Selasa, 06 Juni 2017

MAKALAH KEHIDUPAN KOLEKTIF



BAB I
PENDULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Antropologi adalah ilmu tentang manusia, masa lalu dan kini, yang menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial dan ilmu hayati (alam), dan juga humaniora. Antropologi berasal dari kata Yunani yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal") atau secara etimologis antropologi berarti ilmu yang memelajari manusia.
Antropologi bertujuan untuk lebih memahami dan mengapresiasi manusia sebagai spesies homo sapiens dan makhluk sosial dalam kerangka kerja yang interdisipliner dan komprehensif. Oleh karena itu, antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam memberikan arti dan fakta sejarah dalam menjelaskan perjalanan umat manusia di bumi sejak awal kemunculannya. Antropologi juga menggunakan kajian lintas-budaya (Inggris cross-cultural) dalam menekankan dan menjelaskan perbedaan antara kelompok-kelompok manusia dalam perspektif material budaya, perilaku sosial, bahasa, dan pandangan hidup
Dengan orientasinya yang holistik, antropologi dibagi menjadi empat cabang ilmu yang saling berkaitan, yaitu: antropologi biologi, antropologi sosial budaya, arkeologi, dan linguistik. Keempat cabang tersebut memiliki kajian-kajian konsentrasi tersendiri dalam kekhususan akademik dan penelitian ilmiah, dengan topik yang unik dan metode penelitian yang berbeda.
Antropologi lahir atau berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa pada ciri-ciri fisik, adat istiadat, dan budaya etnis-etnis lain yang berbeda dari masyarakat yang dikenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, memiliki ciri fisik dan bahasa yang digunakan



B.     Rumusan Masalah
1.      Kehidupan Kolektif dan Pengertian Masyarakat
2.      Ciri-Ciri kehidupan Kolektif
3.      Peranan dan lembaga integrasi Masyarakat



























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kehidupan Kolektif dan pengertian masyarakat
Kehidupan kolektif dalam alam binatang tidak hanya manusia saja, melainkan juga banyak jenis makhluk hidup lainnya yang hidup bersama individu-individu sejenisnya dalam gabungan. Dari ilmu mikrobiologi misalnya kita mengetahui bahwa banyak jenis protozoa hidup bersama makhluk sel sejenis dalam suatu kolektif sebanyak ribuan sel yang masing masing tetap merupakan individu sendiri.
Kita juga mengatahui bahwa banyak jenis serangga seperti, semut, lebah, belalang dan lain lain yang hidup secara kolektif. Dalam kolektif serangga seperti itu pun dapat kita amati adanya pembagian kerja yang luas antara berbagi sub-kolektif individu. Ada beberapa jenis semut yang menurut para ahli terbagi 16 sub-kolektif yang salah satu dari 16 fungsi hidup yang berbeda-beda. Dari mempelajari kolektif-kolektif binatang seperti itu kita dapat mengabstaksikan beberapa cirri yang dapat kita anggap cirri khas kehidupan kolektif :
Pembagian kerja  yang tetap antara berbagai macam sub-kesatuan atau golongan individu dalam kolektif untuk melaksanakan berbagai macam fungsi  hidup. Ketergantungan individu kepada individu lain dalam kolektif sebagai akibat dari pembagian kerja. Kerja sama antar individu yang disebabkan karena sifat ketergantungan. Komunikasi antar individu yang diperlukan guna melaksanakan kerja sama. Diskriminasi yang diadakan antara individu-individu warga kolektifdan individu dari luar.
Mengenai azas pergaulan antara makhluk dalam kehidupan alamiah itu beberapa ahli filsafat seperti H.Spencer pernah menyatakan bahwa azas egoism atau azas mendahulukan kepentingan diri sendiri diatas kepentingan yang lain, mutlak perlu bagi jenis jenis makhluk hidup untuk bertahan hidup. Hanya sikap egois yang dapat membuat makhluk sedemikian kuatnya, sehingga ia cocok dengan alam untuk dapat bertahan hidup . sikap egois memungkinkan ‘the survival of the fittest’
Oleh karena itu pola tindakan dan tingkah laku manusia adalah hasil pelajaran, maka ita mudah dapat mengerti bahwa pola pola tindakan dapat berubah lebih cepat dari pada perubahan bentuk organismannya.  Apabila misalnya pola kelakuan dan hidup kolektif serangga lebah serta bentuk sarangnya tidak berubah sejak ratusan angkatan ia berada di alam bumi maka dengan pola tingkah laku manusia tidaklah demikian.
Manusia dimuka bumi masa kini berjumlah lebih dari tiga miliyar, dan seluruh makhluk jenis homo sapiens itu menampakkan suatu aneka warna yang disebabkan oleh cirri-ciri ras kaukasoid, mongoloid, negroid, serta beberapa cirri lain yang berbeda-beda. Namun seperti apa perbedaan tersebut tidak menimbulkan warna-warna dalam pola tingkah laku manusia.
Aneka warna dan tingkah laku manusia memang tidak disebkan karena ciri-ciri ras, melainkan Karena kolektif kolektif manusia itu bergaul dan interaksi. Di desa di Bali ada kelompok kelompok kekerabatan seperti dadia dan karang  dan adapula organisasi organisasi untuk mengurus pertanian dari irigasi yang bernama subak ada organisasi untuk melaksanakan suatu pertukangan yang bernama seka, seperti seka patung, seka besi, seka ukir, seka pelukis dll.
Adanya bermacam-macam wujud kesatuan kolektif manusia menyebabkan bahwa memerlukan beberapa istilah untuk membeda-bedakan berbagai macam kesatuan tadi. Adanya prasarana untuk berinteraksi memang menyebabkan bahwa warga dari satu kolektif manusia itu akan salimg berinteraksi. Sebaliknya, adanya hanya suatu potensi untuk berinteraksi saja belum berarti bahwa warga dari satu kesatuan manusia itu benar-benar akan berinteraksi.
Kesatuan wilayah, kesatuan adat istiadat, rasa identitas komunitas, dan rasa loyalitas terhadap komunitas sendiri, merupakan cirri-ciri suatu komunitas dan pangkal dari perasaan seperti patriotism, nasionalisme dan sebagainya, yang biasanya bersangkutan dengan Negara. Diatas kesatuan hidup manusia disuatu Negara, desa, atau kota, juga kita sebut ‘masyarakat’ . Katagori social adalah kesatuan manusia yang terwujudkan karena adanya suatu kompleks cirri-ciri objektif yang dapat dikenakan kepada manusia.
Golongan social berbeda dengan konsep katagori social terurai di atas, ada konsep lain yaitu golongan social. Konsep ini dalam buku-buku pelajaran ilmu antropologi atau sosiologi dalam bahasa asing jarang diasingkan dari konsep katagori social tadi, dan kedua-duanya biasanya memang disebut dengan satu istilah yang sama, yaitu social category, dan memang sering juga dianggap sebagai konsep saja.
Suatu golongan social juga merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu cirri tertentu, bahkan seringkali cirri itu juga di kenakan kepada mereka oleh pihak luar kalangannya sendiri. Golongan social dapat timbul karena adanya pandangan negative  dari orang-orang lain.
Kategori sosial dan golongan sosial sering sering dianggap sebagai suatu konsep yang sama, namun pada kenyataannya mempunyai unsur-unsur perbedaan yang jelas. Suatu golongan sosial juga merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu. Sering kali ciri itu dikenakan pada mereka dari pihak luar kalangan merka sendiri. Meski demikian, golongan sosial mempunyai ikatan identitas soaial. Hal itu dapat disebabkan karena kesadaran identitas itu tumbuh sebagai respon atau reaksi terhadap cara pihak luar memandang golongn sosial tadi. Mungkin juga karena golongan itu memang terikat oleh suatu system niali, norma, dan adat istiadat tertentu.
Suatu golongan sosial dapat juga timbul karena adanya pandangan negative dari orang lain diluar golongan itu. Misalnya: golongan negro dalam masyarkat Negara amerika serikat, disebabkan ciri-ciri ras yang tampak lahir secara mencolok dan membedakan mereka dari warga Negara amerika serikat lainnya yang memiliki ciriciri khas kaukasoid.
Dalam masyarakat masih ada suatu kesatuan manusia yang dapat disebut golingn sosial, yaitu lapiasan atau kelas sosial. Dalam masyarakat kuno ada lapisan-lapisan seperti lapisn bangsawan, lapisan orang biasa, dan lapisan budak. Lapisan atau golonagn semacam itu terjadi karena manusia yang dikelaskan mempunyai suatu gaya hidup yang khas.


B.     Ciri-Ciri Kehiduan Kolektif
1.      Pembagian kerja dalam mengadakan fungsi hidup
Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like and dislike. Hampir di setiap perusahaan terdapat tiga dasar kegiatan, yakni; memproduksi, menjual, dan membiayai. Walaupun kadang-kadang identitas seperti tidak jelas, tetap ada karena fungsinya memang penting bagi operasi dan kelangsungan hidup perusahaan. Fungsi-fungsi tersebut dapat dijadikan berbagai bagian dari perusahaan. Pemanfaatannya terutama sekali tergantung sifat dan jumlah pekerjaannya, tersedianya orang-orang ang mengerjakannya dan spesialisasi tugasnya. Ricky W.
2.      Ada ketergantungan individu antara yang satu dengan yang lain karena adanya pembagian kerja
3.      Adanya kerjasama, adanya ketergantungan, kerjasama antar individu dan kelompok
4.      Komunikasi antara individu yang satu dengan individu yang lain

C.    Peranan dan lembaga integrasi Masyarakat
Lembaga keluarga memiliki fungsi mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat, seperti melanjutkan keturunan/reproduksi. Keluarga merupakan fokus umum dari pola lembaga sosial. Hampir dalam setiap masyarakat, keluarga merupakan pusat kehidupan secara individual, dimana di dalamnya terdapat hubungan yang intim dalam derajat yang tinggi.
Dalam hal melaksanakan fungsi sosial kemasyarakatan, lembaga keluarga memiliki peranan penting untuk memperoleh pengakuan eksistensinya dari masyarakat. Artinya, keluarga berfungsi baik bagi kelangsungan keluarganya sendiri, maupun secara kemasyarakatan. Pada dasarnya, lembaga keluarga memiliki fungsi pengaturan hubungan biologis, reproduksi, sosialisasi, afeksi, ekonomi, kontrol, proteksi, penentu kedudukan dan status, dan fungsi perlindungan. Masing-masing fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.     Fungsi Pengaturan Hubungan Biologis
Dalam fungsi pengaturan hubungan biologis, manusia mempunyai kelebihan dengan binatang dalam hal daya nalar, budi, serta hati nurani, yang mendorong manusia tidak saja berjalan berdasarkan pada insting atau kebutuhan mendesak sesaat belaka. Masyarakat menganggap hubungan biologis itu sah apabila dua orang yang berlainan jenis tersebut telah menjadi suami-istri secara resmi.
b.     Fungsi Reproduksi
Bukanlah suatu hal yang naif apabila keluarga ditinjau dari fungsi seksualnya memiliki peranan dalam melanjutkan keturunan. Apabila fungsi seksualnya tidak berjalan, maka tidak akan terbentuk keluarga yang normal, dalam arti tidak dapat meneruskan keturunan. Meskipun dapat ditempuh dengan cara mengadopsi, namun makna yang sesungguhnya akan tetap lain seperti halnya mereka yang dapat melanjutkan keturunan.
c.     Fungsi Sosialisasi
Berdasarkan fungsi ini, keluarga adalah tempat untuk membesarkan anak secara normal dan wajar. Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga harus menjadi sarana bagi terjadinya proses sosialisasi yang sempurna, sehingga anak dapat berperilaku normal sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Apabila masa anak yang sedang mengalami proses sosialisasi tidak diperhatikan dengan baik, maka akan ada kecenderungan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang menyimpang atau tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang seharusnya. Dampaknya, anak tidak memiliki kepribadian sebagaimana yang sesungguhnya diharapkan oleh keluarga.
d.     Fungsi Afeksi
Lembaga keluarga memiliki fungsi afeksi dalam rangka memenuhi kebutuhan rohaniah anggota keluarga. Manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan jasmaniah dan rohaniah. Kebutuhan jasmaniah dapat berupa hal-hal yang bersifat materiil. Sedangkan kebutuhan rohaniah dapat berupa hal-hal yang menyangkut psikologis atau kejiwaan, dan yang utama adalah kebutuhan spiritual. Sebagai suatu keluarga, maka perlu ditimbulkan rasa kasih sayang terhadap anggota keluarga lainnya. Jika anak terlahir karena adanya cinta kasih antara suami dan istri, maka setelah ia lahir juga membutuhkan kasih sayang orang tuanya. Fungsi afeksi inilah yang nantinya menumbuhkan perasaan saling menyayangi antara suami dan istri, anak terhadap orang tua, dan sebaliknya, juga kasih sayang kakak dan adik. Fungsi inilah yang betul-betul dibutuhkan oleh setiap anggota keluarga untuk dapat menjalani hidup dengan normal.
e.     Fungsi Ekonomi
Dalam lembaga keluarga, kegiatan kesehariannya tidak akan terlepas dari kegiatan-kegiatan ekonomi. Setelah terbentuk suatu lembaga melalui perkawinan, maka untuk mempertahankan kehidupannya keluarga harus mampu melakukan kegiatan ekonomi sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Dalam kegiatan ekonomi, siklusnya tidak dapat dilepaskan dari masalah produksi, distribusi, dan konsumsi. Apabila perilaku konsumsinya tidak sebanding atau lebih besar dari usaha produksinya, maka akan terjadi ketimpangan, dimana keluarga tidak akan memiliki sistem ekonomi yang kokoh. Normalnya, adanya keseimbangan antara produksi, distribusi, dan konsumsi. Perihal kegiatan ekonomi, biasanya terdapat pembagian tugas yang jelas pada setiap anggota keluarga. Hal ini dapat kita lihat secara nyata dalam masyarakat pertanian, dimana sekeluarga orang tua dan anak bekerja bersama dalam mengolah pertanian dengan jenis pekerjaan yang disesuaikan. Ini menunjukkan bahwa sistem produksi berjalan dengan baik dan nantinya seluruh anggota keluarga pula yang mengkonsumsinya atau menikmati hasilnya.
f.      Fungsi Pengawasan/Kontrol
Lembaga keluarga harus mampu menjalankan fungsi pengawasan terhadap perilaku seluruh anggota keluarga. Pengawasan ini sangat penting mengingat dalam lembaga keluarga selalu tumbuh permasalahan- permasalahan atau dinamika keluarga yang apabila tidak ada kontrol sosial maka dampaknya akan fatal. Orang tua harus mengawasi perilaku dan perkembangan anaknya. Suami dengan istri atau sebaliknya juga harus saling mengontrol, bahkan anak terhadap orang tua juga harus saling mengontrol agar tidak terjadi penyimpangan keluarga dalam kehidupan sehari-hari.
g.     Fungsi Proteksi
Lembaga keluarga memiliki fungsi proteksi terhadap kehidupan anak-anak sebagai individu. Orang tua harus mampu memberi rasa aman serta nyaman terhadap anak-anaknya. Anak akan merasa tenang lahir dan batinnya jika orang tua mampu menciptakan suasana aman. Dalam situasi yang aman, orang tua harus mampu memberikan arahan yang baik bagi masa depan anak-anaknya. Peranan keluarga dalam menentukan masa depan anak sangat besar, mengingat keluargalah yang menanggung risiko kebaikan dan keburukan atas dampaknya.
h.    Fungsi Penentu Kedudukan dan Status
Dalam hal fungsi penentu kedudukan atau status, setiap orang memiliki status dalam kehidupan bermasyarakat. Kepemilikan status diperoleh berdasarkan bawaan (ascribed status), dimana kedudukan ini diwariskan secara turun-temurun. Kemampuan anak untuk mengejar kedudukan berdasarkan prestasinya tidak akan terlepas dari bantuan orang lain, dalam hal ini adalah keluarga. Kemampuan anak untuk meraih prestasi dalam kehidupan bermasyarakat sangat dipengaruhi oleh tuntutan dasar yang didapatnya di dalam keluarga.
i.      Fungsi Perlindungan
Fungsi perlindungan diberikan keluarga tidak saja berupa perlindungan fisik saja, melainkan juga secara psikis. Fungsi perlindungan dari keluarga hanya akan terasa apabila dalam keluarga merasakan hal yang sama di dalam rumah, yaitu rasa tenteram dan damai, hal ini dapat diberikan apabila suasana keluarga penuh dengan suasana kasih sayang dan harmonis dalam keluarga.

BAB II
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perbedaan azasi ehidupan kolektif binatang dan kehidupan kolektif manusia, yaitu bahwa system pembagian kerja, aktivitas kerjasama, serta berkomunikasi dalam kehidupan kolektif binatang bersifat naluri, yaitu merupakan suatu kemampuan yang telah terencana oleh alam dan terkandung dalam gen jenis binatang yang bersangkutan, sedangkan system pembagian kerja, aktivitas kerjasama, serta berkomunikasi dalam kehidupan kolektif manusia bukan bersifat naluri. Organism manusia mengalami suatu otak yang yang khas, dimana otak manusia telah mengembangkan suatu kemampuan yang biasanya disebut dengan “akal”. Akal manusia mampu untuk membayangkan dirinya serta peristiwa-peristiwa yang mungkin terjadi terhadap dirinya, sehingga dengan demikian manusia dapat mengadakan pilihan serta seleksi terhadap berbagai alternative dalam tingkah lakunya untuk mencapai efektivitas yang optimal dalam mempertahankan hidupnya terhadap kekejaman alam sekelilingnya.
Unsur-unsur masyarakat
1.      Kategori social
2.      Golongan social
3.      Kelompok dan perkumpulan
4.      Aneka Warna Kelompok dan Perkumpulan
5.      Ikhtisar Mengenai Aneka Warna Wujud Kesatuan Manusia.
6.      Interaksi social
System-sitem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat itu untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi, dalam ilmu sosiologi dan antropologi disebut pranata, atau dalam bahasa inggris institution.
Integrasi masyarakat adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan

Daftar Pustaka

Koentjaraningrat, 1996.Pengantar Antrpologi.Jakarta:Rineka Cipta

http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat
Ampersands & angle brackets need to be encoded.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum mempunyai tujuan dan sas...