Selasa, 06 Juni 2017

MAKALAH PEMIKIRAN YUNANI



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Filsafat dalam dunia Islam merupakan satu bidang kajian yang penuh kontroversi. Hal ini disebabkan karena banyak yang berpendapat bagaimana mungkin filsafat dan Islam dapat dipadukan, dilihat  dari segi makna kata saja antara filsafat dan Islam tidak nyambung. Filsafat mengajarkan kebebasan berfikir secara radikal, sedangkan Islam secara harfiah bermakna kepasrahan total kepada tuhan, bagaimana mungkin suatu yang mengajarkan kebebasan bergandengan tangan dengan kepasrahan.
Banyak dari kita masih berpikir dan menggunakan pendapat filsuf Islam seperti, Ibn Shalah dan Ibn Taimiyah yang mengatakan Man tamantaqa faqad tazandaqa (barang siapa yang berfilsafat dan berlogika maka dia zindiq atau kafir). Terlebih lagi Imam al-Ghazali yang notabene karya-karyanya dijadikan simbol spiritual dalam Islam, misalnya seperti Tahafutul al-Falasifah. Dalam Tafsir Fakhru ar-Razi filsafat ada dalam Al-qur’an yaitu hikmah. Dalam Tafsir ini juga dijelaskan “Muhammad sebagai Nabi yang menerima wahyu dari Tuhan adalah juga seorang filsuf yang dapat menjelaskan secara kuat dan menyeluruh tentang wahyu yang diterimanya dengan pemahaman mendalam yang dimilikinya. Dalam sebuah hadits juga disebutkan “Din adalah akal dan tidak ada Din bagi orang-orang yang tak berakal”. Hal ini menjelaskan Nabi Muhammad juga seorang filsuf, dan dalam agama kita dianjurkan untuk berpikir (berfilsafat), yang sering juga disebut Filsafat Islam.
B.     Rumusan Maslah
1.      Sejarah Masuknya yunani di dunia islam
2.      Riwayat hidup dan bentuk ajaranya





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah masuknya pemikiran yunani ke dunia islam
Hal ini memunculkan pusat-pusat kebudayaann Yunani didaerah tersebut diataaranya filsafat kemudian pada masa Dinasti Bani Umayyah, filsafat mulai berpengaruh kepada kebudayaan Arab. Seiring dengan zaman dan waktu barulah pada masa Bani Abbasiyah kebudayaan Yunani berkembang semakin cepat terutama filsafat, karena orang-orang Persia pada masa itu memiliki peranan penting dalam struktur pemerintahannya. Dan pada zaman Al-Makmun melakukan penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat dan berbagai cabang ilmu pengetahuan kedalam bahasa Arab. Ketersediaan buku-buku terjemahan tersebut dimanfaatkan oleh kalangan muslim untuk berkenalan dengan ilmu pengetahuan dan filsafat. Dari wilayah-wilayah dari belahan timur tersebut terutama Baghdad ilmu filsafat dalam islam dan mulai berkembang luas.
Pada abad ke-4 H dengan dorongan dan bantuan dari penguasa, terutama pada masa pemerintahan khalifah Hakam II (350-366 H/937-953 M) di Andalusia Spanyol, filsafat islam belahan timur baru masuk secara besar-besaran ke dunia islam belahan barat tersebut (Spanyol). Berkembangnya ilmu filsadat di dunia islam ini pada akhirnya telah melahirkan  sejumlah filosof terkenal dari kalangan muslim. Mereka antara lain Al-Kindi, Ar-Rozi, Al-Farabi, Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd. Mereka memanfaatkan materi filsafat dari para filsuf Yunani, seperti Plato, Aristoteles, Phytagoras, Demokritos dan Plotinus, serta berpegang teguh pada ajaran Al-Quran, dan Al-hadist.
Meskipun para filosofi menaruh kekaguman kepada Plato, Aristoteles dan yanglain-lain, pemikiran mereka itu tidak diterima mentah-mentah. Berbagai ulasan dan kritik dilontarkan terhadap kejanggalan-kejanggalan yang ada pada pemikiran filosof Yunani, terutama yang berkenan dengan Aqidah. Diantara kritik yang mashur yang ditulis Al Farabi dengan judul Al Jam'u Bainal Ra'yai Al Hakimain ( Perpaduan antara dua filosof, Plato dan Aristoteles).
Orang yang dianggap sebagai filosof Islam pertama adalah Al Kindi yang nama aslinya Abu Yusuf bin Ishak (806-873 M). Keturunan Arab asli ini adalah anak Gubernur Kufah pada masa pemerintahan Al Ma'mun dan Ahmad, bahkan menjadi guru Khalifah tersebut. Dengan sponsor Khalifah dia menjadi pelopor, penerjemah buku-buku asing. Al Kindi  dalam risalahnya mengemukakan kebaikan-kebaikan filsafat, utuk menjawab pandangan sebagai ulama yang menganggap ilmu itu berasal dari orang-orang kafir dan hanya meluruskan jalan menuju kekufuran.
Menurut Al Kindi filsafat justru merupakan ilmu yang tidak bias ditinggalkan oleh setiap orang yang berfikir. Filsafat adalahilmu untuk memahami sesuatu kebenaran menurut kemampuan manusia, yang mencakup Ilmu Ketuhanan dan Keesaan, dan Ilmu Keutamaan. Dengan demikian filsafat mempelajari semua yang berguna dan cara memperolehnya. Jadi tujuan filsafat berifat teori, yaitu memperoleh kebenaran, dan bersifat praktis yakni mewujudkan kebenaran itu dalam bentuk perbuatan. Semakin dekat seseorang kebenaran, semakin dia mendekati kesempurnaan.
Meskipun tidak mempunyai system filsafat sendiri, dank arena itu tidak bias disebut sebagai pendiri filsafat Islam, Al Kindi sangat berjasa dalam merintis masuknya filsafat dalam dunia Arab. Dia menggunakan istilah-istilah Arab untukmenggantikata-kata Yunani dengan definisi yang ringkas tetapi tepat. Dia melakukan telah dalam bidang Matematika, Fisika, Psikologi, dan Ketuhanan dengan berangkat dari pemikiran Yunani namun tetap mempertahankan kepribadian sendiri. Dia tidak sekedar meneruskan pemikiran Plato dan Aristoteles akan tetapi memilih yang sesuai dengan pemikiran dan keyakinan Islam.
B.     Riwayat hidup dan bentuk ajaranya
Pythagoras merupakan salah satu filosof Yunani kuno yang besar dan pendiri sekolah Pythagoras. Selain terkenal sebagai filosof yang besar, Pythagoras juga terkenal sebagai seorang ahli dari matematika, terutama mengenai bilangan yang ia pelajari dari Thales sehingga ia dikenal juga sebagai bapak bilangan.
Kita mengenal kata Pythagoras pada umumnya berkaiatan dengan Dalil Geometri yang menyatakan bahwa luas persegi pada sisi miring sebuah segitiga siku-siku sama dengan jumlah luas kedua persegi sisi siku-sikunya. Atau dengan mudah dikatakan “Kuadrat sisi miring sebuah segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat kedua sisi siku-sikunya”.
Dalam sejarah, Pythagoras disebut sebagai orang pertama yang membuktikan bahwa dalil itu benar. Dalil itu sendiri sudah ada sekitar 200 tahun sebelumnya di kalangan bangsa Sumerian. Bangsa ini tinggal di daerah antara sungai Efrat dan sungai Trigis. Daerah itu sekarang dikenal sebagai negara Irak. Sesungguhnya, belum ada bukti yang cukup kuat untuk menunjukkan bahwa Pythagoraslah yang membuktikan kebenaran dalil itu kecuali dalam buku Euclides yang menyebutkan bukti itu berasal dari masa hidup Pythagoras. Sepuluh buku Euclides itu hingga kini masih tersimpan.
Buku ini mengupas masalah geometri dengan sederhana dan tuntas. Euclides berpendapat bahwa sesuatu yang dianggap benar harus dibuktikan dengan penalaran yang logis. Buku-bukunya berisi bukti-bukti kebenaran geometri.
Riwayat Hidup :
Pythagoras lahir pada tahun 580 SM, di pulau Samos, di daerah Ionia, Yunani. Beliau hidup kira-kira sampai tahun 496 SM. Dia memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya.
Dalam tradisi Yunani, diceritakan bahwa ia banyak melakukan perjalanan, diantaranya ke Mesir. Perjalanan Pythagoras ke Mesir merupakan salah satu bentuk usahanya untuk berguru, menimba ilmu, pada imam-imam di Mesir. Konon, karena kecerdasannya yang luar biasa, para imam yang dikunjunginya merasa tidak sanggup untuk menerima Pythagoras sebagai murid. Namun, pada akhirnya ia diterima sebagai murid oleh para imam di Thebe. Disini ia belajar berbagai macam misteri. Selain itu, Pythagoras juga berguru pada imam-imam Caldei untuk belajar Astronomi, pada para imam Phoenesia untuk belajar Logistik dan Geometri, pada para Magi untuk belajar ritus-ritus mistik, dan dalam perjumpaannya dengan Zarathustra, ia belajar teori perlawanan.
Selepas berkelana untuk mencari ilmu, Pythagoras kembali ke Samos dan meneruskan pencarian filsafatnya serta menjadi guru untuk anak Polycartes, penguasa tiran di Samos. Kira-kira pada tahun 530 SM, karena tidak setuju dengan pemerintahan tyrannos Polycartes, ia berpindah ke kota Kroton di Italia Selatan. Di kota ini, Pythagoras mendirikan sebuah tarekat beragama yang kemudian dikenal dengan sebutan “Kaum Phytagorean.”
Kaum phytagorean sangat berjasa dalam meneruskan pemikiran-pemikiran Pythagoras. Semboyan mereka yang terkenal adalah “authos epha, ipse dixit” (dia sendiri yang telah mengatakan demikian). Kaum ini diorganisir menurut aturan-aturan hidup bersama, dan setiap orang wajib menaatinya. Mereka menganggap filsafat dan ilmu pengetahuan sebagai jalan hidup, sarana supaya setiap orang menjadi tahir, sehingga luput dari perpindahan jiwa terus-menerus. Diantara pengikut-pengikut Pythagoras di kemudian hari berkembang dua aliran. Yang pertama disebut akusmatikoi (akusma = apa yang telah didengar; peraturan): mereka mengindahkan penyucian dengan menaati semua peraturan secara seksama. Yang kedua disebut mathematikoi (mathesis = ilmu pengetahuan): mereka mengutamakan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pasti.
Para pengikut Pythagoras menyatakan bahwa guru mereka meninggal dengan cara yang unik. Beberapa dari mereka menyatakan Pythagoras mogok makan, sebagian lagi menyatakan bahwa dia mengurung dan berdiam diri. Cerita lain menyatakan bahwa konon rumahnya dibakar oleh para musuhnya (mereka yang merasa tersingkirkan oleh kehadiran Pythagoras di tempat itu). Semua pengikutnya ke luar dari rumah terbakar dan lagi ke segala penjuru untuk menyelamatkan diri. Massa yang membakar rumah itu kemudian membantai para pengikutnya (pythagorean) satu per satu. Persaudaraan sudah dihancurkan. Pythagoras sendiri berusaha melarikan diri tetapi tertangkap dan dipukuli. Dia disuruh berlari di suatu ladang, namun mengatakan bahwa dia lebih baik mati. Kemudian diambil keputusan bersama dan diputuskan: Pythagoras dihukum pancung di muka umum.
Pemikiran/Penemuan 
1.      Menyatakan bahwa luas persegi pada sisi miring sebuah segitiga siku-siku sama dengan jumlah kedua persegi sisi siku-sikunya. Atau dengan mudah dikatakan ’Kuadrat sisi miring sebuah segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat kedua sisi siku-sikunya”
2.      Pythagoras percaya bahwa seluruh fenomena alam dapat dijelaskan melalui istilah yang terdapat pada bilangan yang saling berkaitan. Dengan kata lain, bilangan ditempatkan sebagai penanda alam atau simbol. Bilangan enam misalnya, selain dianggap bilangan sempurna, juga dianggap memiliki nilai mistis. Pengaruh pemikiran bilangan sebagai simbol yang dihubungkan dengan fenomena alam, khususnya untuk studi metafisika dan hermeneutika (studi tentang teks kitab suci) memiliki pengaruh yang kuat hingga saat ini. Pengaruh ini dapat dijumpai misalnya, dalam dunia kosmologi yang dalam studi mutakhir memperkirakan bahwa bentuk geometri alam semesta berasal dari konstruksi bilangan enam.
3.      Mengenai bentuk Bumi, Pythagoras berpendapat bahwa Bumi berbentuk bundar, walaupun pendapat ini belum diakui umum. Menurut Heath, alasan Pythagoras mengenai bentuk Bumi yang bulat tersebut bahwa bentuk bundar paling tepat dibandingkan dengan bentuk lainnya, sebagaimana di dalam matematika bentuk benda berputar yang paling sempurna adalah bundar. Dikatakan pula bahwa Bumi adalah pusat alam semesta, sedangkan Matahari, bintang-bintang, dan planet-planet bergerak pada lintasan masing-masing mengelilingi Bumi sebagai pusat. Selanjutnya atas dasar penyelidikan-penyelidikan yang ia kerjakan, Pythagoras memperoleh kesimpulan bahwa masalah-masalah yang ada dalam fisika dapat diselesaikan berdasarkan matematika.





Daftar Pustaka
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. 2008. Filsafat Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia.
JWM. Bakker SY. 1978. Sejarah Filsafat dalam Islam. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
Pearl S. Buch. 2002. Negara dan Bangsa. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abdi.
Anne Pellowski. 1977. The World of Storytrlling. New York: Library of Congres Cataloging in Publication Data.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum mempunyai tujuan dan sas...