BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang sangat
pesat, khususnya teknologi Di bidang informasi, telah membawa umat
manusia ke suatu era yang belum pernah
dialami sebelumnya. Cepatnya harus informasi telah memungkinkan apa yang terjadi di belahan dunia yang satu dapat
segera diketahui, dan hal ini akan mempengaruhi tindakan dan keputusan -
keputusan orang dalam berbagai bidang yang berada dibelahan dunia yang
lain. Fenomena dimana dunia semakin mengecil serta adanya interdependensi yang
semakin besar diantara bangsa-bangsa inilah yang sering dinamakan sebagai era
globalisasi.
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia yang sedang giat-giatnya
membangun, tentu tidak luput dari pengaruh globalisasi ini. Pengaruh
globalisasi terlihat di berbagai aspek pembangunan,baik pembangunan fisik maupun pembangunan yang
bersifat nonfisik, dimana unsur manusia nya lebih besar peranannya. Berbicara
mengenai pembangunan tentu tidak terlepas dari sumber daya manusia yang ada.
Pembangunan menurut La-Piere, (1981) adalah
merupakan usaha yang secara sistematis
direncanakan dan dilakukan untuk mengubah situasi dan kondisi masyarakat
ke taraf yang lebih sempurna. Pengertian di atas mengandung makna bahwa
pembangunan, sebenarnya merupakan perubahan
tingkah laku manusia sebagai warga negara yang sedang membangun.
Dalam kaitannya dengan pengertian diatas sumber daya manusia dalam pembangunan mengandung arti bahwa manusia itu
sendiri merupakan instrumen untuk mencapai perubahan yang direncanakan sekaligus
menjadi sasaran pembangunan. Dengan demikian manusia sebagai instrumen yang
berarti alat, mengindikasikan bahwa
manusia berperan sebagai obyek dan
sasaran pembangunan itu sendiri.
Sebagaimana diuraikan dalam GBHN (Garis Besar Haluan Negara) tahun 1988-1993
secarajelas dinyatakan bahwa manusia Indonesia merupakan subyek sekaligus obyek dari pembangunan.
Oleh Karenanya sebagai obyek dan subyek pembangunan, manusia
memegang peranan yang sangat penting.
Masyarakat Indonesia yang terdiri dari banyak suku bangsa dan sedang berkembang ke era industrialisasi yang
diikuti kemajuan yang pesat dibidang informasi dan transportasi, tidak saja
memperkecil jarak antar bangsa tetapi juga meningkatkan tukar rnenukar informasi,
saling mempengaruhi satu sama lain.
Selain itu interaksi sosial dari berbagai kelompok etnis yang tersebar di
berbagai pelosok tanah air yang terdiri dari ribuan pulau juga meningkat.
Sebagai konsekuensi antar kelornpok etnis dan semakin banyak organisasi atau perusahaan ataupun kelompok kerja lainyang
beranggotakan orang dari berbagai kelornpok etnis, golongan, agarna, ras dan
sukubangsa. (Setiadi, 1993).
Masing-masing suku bangsa yang ada di Indonesia menurut Martaniah, (1984)
sudah barang tentu rnemiliki latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Dengan
rnengetahui perbedaan - perbedaan tersebut bukan berarti bertujuan untuk memisah – misahkan mereka
atau menonjolkan jurang pemisah di antara suku bangsa yang ada, akan tetapi
justru dengan mengetahui
perbedaan-perbedaan tersebut akan dapat dicarikan jalan keluar untuk lebih
mempersatukan. Namun demikian tidak dipungkiri dengan adanya perbedaan -
perbedaan latar belakang kehidupan suku bangsa tersebut akan dapat memicu
terjadinya prasangka sosial. Mar'at, (1982) mengemukakan bahwa suatu bangsa
yang memiliki heterogenitas dari
kelompok - kelompok etnis senantiasa rnenimbulkan isu-isu yang menjurus kearah
prasangka sosial.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian prasangka sosial ?
2. Apa sebab – sebab timbulnya prasangka ?
3. Jelaskan terbentuknya jarak sosial ?
4. Bagaimana usaha mengurangi prasangka sosial ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui pengertian prasangka sosial
2. Mengetahui sebab – sebab timbulnya
prasangka
3. Mengetahui terbentuknya jarak sosial
4. Mengetahui usaha mengurangi prasangka sosial
D.
Manfaat
Makalah ini dibuat dan disusun agar mampu
membawa suatu manfaat diantarnya :
1.
Menjadi
bahan tambahan untuk perkuliahan mahasiswa dan dosen pengajar.
2.
Sebagai
literatur materi khusus psikologi sosial
3.
Bermanfaat
bagi pembaca dan memberi pengetahuan para penikmat pendidikan.
4.
Agar
bisa menjadi salah satu acuan dalam belajar memahami psikologi sosial terutama tentang motif sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prasangka Sosial
Di dalam kehidupan sehari-hari, istilah prasangka
(prejudice) adalah sikap prasaan orang-orang terhadap golongan manusia
tertentu, golongan ras atau kebudayaan yang berbeda dengan golongan orang yang
berprasangka itu, prasangka sosial terdiri atas attitude-attitude sosial yang
negatif terhadap golongan orang lain dan tidak mempengaruhi tingkah lakunya
terhadap golongan manusia lain. Prasangka sosial yang pada awalnya hanya
merupakan sikap-sikap perasaan negatif itu lambat laun menyatakan dirinya dalam
tindakan-tindakan yang diskriminatif terhadap orang-orang yang termasuk
golongan yang di perasangka itu tanpa terdapat alasan-alasan yang objektif.
Pada pribadi orang yang dikenai tindakan-tindakan diskriminatif. Atau perasangka
sosial adalah sebuah sikap terhadap anggota kelompok tertentu, semata-mata
berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut, prasangka terhadapa
kelompok lain bisanya cenderung mengevaluasi anggotanya dengan cara yang sama
(bisanya negatif) tingkah laku pribadi mereka memainkan peranyang kecil mereka
tidak disukai. Hanya karena mereka termasuk dalam kelompok tertentu. Sebaliknya
diskriminasi merujuk pada aksi negatif terhadap kelompok yang menjadi sasaran
prasangka. Adorno menyatakan bahwa prasangka adalah merupakan salah satu tipe
kepribadian. Oleh karena itu, kita tidak dapat menyalahkan suatu tindakan
kekerasan yang mengakibatkan timbulnya kerusakan, apalagi kerusakannya hanya
sebatas wilayah di mana kekerasan itu terjadi (rasisme misalnya).
Pengertian
prasangka sosial menurut beberapa ahli antara lain :
1.
Menurut Kimball Young menyatakan prasangka adalah mempunyai
ciri khas pertentang-an antara kelompok yang ditandai oleh kuatnya im group dan
out group.
2.
Menurut Sherif and Sherif menyatakan prasangka sosial adalah
sikap negatif para anggota suatu kelompok,berasal dari norma mereka anut kepada
kelompok lain beserta anggota-nya.
3.
Menurut Mar’at menyatakan bahwa prasangka sosial adalah dugaan-dugaan yang memi-liki nilai
positif atau negatif,tetapi biasanya lebih negatif.
4.
Menurut Brehm dan Kassin memyatakan
bahwa prasangka sosial adalah perasaan negatif terhadap seseorang semata
berdasarkan keanggotanya dalam kelompok tertentu.
5.
Menurut Kartono menyatakan bahwa prasangka merupakan
pernilaian yang terlalu tegesa-gesa,berdasarkan generalisai yang terlalu
cepat,sifatnya berat sebelah,dan disertai dengan tindakan menyenderhanakan kenyataan.
