbangan Full Service Carrier (FSC) domestik, Garuda Indonesia
memiliki posisi yang baik untuk mendominasi pasar FSC dalam negeri khususnya
dalam memenuhi kebutuhan penumpang premium untuk penerbangan langsung ke
berbagai destinasi di Indonesia
2. Bersaing untuk merebut pangsa pasar di segmen internasional
yang menjanjikan banyak peluang untuk tumbuh. Indonesia merupakan salah satu
pusat keuangan di kawasan Asia dan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi
paling dinamis di dunia akhir-akhir ini,yang antara lain telah berdampak pada
makin besarnya populasi kelas menengah Indonesia. Indonesia juga dikenal sejak
lama akan daya tarik budaya dan alam sebagai salah satu tujuan wisata dunia.
Kondisi ini dipercaya akan mendorong jumlah penumpang internasional yang
berpergian ke Indonesia, maupun penumpang lokal yang bepergian ke luar negeri,
baik untuk bisnis maupun berlibur.
3. Mengembangkan bisnis Low Cost Carrier melalui Citilink
di Indonesia sebagai pelengkap untuk mendorong pertumbuhan perusahaan secara
keseluruhan. Pasar penerbangan berbiaya rendah di Indonesia dalam tiga tahun
terakhir ini tercatat tumbuh rata-rata 15% per tahun (sumber data: Kementerian
Perhubungan). Prospek ke depan di segmen pasar ini juga sangat cerah mengingat
semakin banyaknya populasi Indonesia yang mampu bepergian dengan pesawat udara
sebagai moda transportasi yang paling efektif untuk tujuannya.
4. Mengembangkan dan sekaligus menyederhanakan serta
meremajakan armada untuk meningkatkan volume bisnis dan mempertahankan daya
sain. Garuda Indonesia tengah melakukan program pengembangan armada melalui
penambahan pesawat agar dapat lebih maksimal menangkap peluang pertumbuhan di
masing-masing segmen pasar yang dilayani, yaitu penerbangan domestik,
internasional dan LCC (Citilink).
5. Mengembangkan brand yang kuat yang didukung oleh
kualitas produk dan layanan sebagai diferensiasi untuk memenangkan persaingan.
Nuansa keramahtamahan dan keragaman budaya Indonesia yang telah dikenal luas di
dunia menjadi modal utama untuk membentuk brand Garuda Indonesia yang kuat dan
berbeda dengan pesaing-pesaingnya.
6. Melakukan upaya-upaya efisiensi biaya tanpa
mengorbankan kualitas pelayanan, agar mampu mencapai struktur biaya yang
bersaing. Garuda Indonesia tetap berfokus pada upaya-upaya efisiensi biaya,
tanpa mengurangi kualitas layanan sebagai sebuah FSC. Hal ini antara lain dapat
dicapai melalui pengoperasian pesawat-pesawat baru dengan mesin model mutakhir,
peningkatan utilisasi pesawat guna menambah produktivitas aset, serta pemakaian
dan pemutakhiran sistem Teknologi Informasi untuk pekerjaan front office dan
back office. Melalui upaya-upaya ini, Garuda Indonesia diharapkan dapat
memperoleh struktur biaya yang lebih baik dibandingkan pesaing, sehingga mampu
bertahan dalam persaingan bisnis dan sekaligus meraih pertumbuhan ke depa
7. Human (Capital Right Quality & Right Quantity)
a.
Memenuhi kebutuhan akan sumber daya
manusia dari sisi jumlah, kualitas dan kualifikasi guna mendukung kinerja saat
ini dan pengembangan usaha ke depan.
b.
Keberadaan sumber daya manusia dalam
jumlah yang memadai, kualitas yang tepat dan kualifikasi yang diperlukan sesuai
dengan kebutuhan bisnis merupakan modal utama Garuda Indonesia dalam
meningkatkan kinerja dan mendorong pertumbuhan lebih tinggi ke depan.
Penambahan kru pesawat dan kru pendukung lainnyaharus terus diupayakan
untuk mengimbangi perluasan armada. Pemenuhan standar kualifikasi karyawan
diupayakan antar lain melalui program pendidikan manajemen dan kepemimpinan
bekerja sama dengan General Electric. Sementara kualitas karyawan dikembangkan
melalui sosialisasi dan internalisasi budaya kerja Fly
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus