BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia sebagai khalifah
di bumi memiliki kewajiban untuk menjaga keseimbangan alam. Dunia yang menjadi
tempat tinggal manusia beserta isinya sama-sama makhluk Allah yang selalu
memuji asma-Nya. Merusak alam berarti secara tidak langsung akan merusak kehidupan manusia karena
manusia sangat bergantung pada alam. Akhlak kepada alam berarti tingkah laku
kita kepada lingkungan sekitar, bagaimana kita bisa menjaga apa yang ada
disekitar kita baik berupa hewan,tumbuh-tumbuhan, gunung, sungai dan lain
sebagainya. Bahkan secara lebih luas, akhlak kepada alam berarti bagaimana cara kita berbuat baik kepada
seluruh ciptaan Allah yang ada di alam semesta.
Al-Qur’an telah
mengingatkan manusia bahwa segala kerusakan yang ada didunia ini akibat dari
perbuatan manusia. Manusia serakah yang hanya mementingkan kepentingan dirinya
demi mendapatkan kenikmatan dunia . Allah berfirman :
ظهر الفساد في البر والبحر بما كسبت أيدي الناس ... [الروم: 41]
Artinya:”Telah nampak kerusakan di darat dan dilaut disababkan kerena
ulah tangan-tangan manusia”(Ar-Rum:41)
Apa yang disebutkan oleh al-Qur’an
pada ayat diatas telah dapat kita lihat sejak dahulu. Kerusakan yang ada di
alam seperti global warning adalah salah satu bukti bahwa manusialah
yang sebenarnya merusak alam ini. Dan ketika pemanasan global ini semakin
parah, barulah manusia sadar dan mencoba untuk memperbaikinya.
Rasulullah telah memberikan contoh kepada umatnya
agar selalu menjaga dan berbuat baik kepada semua makhluk Allah. Hal ini nampak
ketika Nabi Muhammad melarang pasukan islam untuk merusak bangunan, tanaman ketika berperang. Bahkan dikisahkan
dalam suatu hadits bahwa ada seorang wanita pelacur yang diselamatkan oleh
Allah dari siksa api neraka karena memberi minum seekor anjing yang kehausan.
Dari kisah diatas, kita dapat mengambil ibrah bahwa islam adalah agama
yang agung yang tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dan manusia atau
antara manusia dengan tuhannya, namun islam juga mengatur tentang hubungan
antara manusia dan alam. Allohu a’lam.
B.
Perumusan Masalah
1. Apa itu akhlak ?
2. Apa alam semesta ?
3. Apa Akhal Kepada Negara ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Akhlak Kepada Alam
Alam ialah segala sesuatu yang ada di langit dan
di bumi beserta isinya, selain Allah. Allah melalui al quran mewajibkan kepada
manusia untuk mengenal alam semesta beserta isinya.
Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh
Allah untuk mengelola bumi dan mengelola alam semesta ini. Manusia diturunkan
ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta kasih kepada alam seisinya. Oleh karena
itu, manusia mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni
melestarikannya dengan baik. Ada kewajiban manusia untuk berakhlak kepada alam
sekitarnya. Ini didasarkan kepada hal-hal sebagi berikut :
1.
bahwa manusia hidup dan mati berada di alam, yaitu bumi
2. bahwa alam merupakan salah satu hal pokok yang
dibicarakan oleh al quran
3. bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk
menjaga pelestarian alam yang bersifat umum dan yang khusus;
4. bahwa Allah memerintahkan kepadaa manusia untuk
mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari alam, agar kehidupannya menjadi
makmur;
5.
manusia berkewajiban mewujudkan mewujudkan kemakmuran dan kebahagiaan di
muka bumi.
Manusia wajib bertanggung jawab terhadap
kelestarian alam atau kerusaakannya, karena sangat memengaruhi kehidupan
manusia. Alam yang masih lestari pasti dapat memberi hidup dan kemakmuran bagi
manusia di bumi. Tetapi apabila alam sudah rusak maka kehidupan manusia menjadi
sulit, rezeki sempit dan dapat membawa kepada kesengsaraan. Pelestarian alam
ini waajib dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat, bangsa dan negara.[1]
Manusia hidup bergantung pada alam sekitar.
Mula-mula mereka hidup secara berpindah-pindah (nomaden) mencari
tempat-tempat yang menyediakan hidup dan makan. Mereka lalu berpindah-pindah
dari suatu tempat ke tempat lain setelah bahan makanan habis dan tidak didapat.
Namun seiring dengan kemajuan kehidupan manusia, bukan berarti ketergantungan
dan kebutuhannya terhadap alam semakin berkurang. Mereka tetap membutuhkan alam
sekitarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya. Untuk itu, manusia harus
menjaga keharmonisan hubungannya dengan alam dan makhluk di sekitarnya, yaitu
dengan cara berakhlak yang baik kepadanya. Dalam ajaran Islam,
akhlak kepada alam seisinya dikaitkan dengan tugas manusia sebagi khalifah di
muka bumi.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui". (QS. Al Baqarah: 30).[2]
Akhlak manusia terhadap alam bukan hanya
semata-mata untuk kepentingan alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara,
melestarikan dan memakmurkan alam ini. Dengan memenuhi kebutuhannya sehingga
kemakmuran, kesejahteraan, dan keharmonisan hidup dapat terjaga.
Berakhlak dengan alam sekitarnya dapat dilakukan
manusia dengan cara melestarikan alam sekitarnya sebagai berikut :
1.
melarang penebangan pohon-pohon secara liar
2. melarang perburuan binatang secara liar
3. melakukan reboisasi
4. membuat cagar alam dan suaka margasatwa
5. mengendalikan erosi
6. menetapkan tata guna lahan yang lebih sesuai;
7. memberikan pengertian yang baik tentang
lingkungan kepada seluruh lapisan masyarakat
8.
memberikan sanksi-sanksi tertentu bagi pelanggar-pelanggarnya.
Manusia di bumi sebagai khalifah, mempunyai tugas
dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni melestarikan dan memeliharanya
dengan baik.
Allah berfirman :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.(QS. Al Qashash :77)
Adapun akhlak manusia terhadap alam yang wajib
dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1.
Memerhatikan dan merenungkan penciptaan alam. Allah berfirman :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal. (QS. Ali Imran: 190)
2.
Memanfaatkan alam beserta isinya, karena Allah ciptakan alam dan isinya
ini untuk manusia. Allah berfirman :
Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit,
lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.(QS. Al Baqarah: 22)[3]
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di
bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.(QS Al Baqarah: 29)
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga
itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah
kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat
kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan". (QS. Al Baqarah: 36)
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi
baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagimu.(QS. Al Baqarah[2] : 168[4]
Manusia diberi hak utnuk mengelola alam ini,
mengkomsumsi yang dibutuhkan, tetapi di tangan manusia pula diletakan tanggung
jawab pemeliharaan kelestarian alam. Oleh karena tu manusia tidak boleh
sewenang-wenang terhadap alam, karena akan berdampak merusak ekosistem yang
pada gilirannya akan menyulitkan kehidupan manusia itu sendiri. Dalam
perspektif ilmu akhlak, maka manusia pun harus berakhlak kepada alam. Masuk
dalam kategori alam adalah hewan (makhluk yang bernyawa) dan alam fisik,
seperti bumi, air, dan tumbuh-tumbuhan. Berakhlak kepada Alam alah bagaimana
merperlakukan hewan dan alam fisik dengan baik. Di antara akhlak kepada
binatang adalah sebagai berikut :
1.
Tetap member ruang habitat yang memadai terhadap hewan, misalnya hutan
bagi satwa hutan, terumbu karang bagi ikan di laut, pohon-pohonan bagi unggas
dan sebagainya. Hewan ciptaan Tuhan, meski secara mikro ada binatang yang
berbahaya (ular misalnya), tetapi secara makro dalm ekosistem alam, sebenarnya
memiliki peran-peran tertentu dalam pelestarian alam.
2. Tidak memasung hewan piaraan dalam kerangkeng
yang menyiksa, apalagi jika kurang menyediakan makanannya.
3. Member hak istirahat kepada hewan yang
dipergunakan sebagai alat angkut (misalnya kuda, kerbau, atau sapi) dan tdak
membebaninya dengan beban yang melampaui batas kewajaran.
4.
Jika mengkomsumsi hewan, hendaknya memilih yang dihalalkan dan melalui
proses penyembelihan berdasarkan syari’at agama.
Sedangkan akhlak kepada alam lingkungan antara
lain:
1.
Tidak mengekspoitasi sumber daya alam secara berlebihan yang berpotensi
merusak tatanan siklus alamiah.
2. Tidak membuang limbah secara sembarangan yang
dapat merusak lingkungan alam.
3.
Secara lebih detail dan individual, agama misalnya melarang binatang atau
di bawah pohon yang rindang (karena membuat tidak nyaman orang yang bernaung
dibawahnya).
B.
Akhlak Muslim terhadap Negara
Negara merupakan suatu wadah tempat berlindung
para bangsa,yang di dalamnya tedapat peraturan-peraturan yang mengikat baik
tertulis maupun secara lisan.Disitulah kita menumphkan kemerdekaan
kita,kemerdekan yang telah diraih para pahlawan yang tak mengenal darah
juangnya.Maka patutlah para pemuda meneruskan perjuangan mereka yang telah rela
meberikan darahnya untuk tanah air ini untuk kebahagiaan kita menghuni tanah
air ini.
Agar tidak terjadi deviasi antar tanggung jawab
dunia serta akhirat coba kita lihat lagi ayat suci yang dikumandangkan Allah :
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.[5]
Maka dengan pedoman ayat inilah manusia
menentukan jalan hidupnya,sebenarnya semua tindakan kita akan di catat oleh
malaikatnya Allah tidak ada perhitungan satu pun yang keliru balasannya maka
sungguh manusia hidup mereka hanya untuk beribadah pada hakikatnya,seorang
khalifah pun memimpin hanya semata beribadah bangsa yang bertanggung jawab
kepada negerinya hanya semata berlutut menyadari kodratnya sebagai manusia yang
tiada arti dihadapan tuhannya.
Tetapi seorang muslim yang mampu membimbing jalan
hidupnya dan jalan hidup orang lain digaris literature Allah maka dialah yang
paling baik diantara manusia-manusia mulia.maka bangsa ini kita sebagain
penobangnya yang akan membawa penghuni negeri ini kejalan Allah,
Dilihat dari tugas atau tanggung jawab manusia lah
yang berhakan mengatur mengelola dan melestarikan alam ini.karena para penghuni
dunia adalah manusia lah yang mempunya lahir batin yang sempurna ketimbang
makhluk allah yang laiknya,bahkan manusia bisa lebih tinggi dari drajat para
malaikat yang tunduk tanpa dosa setitikpun kepada Allah,dan kemurkaanAllah
adalah bathilnya kelakuan manusia sehingga rendahnya melibihi binatang terendah
drajatnya.[6]
Negara merupakan pemikir politik terkenal dalam
Islam,Al-Farabi,adalah organisasi territorial bangsa yang mempunyai
kedaulatan.yakni institute suatu bangsa yang berdiam dalam suatu daerah
territorial tertentu dengan fungsi penyelenggaraan kesjahteraan bersama,baik
secara materiala maupun secara spiritual..Terhadap Negara yang berfungsi dan
bertujuan semacam itu,seorang muslim memikul tanggung jawab pula untuk
memelihara dan menjaga agar semua Negara mampu melindungi bangsanya.(Ibadah dan
Akhlak dalam Islam. Tanggung jawab itu sungguh berat dan akan diperhitungkan
atas apa yang dipertanggungjawabkannya.Dalam akhlak muslim terhadap suatu
Negara maka harus dilihat dimana kaitannya atas apa yang akan mereka
pikuli,pada prinsifnya Negara itu di isi oleh dua kategori yaitu pemimpin
(pemerintah) atau warga (rakyat biasa).Keduanya harus tahu bagaimana ia
bersikap dan berakhlak.
Akhlak terhadap Negara terbagi dalam 2 katagori :
1.
Akhlak para pemimpin atau pejabat
2.
Akhlak warga atau rakyat biasa
1.
Akhlak para pejabat
Yang disebut pemimpin adalah orang-orang yang
punya tugas memikul tanggung jawab sangat berat,hakikatnya setiap muslim adalah
punya tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan menjadi pemimpinnya
sendiri.Oleh sebab itu meskipun ada seorang yang memimpin kita,maka harus tahu
dulu apa yang ada dalam diri kita,karena merupakan tanggungan
individualistis.Berbeda dengan para pejabat yang memimpin maka keseluruhan
tanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya benar-benar harus di tunjukan
dengan sikap bijaksana dan yakin bahwa dirinya mampu membimbing diri sendi
keluarga serta para rakyatnya.Semuanya berawal dari diri sendiri maka Allah
berfirman :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.(Q.S.At-tahrim :6)[7]
Sifat yang selayaknya dicontoh para pemimpin atau
para pemerintah adalah sifanya nabi Muhammad saw.yaitu sifat
Shidiq,Amanah,Tabligh dan Fathanah.
1.
Sidiq yang berarti jujur,merupakan ungkapan emosi yang timbul dari suara
hati manusi,maka dengan membawa suara hati,manusia akan tahu sifat allah,yang
berarti selalu benar atas kehendaknya.
2.
Amanah yang berarti terpercaya,Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
memegang amanah rakyatnya demi ridho allah,maka jika pemimpin memegang konsep
ini tidak ada lagi para penyeludup seperti tikus-tikus Negara.Firman Allah :
Artinya : (yaitu) ketika orang-orang yang diikuti
itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa;
dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.
1.
Tabligh,yang berarti menyampaikan,hal ini memanglah menjadi tuga pokok
pemimpin untuk menyampaikan terhadap raknyatnya pa belom diketahi serta perkara
apa sajah yang mampu member kemakmuran bangsanya
2.
Fathonah,yang berarti cerdas,seorang pemimpin harus mempunyai kecerdasan
yang dominan akar mampu menyusun strategi untuk untuk menjadi pembinaan bagi
masyarakatnya.
Dengan cerminan keempat sifat nabi ini semua
pemerintah akan sukses atas tanggungjawabnya,Ungkapan para pejabat akan
terwujud di masadepan yang merupakan masa yang sangat kompleks dimana sebuah
sunatullah dengan bertambahnya usia zaman dalam jumlah penduduk,maka akan
bertambah juga problematika yang terjadi ditengah-tengah umat.Terlebih jika
kita mengamati proses degradasi moral yang telah berlangsung pada ini,tentunya
tugas dari pimpinan-pimpinan umat masa depan adalah teramat berat.Maka wajib
setiap umat muslim yang mukalaf tahu tentang bagaimana perjuangan nabi
Muhammadserta semua kajian pentas kepemimpinan dalam sejarah islam,maka
beberapa karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin islam :
a.
Memiliki akidah Islamiyah yang mapan
Seorang pemimpin harus menampilkan kepribadian
yang kokoh dan tidak mudah teombang ambing oleh sebuah pemikiran bagaikan kapas
terbang terbawa angin,tetapi haruslah mempunyai sebuah prinsif,dia harus punya
benteng sekaligus pengayom bagi umatnya dan pengantar akidah dengan kemantapan
merupakan indicator utama menjadi yang akan mampu mepengaruhi indicator
lainnya.[8]
b.
Tasamuh (Toleran)
Sifat ini bukan hanya dimiliki oleh seorang
pejabat saja,tetapi setian individu wajib memilki sifat tasamuh karena sebagai
wadah bergaul atau bersosialisasi dengan orang lain demi menghindari sifat
talashub (fanatic),talasub ini dominan menjadi pengahalang bersatunya umat
islam,jika dikaitkan dengan zaman sekarang maka akan menjadi penghalang atas
bersatunya sukuisme budaya Indonesia tersendiri yang sangat kental dari dulu
zaman rasulallah sampe skarangpun masih demikian khusus diberbagai provinsi di
Indonesia,maka dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang menjadi pemersatu
diindonesia inilah juga prinsif yang akan mengalahkan talashub.
c.
Memiliki landasan kerjasama dan solidaritas
Kerjasama ini harus diletakkan pada kerangka yang
luas,baik itu dalam bentuk talawun islamy (kerjasama umat islam) maupun talawun
insane (kerjasama antar umat manusia),dan hal ini merupakan karakter
kepemimpinan yang harus dimiliki juga melihat dari realisasi sekarng maka akan
banyak problematika yang muncul nanti.
d.
Mampu menghilangkan kultur oganisasi
Organisasi suku,mas,sosial politik dan lain-lain
hanya akan menambah deretan persoalan sekaligus memperlebar jurang
perbedaan,untuk itu budaya kultur organisasi harus dihapuskan,dan seorang
pemimpin harus memiliki visi yang jauh (visioner) untuk membentuk ummatan
wahidah (umat yang bersatu).
e.
Terbuka
Seorang pejabat haruslah terbuka terhadap
dinamika internal umatnya,kritik yang konstruktif dan democrat karena seorang
pemimpin yang berwawasan sempit lambat laun akan menjelma menjadi dictator
karena tidak ada control yang menjadi penyeimbang terhadap berbagai kebijakan
yang dikeluarkannya.[9]
2.
Akhlak warga negara
Tidak hanya pemimpin sajah yang memenuhi
kewajiban sebagai warga Negara pun harus senantiasa memenuhi kewajiban atas apa
yang diperintahkan pemimpinnya yang memenuhi criteria pemimpin menurut pandanga
islam.dan ini merupakan kewajiban akhlak muslim sebagai warga negara.Kewajiban
itu diantaranya :
a.
Harus ta’at pada pemimpin/pemerintah,selama mereka memerintahkan atas
perkara yang positif dan masih dalam kategori perintah Allah serta Rasulnya.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya(Q.S. An-Nisa :59)
b.
Mengoreksi dan mengevaluasi perjalanan Negara seperti hal nya dalam
al-quran :
Artinya :
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Isi kandungan ayat di atas bahwasanya islam perlu saling nasihat-menasihati
agar tercipta kehidupan negar yang dinamis.Budaya kritis ini menjadi parameter
keberuntungan umat islam.karena dalam islam yang salah ya salah tidak ada
penyelewengan dalam kebenaran.
c.
Membela Negara,kewajiban membela Negara dan mempertahankan adalah warga
negaranya sendiri,atau masyarakat itu sendiri termasuk para
pemerintahannya,Bukan hanya kuasa pemerintah sajah yang memegang tetapi semua
penduduk harus ikut meras peduli dan melindungi.seperti dikatakan dalam
Al-quran :
Artinya : Berangkatlah kamu baik dalam keadaan
merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di
jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.
Melakukan sesuatu semata hanya karna mengharap
ridho Allah,maka penerapan untuk menjaga tanah air sendiri lakukan dengan
prinsif surat At-taubah ayat 41 di atas.
Disamping itu ada kewajiban lain yang terkait dengan akhlak terhadap Negara
bahwa setiap warga Negara bis menggunakan dan menuntut haknya ,Hak tersebut
adalah :
a.
Hak dalam berpolitik
1. Hak memili
2. Hak musyawarah
3. Hak control rakyat
4. Hak memeca
5. Hak pencalon
6. Hak menjadi aparat Negara
b.
Hak Asasi
1. Mendapatkan persamaan didepan hukum dan
peradilan
2. Kebebasan pribadi :Hak beragama,hak memilih serta
hak kesenangan yang bersifat pribadi.
Jadi disimpulkan bahwa setiap pemimpin ataupun
warga Negara berhak untuk menjaga kemaslahatan negaranya.Dengan memegang dan
mencerminkan akhlak- akhlak yang menjadi jalan menuju keberhasilan serta hiasan
sdan pondasi membangun kebagiaan bernegara.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Akhlak
adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
2.
Didalam islam
pengertian akhlak adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan
manusia diatas bumi yang didasarkan kepada Al-Qur’an dan al-Hadist.
Daftar Pustaka
Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam
Perspektif Islam. Jakarta : AMZAH
Asmaran. 1999. Pengantar Studi Akhlak.
Jakarta : Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan
Mustofa, Ahmad. 1997. Akhlak Tasawuf.
Bandung : Pustaka Setia
Surin, Bachtiar. 1978. Terjemah dan Tafsir Al
Quran 30 Juz. Bandung : Fa. Sumatra
Zaini, Syahminan. 1989. Isi Pokok Ajaran Islam.
Jakarta : Kalam Mulia
Harun Nasution dkk., Ensiklopedi Islam
Indonesia,(Jakarta: Djambatan, 1992), hal. 9
Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum
ad-Din, (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), Jilid III,
Abdul Karim Zaidah, Ushul ad-Da’wah (Baghda:
jam’iyyah al-Amani, 1976),
Ibrahim Anis, Al-Mu’jam al-Wastib, (Kairo: Dar al
Ma’arif, 1972),
Lihat Muhammad ‘Ali ash- Shabuni, Rawai’u
al-Bayan, Tafsir Ayat al-Ahkam miin Al-Qur’an (Damaskus al-Ghazali,1977), jilid
II
DR. H. Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, Yogyakarta:
LPPI, 1999, tebal 266 halaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar