Selasa, 06 Juni 2017

MAKALAH PRASANGKA SOSIAL



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang sangat  pesat, khususnya teknologi Di bidang informasi, telah membawa umat manusia ke suatu era yang belum  pernah dialami sebelumnya. Cepatnya harus informasi telah memungkinkan apa  yang terjadi di belahan dunia yang satu dapat segera diketahui, dan hal ini akan mempengaruhi tindakan dan keputusan - keputusan orang dalam berbagai bidang yang berada dibelahan dunia yang lain.  Fenomena dimana dunia semakin   mengecil serta adanya interdependensi yang semakin besar diantara bangsa-bangsa inilah yang sering dinamakan sebagai era globalisasi.
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia yang sedang giat-giatnya membangun, tentu tidak luput dari pengaruh globalisasi ini. Pengaruh globalisasi terlihat di berbagai aspek pembangunan,baik  pembangunan fisik maupun pembangunan yang bersifat nonfisik, dimana unsur manusia nya lebih besar peranannya. Berbicara mengenai pembangunan tentu tidak terlepas dari sumber daya manusia yang ada. Pembangunan menurut La-Piere, (1981) adalah   merupakan usaha yang secara sistematis  direncanakan dan dilakukan untuk mengubah situasi dan kondisi masyarakat ke taraf yang lebih sempurna. Pengertian di atas mengandung makna bahwa pembangunan, sebenarnya  merupakan perubahan tingkah laku manusia sebagai warga negara yang sedang membangun.
Dalam kaitannya dengan pengertian diatas sumber daya manusia dalam  pembangunan mengandung arti bahwa manusia itu sendiri merupakan instrumen untuk mencapai perubahan yang direncanakan sekaligus menjadi sasaran pembangunan. Dengan demikian manusia sebagai instrumen yang berarti alat,  mengindikasikan bahwa manusia berperan sebagai obyek  dan sasaran pembangunan itu  sendiri. Sebagaimana diuraikan dalam GBHN (Garis Besar Haluan Negara) tahun 1988-1993 secarajelas dinyatakan bahwa manusia Indonesia merupakan subyek  sekaligus obyek dari pembangunan.
Oleh Karenanya sebagai obyek dan subyek pembangunan, manusia memegang  peranan yang sangat penting. Masyarakat Indonesia yang terdiri dari banyak suku bangsa dan sedang  berkembang ke era industrialisasi yang diikuti kemajuan yang pesat dibidang informasi dan transportasi, tidak saja memperkecil jarak antar bangsa tetapi juga meningkatkan tukar rnenukar informasi, saling mempengaruhi satu sama  lain. Selain itu interaksi sosial dari berbagai kelompok etnis yang tersebar di berbagai pelosok tanah air yang terdiri dari ribuan pulau juga meningkat. Sebagai konsekuensi antar kelornpok etnis dan semakin banyak organisasi atau  perusahaan ataupun kelompok kerja lainyang beranggotakan orang dari berbagai kelornpok etnis, golongan, agarna, ras dan sukubangsa. (Setiadi, 1993).
Masing-masing suku bangsa yang ada di Indonesia menurut Martaniah, (1984) sudah barang tentu rnemiliki latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Dengan rnengetahui perbedaan - perbedaan tersebut bukan berarti  bertujuan untuk memisah – misahkan mereka atau menonjolkan jurang pemisah di antara suku bangsa yang ada, akan tetapi justru dengan  mengetahui perbedaan-perbedaan tersebut akan dapat dicarikan jalan keluar untuk lebih mempersatukan. Namun demikian tidak dipungkiri dengan adanya perbedaan - perbedaan latar belakang kehidupan suku bangsa tersebut akan dapat memicu terjadinya prasangka sosial. Mar'at, (1982) mengemukakan bahwa suatu bangsa yang memiliki  heterogenitas dari kelompok - kelompok etnis senantiasa rnenimbulkan isu-isu yang menjurus kearah prasangka sosial.
                       
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian prasangka sosial ?
2.      Apa sebab – sebab timbulnya prasangka  ?
3.      Jelaskan terbentuknya jarak sosial ?
4.      Bagaimana usaha mengurangi prasangka sosial ?
C.      Tujuan
1.      Mengetahui pengertian prasangka sosial
2.      Mengetahui sebab – sebab timbulnya prasangka 
3.      Mengetahui terbentuknya jarak sosial
4.      Mengetahui usaha mengurangi prasangka sosial

D.      Manfaat
Makalah ini dibuat dan disusun agar mampu membawa suatu manfaat diantarnya :
1.      Menjadi bahan tambahan untuk perkuliahan mahasiswa dan dosen pengajar.
2.      Sebagai literatur materi khusus psikologi sosial
3.      Bermanfaat bagi pembaca dan memberi pengetahuan para penikmat pendidikan.
4.      Agar bisa menjadi salah satu acuan dalam belajar memahami psikologi sosial  terutama tentang motif sosial.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Prasangka Sosial
Di dalam kehidupan sehari-hari, istilah prasangka (prejudice) adalah sikap prasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan yang berbeda dengan golongan orang yang berprasangka itu, prasangka sosial terdiri atas attitude-attitude sosial yang negatif terhadap golongan orang lain dan tidak mempengaruhi tingkah lakunya terhadap golongan manusia lain. Prasangka sosial yang pada awalnya hanya merupakan sikap-sikap perasaan negatif itu lambat laun menyatakan dirinya dalam tindakan-tindakan yang diskriminatif terhadap orang-orang yang termasuk golongan yang di perasangka itu tanpa terdapat alasan-alasan yang objektif. Pada pribadi orang yang dikenai tindakan-tindakan diskriminatif. Atau perasangka sosial adalah sebuah sikap terhadap anggota kelompok tertentu, semata-mata berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut, prasangka terhadapa kelompok lain bisanya cenderung mengevaluasi anggotanya dengan cara yang sama (bisanya negatif) tingkah laku pribadi mereka memainkan peranyang kecil mereka tidak disukai. Hanya karena mereka termasuk dalam kelompok tertentu. Sebaliknya diskriminasi merujuk pada aksi negatif terhadap kelompok yang menjadi sasaran prasangka. Adorno menyatakan bahwa prasangka adalah merupakan salah satu tipe kepribadian. Oleh karena itu, kita tidak dapat menyalahkan suatu tindakan kekerasan yang mengakibatkan timbulnya kerusakan, apalagi kerusakannya hanya sebatas wilayah di mana kekerasan itu terjadi (rasisme misalnya).
Pengertian prasangka sosial menurut beberapa ahli antara lain :
1.      Menurut Kimball Young menyatakan prasangka adalah mempunyai ciri khas pertentang-an antara kelompok yang ditandai oleh kuatnya im group dan out group.
2.      Menurut Sherif and Sherif menyatakan prasangka sosial adalah sikap negatif para anggota suatu kelompok,berasal dari norma mereka anut kepada kelompok lain beserta anggota-nya.

3.      Menurut Mar’at menyatakan bahwa prasangka sosial adalah dugaan-dugaan yang memi-liki nilai positif atau negatif,tetapi biasanya lebih negatif.
4.      Menurut Brehm dan Kassin memyatakan bahwa prasangka sosial adalah perasaan negatif terhadap seseorang semata berdasarkan keanggotanya dalam kelompok tertentu.
5.      Menurut Kartono menyatakan bahwa prasangka merupakan pernilaian yang terlalu tegesa-gesa,berdasarkan generalisai yang terlalu cepat,sifatnya berat sebelah,dan disertai dengan tindakan menyenderhanakan kenyataan.

B. Sebab-sebab timbulnya prasangka social
Prasangka timbul dari adanya norma sosial, seperti yang terjadi pada anak-anak di amerika serikat prasangka terhadap orang negro terlihat pada tahu-tahun prasekolah anak menyadari bahwa itu telah termasuk dalam kelompoknya yaitu keluarga nya dan meluas kepada bangsanya.
Orang tidak begitu saja berprasangka terhadap orang lain. Tetapi ada faktor tertentu yang menyebabkan ia berprasangka, dan prasangka di sini berkisar pada masalah yang bersifat negatif terhadap orang atau kelompok lain. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya prasangka.
1.        Orang dalam berprasangka dalam rangka mencari kambing hitam. Dalam berusaha seseorang mengalami kegagalan atau kelemahan, sebab dari kegagalan atau kelemahantidak di caridirinya sendiri tetapi pada orang lain. Orang lain inilah yang dijadikan kambing hitam sebagai sebab kegagalannya.
2.        Orang berprasangka karena memang ia sudah di persiapkan didalam lingkungannya atau kelompok untuk berprasangka attitude tidak di bawa oleh manusia sejak dilahirkan, tetapi bermacam-macam attitude itu di pelajari dan di bentuk pada manusia selama perkembangannya, seorang anak kecil tidak mempunyai attitude tetapi ia memprolehnya pertama-tama dari orang tua dan keluarganya yang merupakan kelompok primer baginya yang pertama-tama mendidik atau merupakan lingkungan sosial pertama tampak anak itu berkembang sebagai manusia sosial demikian halnya dengan prasangka sosial yang tidak di bawa sejak lahir tetapi di bentuk selama perkembangannya, baik melalui didikan maupun dengan cara identifikasi dengan orang lain yang sudah berprasangka.
3.        Prasangka timbul karena adanya perbedaan, di mana perbedaan ini menumbulkan prasaan superior. Perbedaan disini bisa meliputi.
a)      Perbedaan fisik /biologis
b)      Perbedaan lingkungan / geografis
c)      Perbedaan kekayaan
d)     Perbedaan status sosial
e)      Perbedaan kepercayaan
4.        Prasangka timbul karena kesan yang menyakitkan atau pengalaman yang tidak menyenangkan
5.        Prasangka timbul karena adanya anggapan yang sudah menjadi pendapat umum atau kebiasaan di dalam lingkungan tertentu. Seperti orang berprasangka pada status ibu tiri.

C.      Terbentuknya jarak sosial
Prasangka sosial merupakan gejala psikologi sosial, prasangka sosial ini merupakan masalah yang penting di bahas di dalam intergruop relation, prasangka sosial atau juga prasangka klompok yaitu suatu prasangka yang diperlihatkan anggota-anggota suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain termasuk para anggotanya satu kelompok menilai kelompok lain dengan norma atau ukuran yang terdapat di dalam klompoknya sendiri.
1.      Dengan adanya penyelidikan yang cukup lama terlihat bahwa sosial distance di hembuskan dari group yang dominan sesuai dengan status dan sudut pandangannya. Agar grup-grup yang lemah atau group minoritas dapat di terima kedalam gr0up moyoritas mau tidak mau harus mnyesuaikna diri dengan kelompok mayoritas dan ia harus mnerima status yang diberikan.
2.      Disamping itu menurut observasinya Allport berkesimpulan bahawa social doistance dalam suatu masyarakat hanya terdapat pada masyarakat yang heterogen yang didalam nya terdapat kelompok- kelompok yang memiliki fungsi dan interest yang berbeda beda.
3.      Adanya rasa superioritas atau keunggulan kelompok atas kelompok yang lain, rasa superioritas bisa bersumber pada agama, geografis rasa, warna kulit dan sebagainya, anggota keolompok di sini menganggap bahwa kelompok lain berada jauh di bawah kelompoknya.

Faktor – Faktor yang dapat menimbulkan prasangka antara lain :
Warna kulit, tingkat hidup, agama dan sebagainya. Pada tahun 1935 dodd di dalam penelitianya menemukan bahwa social distance yang terbesar ada pada kelompok keagamaan.
Timbulnya prasangka dapat diperkuat oleh keadaan politik individu atau kelompok yang diliputi prasangka memiliki sikap serta pandangan yang tidak obyektif dan wajar.
Hal ini tentu saja merupakan perkembangan kepribadianya. Misalnya Orang Amerika terhadap Orang Negro.

D.      Usaha mengurangi prasangka sosial
Usah-usaha mengurangi prasangka sosial antara golongan itu kiranya jelas harus di mulai pada didikan, jelasnya bahwa orasangka sosial itu sebenarnya adalah karena salah sangka, miss informasi, miss interprestasi. Oleh karena itu usah untuk mengurangi atau menghilangkan prasangka tetap di jalankan , di kembangkan dan di usahakan perbaikannya. Usaha mengurangi prasangka ini di bedakan atas atas dua usaha .
1.        Usaha preventif: ini berupa usaha jangan sampai orang atau kelompok terkena prasangaka. Menciptakan situasi atau susasana yang tentram, damai, jauh dari rasa permusahan. Melainkan dalam arti lapang dada dalam bergaul dengan sessama manusia meskipun ada perbedaan, perbedaan bukan berarti pertentangan , memperpendek jarak sosial sehingga tidak sempat timbul prasangka. Usaha ini sebaiknya harus di lakukan oleh orang tua pada anak, guru terhadap anak didiknya, masyarkat, media dan sebagainya.
2.        Usaha curatif. Usaha ini menyembuhkan orang yang sudah terkena prasangka, usaha disini berupa usaha menyadarkan. Prasangka adalah hal yang selalu merugikan tidak ada hal yang bersifat positif bagi kehidupan bersama , justru adanya prasangka itu pihak luar/pihak ketiga melahan dapat menarik kuntungan dengan jalan memperalat atau menimbulkan suasana panas dan kacau dari golongan yang diprasangkai demi keuntungan pihak ketiga.

E.       Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka adalah Sikap yang negatif terhadap sesuatu tanpa ada alasan yang mendasar atas pribadi tersebut.
Diskriminasi adalah Pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara ( berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dsb)
Apabila kita berbicara tentang prasangka dan diskriminasi adalah stereotyping, yaitu suatu kecenderungan untuk mengidentifikasi dan mengeneralisasi setiap individu, benda dan sebagainya ke dalam katagori-katagori yang sudah dikenal.
Prasangka dan diskriminasi berhubungan erat satu dengan yang lainnya karena pada teorinya prasangka bersumber pada satu sikap dan diskriminasi menunjuk pada satu sikap, prasangka dapat menjadi dasar dari diskriminasi, dan pada akhirnya mereka akan melakukan tindakan yang negatif.
Contoh prasangka adalah adanya persaingan antar individu secara berlebihan dalam suatu lingkungan, misalnya persaingan antar karyawan dalam suatu tempat kerja.
Sedangkan contoh diskriminasi adalah Cina sebagai kelompok minoritas, sering menjadi sasaran rasial, walaupun secara yuridis telah menjadi warga negara Indonesia dan dalam UUD 1945 Bab X Pasal 27 dinyatakan bahwa semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
Apabila muncul suatu sikap berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial lain, atau terhadap suku bangsa , kelompok etnis tertentu, bisa jadi akan menimbulkan pertentangan-pertentangan yang lebih luas.
Suatu contoh : Beberapa peristiwa yang semula menyangkut berapa orang saja bisa menjadi luas dan melibatkan sejumlah orang, misalnya akibat berebut pacar antar geng motor bisa menyebabkan kerusuhan dan meresahkan orang lain.
Praktek Diskriminasi etnik yang terjadi pada kerusuhan pada masa Orde Baru Mei 1998 yang lalu di Jakarta juga merupakan Representasi paling nyata adanya prasangka terhadap minoritas, khususnya etnis China terjadi pada Mei 1998. saat itu harta mereka di jarah, anak perempuan di perkosa dan rumah serta pertokoan mereka di bakar habis.
F.       Prasangka Sosial Perspektif Islam
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah ayat 216)
Prasangka merupakan hasil dari proses persepsi. Seseorang menerima informasi mengenai objek lalu mempersepsikannya. Persepsi merupakan merupakan perangkat yang dapat digunakan oleh seluruh makhluk. Namun, Allah SWT memberikan perangkat persepsi lain yang dapat membedakan manusia dengan makhluk lainnya, yaitu akal.
Sebenarnya, prasangka seseorang secara tidak langsung ditujukan pada Allah SWT. (Tuhan manusia itu sendiri). Namun, hal itu diarahkan pada orang lain atau kelompok lain. Maka dari itu, tidak ada seorangpun yang bisa merdeka dari prasangka buruk ini, kecuali orang yang arif tahu akan Allah, Asma’ dan Sifat-Nya, serta keyakinan adanya hikmah (kebaikan dibalik ciptaan Allah SWT). Ini sesuai hadist yang berbunyi: “Sesungguhnya Allah mengikuti persangkaan hamba-Nya”. Oleh karena itu prasangka dapat dihilangkan dengan cara husnudzon (baik sangka) dalam melakukan persepsi yang didasari oleh kekuatan iman dan paham akan hikmah yang Allah tetapkan.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Di dalam kehidupan sehari-hari, istilah prasangka (prejudice) adalah sikap prasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan yang berbeda dengan golongan orang yang berprasangka itu, prasangka sosial terdiri atas attitude-attitude sosial yang negatif terhadap golongan orang lain dan tidak mempengaruhi tingkah lakunya terhadap golongan manusia lain. Usaha mengurangi prasangka ini di bedakan atas atas dua usaha :
1.         Usaha preventif: ini berupa usaha jangan sampai orang atau kelompok terkena prasangaka.
2.         Usaha curatif. Usaha ini menyembuhkan orang yang sudah terkena prasangka, usaha disini berupa usaha menyadarkan.

B.     Saran
Secara umum pendidik, baik guru maupun orang tua dalam mengarahkan belajar anak hendaklah harus lebih memperhatikan masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan psikologis, perkembangan intelegensi, emosional dan motivasi, serta mengembangkan kreativitas anak. Supaya peserta didik lebih mudah dalam memahami semua pelajaran yang ada. Terutama tentang identitas nasional bangsa indonesia yang kita cintai ini.
Semoga apa yang saya sampaikan ini dapat berguna bagi kita semua, apabila ada kesalahan dalam penulisan kami mohon maaf. Kepada Allah saya mohon ampun, saran serta kritikan yang membangun saya sangat  harapkan guna penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi ,Abu,. 2007, Psikologi Sosial . Jakarta : Rineka Cipta
Gerungan, 2004. Psikologi Sosial. Bandung :  Refika Adi Tama
Baron, Robert A.2004.Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh.Erlangga:Jakarta
Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan.Bumi Aksara:Jakarta
Mendatu,Achmanto.2004.Mendefinisikan Prasangk.Bima Sakti:Semarang
Rahayuningsih, Sri Utami . 2008. Sikap.Erlangga:Jakarta
Tri dan Hudainah. 2006. Psikologi Sosial.UMM Press:Malang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum mempunyai tujuan dan sas...