B. Sebab-sebab timbulnya prasangka
social
Prasangka timbul dari adanya norma sosial, seperti yang
terjadi pada anak-anak di amerika serikat prasangka terhadap orang negro
terlihat pada tahu-tahun prasekolah anak menyadari bahwa itu telah termasuk
dalam kelompoknya yaitu keluarga nya dan meluas kepada bangsanya.
Orang tidak begitu saja berprasangka terhadap orang lain.
Tetapi ada faktor tertentu yang menyebabkan ia berprasangka, dan prasangka di
sini berkisar pada masalah yang bersifat negatif terhadap orang atau kelompok
lain. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya prasangka.
1.
Orang dalam berprasangka dalam rangka mencari kambing hitam.
Dalam berusaha seseorang mengalami kegagalan atau kelemahan, sebab dari
kegagalan atau kelemahantidak di caridirinya sendiri tetapi pada orang lain.
Orang lain inilah yang dijadikan kambing hitam sebagai sebab kegagalannya.
2.
Orang berprasangka karena memang ia sudah di persiapkan
didalam lingkungannya atau kelompok untuk berprasangka attitude tidak di bawa
oleh manusia sejak dilahirkan, tetapi bermacam-macam attitude itu di pelajari
dan di bentuk pada manusia selama perkembangannya, seorang anak kecil tidak
mempunyai attitude tetapi ia memprolehnya pertama-tama dari orang tua dan
keluarganya yang merupakan kelompok primer baginya yang pertama-tama mendidik
atau merupakan lingkungan sosial pertama tampak anak itu berkembang sebagai
manusia sosial demikian halnya dengan prasangka sosial yang tidak di bawa sejak
lahir tetapi di bentuk selama perkembangannya, baik melalui didikan maupun
dengan cara identifikasi dengan orang lain yang sudah berprasangka.
3.
Prasangka timbul karena adanya perbedaan, di mana perbedaan
ini menumbulkan prasaan superior. Perbedaan disini bisa meliputi.
a) Perbedaan fisik /biologis
b) Perbedaan lingkungan / geografis
c) Perbedaan kekayaan
d) Perbedaan status sosial
e) Perbedaan kepercayaan
4.
Prasangka timbul karena kesan yang menyakitkan atau
pengalaman yang tidak menyenangkan
5.
Prasangka timbul karena adanya anggapan yang sudah menjadi
pendapat umum atau kebiasaan di dalam lingkungan tertentu. Seperti orang
berprasangka pada status ibu tiri.
C.
Terbentuknya jarak sosial
Prasangka sosial merupakan gejala psikologi sosial,
prasangka sosial ini merupakan masalah yang penting di bahas di dalam
intergruop relation, prasangka sosial atau juga prasangka klompok yaitu suatu
prasangka yang diperlihatkan anggota-anggota suatu kelompok terhadap
kelompok-kelompok lain termasuk para anggotanya satu kelompok menilai kelompok
lain dengan norma atau ukuran yang terdapat di dalam klompoknya sendiri.
1. Dengan adanya penyelidikan yang
cukup lama terlihat bahwa sosial distance di hembuskan dari group yang dominan
sesuai dengan status dan sudut pandangannya. Agar grup-grup yang lemah atau
group minoritas dapat di terima kedalam gr0up moyoritas mau tidak mau harus
mnyesuaikna diri dengan kelompok mayoritas dan ia harus mnerima status yang
diberikan.
2. Disamping itu menurut observasinya
Allport berkesimpulan bahawa social doistance dalam suatu masyarakat hanya
terdapat pada masyarakat yang heterogen yang didalam nya terdapat kelompok-
kelompok yang memiliki fungsi dan interest yang berbeda beda.
3. Adanya rasa superioritas atau
keunggulan kelompok atas kelompok yang lain, rasa superioritas bisa bersumber
pada agama, geografis rasa, warna kulit dan sebagainya, anggota keolompok di
sini menganggap bahwa kelompok lain berada jauh di bawah kelompoknya.
Faktor – Faktor yang dapat
menimbulkan prasangka antara lain :
Warna kulit, tingkat hidup, agama dan sebagainya. Pada tahun
1935 dodd di dalam penelitianya menemukan bahwa social distance yang terbesar
ada pada kelompok keagamaan.
Timbulnya prasangka dapat diperkuat oleh keadaan politik
individu atau kelompok yang diliputi prasangka memiliki sikap serta pandangan
yang tidak obyektif dan wajar.
Hal ini tentu saja merupakan perkembangan kepribadianya.
Misalnya Orang Amerika terhadap Orang Negro.
D.
Usaha mengurangi prasangka sosial
Usah-usaha mengurangi prasangka sosial antara golongan itu
kiranya jelas harus di mulai pada didikan, jelasnya bahwa orasangka sosial itu
sebenarnya adalah karena salah sangka, miss informasi, miss interprestasi. Oleh
karena itu usah untuk mengurangi atau menghilangkan prasangka tetap di jalankan
, di kembangkan dan di usahakan perbaikannya. Usaha mengurangi prasangka ini di
bedakan atas atas dua usaha .
1.
Usaha preventif: ini berupa usaha jangan sampai orang atau
kelompok terkena prasangaka. Menciptakan situasi atau susasana yang tentram,
damai, jauh dari rasa permusahan. Melainkan dalam arti lapang dada dalam
bergaul dengan sessama manusia meskipun ada perbedaan, perbedaan bukan berarti
pertentangan , memperpendek jarak sosial sehingga tidak sempat timbul
prasangka. Usaha ini sebaiknya harus di lakukan oleh orang tua pada anak, guru
terhadap anak didiknya, masyarkat, media dan sebagainya.
2.
Usaha curatif. Usaha ini menyembuhkan orang yang sudah
terkena prasangka, usaha disini berupa usaha menyadarkan. Prasangka adalah hal
yang selalu merugikan tidak ada hal yang bersifat positif bagi kehidupan
bersama , justru adanya prasangka itu pihak luar/pihak ketiga melahan dapat
menarik kuntungan dengan jalan memperalat atau menimbulkan suasana panas dan
kacau dari golongan yang diprasangkai demi keuntungan pihak ketiga.
E. Prasangka
dan Diskriminasi
Prasangka adalah Sikap yang negatif terhadap sesuatu
tanpa ada alasan yang mendasar atas pribadi tersebut.
Diskriminasi adalah Pembedaan perlakuan terhadap sesama
warga negara ( berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dsb)
Apabila kita berbicara tentang prasangka dan diskriminasi
adalah stereotyping,
yaitu suatu kecenderungan untuk mengidentifikasi dan mengeneralisasi setiap
individu, benda dan sebagainya ke dalam katagori-katagori yang sudah dikenal.
Prasangka dan diskriminasi berhubungan erat satu dengan
yang lainnya karena pada teorinya prasangka bersumber pada satu sikap dan
diskriminasi menunjuk pada satu sikap, prasangka dapat menjadi dasar dari
diskriminasi, dan pada akhirnya mereka akan melakukan tindakan yang negatif.
Contoh prasangka adalah adanya persaingan antar individu
secara berlebihan dalam suatu lingkungan, misalnya persaingan antar karyawan
dalam suatu tempat kerja.
Sedangkan contoh diskriminasi adalah Cina sebagai kelompok minoritas, sering menjadi sasaran
rasial, walaupun secara yuridis telah menjadi warga negara Indonesia dan dalam
UUD 1945 Bab X Pasal 27 dinyatakan bahwa semua warga negara mempunyai kedudukan
yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
Apabila muncul suatu sikap berprasangka dan diskriminatif
terhadap kelompok sosial lain, atau terhadap suku bangsa , kelompok etnis
tertentu, bisa jadi akan menimbulkan pertentangan-pertentangan yang lebih luas.
Suatu
contoh : Beberapa peristiwa yang semula menyangkut berapa orang saja bisa
menjadi luas dan melibatkan sejumlah orang, misalnya akibat berebut pacar antar
geng motor bisa menyebabkan kerusuhan dan meresahkan orang lain.
Praktek
Diskriminasi etnik yang terjadi pada kerusuhan pada masa Orde Baru Mei 1998
yang lalu di Jakarta juga merupakan Representasi paling nyata adanya prasangka
terhadap minoritas, khususnya etnis China terjadi pada Mei 1998. saat itu harta
mereka di jarah, anak perempuan di perkosa dan rumah serta pertokoan mereka di
bakar habis.
F. Prasangka Sosial Perspektif
Islam
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah
ayat 216)
Prasangka merupakan hasil dari proses persepsi. Seseorang
menerima informasi mengenai objek lalu mempersepsikannya. Persepsi merupakan merupakan perangkat yang
dapat digunakan oleh seluruh makhluk. Namun, Allah SWT memberikan perangkat
persepsi lain yang dapat membedakan manusia dengan makhluk lainnya, yaitu akal.
Sebenarnya, prasangka seseorang secara tidak langsung ditujukan
pada Allah SWT. (Tuhan manusia itu sendiri). Namun, hal itu diarahkan pada
orang lain atau kelompok lain. Maka dari itu, tidak ada seorangpun yang bisa
merdeka dari prasangka buruk ini, kecuali orang yang arif tahu akan Allah,
Asma’ dan Sifat-Nya, serta keyakinan adanya hikmah (kebaikan dibalik ciptaan
Allah SWT). Ini sesuai hadist yang berbunyi: “Sesungguhnya Allah mengikuti persangkaan
hamba-Nya”. Oleh karena itu prasangka dapat dihilangkan dengan cara
husnudzon
(baik sangka) dalam melakukan persepsi yang didasari oleh kekuatan iman dan
paham akan hikmah yang Allah tetapkan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Di dalam kehidupan sehari-hari,
istilah prasangka (prejudice) adalah sikap prasaan orang-orang terhadap
golongan manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan yang berbeda dengan
golongan orang yang berprasangka itu, prasangka sosial terdiri atas
attitude-attitude sosial yang negatif terhadap golongan orang lain dan tidak
mempengaruhi tingkah lakunya terhadap golongan manusia lain. Usaha mengurangi
prasangka ini di bedakan atas atas dua usaha :
1.
Usaha preventif: ini berupa usaha jangan sampai orang atau
kelompok terkena prasangaka.
2.
Usaha curatif. Usaha ini menyembuhkan orang yang sudah
terkena prasangka, usaha disini berupa usaha menyadarkan.
B.
Saran
Secara
umum pendidik, baik guru maupun orang tua dalam mengarahkan belajar anak
hendaklah harus lebih memperhatikan masalah yang terkait dengan pemenuhan
kebutuhan psikologis, perkembangan intelegensi, emosional dan motivasi, serta
mengembangkan kreativitas anak. Supaya peserta didik lebih mudah dalam memahami
semua pelajaran yang ada. Terutama tentang identitas nasional bangsa indonesia
yang kita cintai ini.
Semoga
apa yang saya sampaikan ini dapat berguna bagi kita semua, apabila ada kesalahan
dalam penulisan kami mohon maaf. Kepada Allah saya mohon ampun, saran serta
kritikan yang membangun saya sangat
harapkan guna penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi ,Abu,. 2007, Psikologi
Sosial . Jakarta : Rineka Cipta
Gerungan, 2004. Psikologi Sosial. Bandung :
Refika Adi Tama
Baron, Robert A.2004.Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh.Erlangga:Jakarta
Djaali.
2008. Psikologi Pendidikan.Bumi
Aksara:Jakarta
Mendatu,Achmanto.2004.Mendefinisikan
Prasangk.Bima Sakti:Semarang
Rahayuningsih,
Sri Utami . 2008. Sikap.Erlangga:Jakarta
Tri dan Hudainah. 2006. Psikologi
Sosial.UMM Press:Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar