BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kalaupun
Islam muncul sebagai sistem peradaban yang mandiri, maka hal itu merupakan
realitas sejarah yang tentu saja bukan untuk arah utama Islam sebagai agama
yang hadir. Dalam arti, Allah mengutus Muhammad membawa Islam tentulah “tidak
direncanakan” untuk muncul sebagai sebuah peradaban. Islam muncul sebagai
sebuah agama dengan membawa aneka sistem keagamaan. Oleh karenanya, harus
dipahami perbedaan Islam sebagai agama dengan Islam sebagai peradaban.
Peradaban
Islam muncul tidak lepas dari berbagai pemikiran yang berkembang dalam Islam.
Berbagai pemikiran yang muncul tersebut biasa disebut filsafat Islam. Pemikiran
yang berkembang dalam filsafat Islam memang didorong oleh pemikiran filsafat
Yunani yang masuk ke Islam. Namun, hal itu tidak berarti bahwa filsafat Islam
adalah nukilan dari filsafat Yunani. Filsafat Islam adalah hasil interaksi
dengan filsafat Yunani dan yang lainnya. Hal itu dikarenakan pemikiran rasional
umat Islam telah mapan sebelum terjadinya transmisi filsafat Yunani ke dalam
Islam.
Filsafat
Islam yang dipelopori oleh para filosof muslim timur telah mengembangkan
sayapnya dan menancapkan cakarnya dengan kuat. Dimulai dari al-Kindi sebagai
filosof Islam pertama kali, kemudian disusul oleh para filosof yang lainnya.
Karena merupakan filosof yang pertama kali, maka al-Kindi dijuluki sebagai
bapak filsafat Islam. Setelah masa al-Kindi, kemudian dilanjutkan oleh berbagai
filosof yang masing-masing mengembangkan karakternya masing-masing. Setelah
itu, filsafat dilanjutkan oleh al-Razi yang menolak perpaduan antara agama
dengan filsafat. Karena menurutnya kebenaran yang sejati ini adalah kebenaran
yang diperoleh dari filsafat. Sedangkan agama saling bertentangan antara yang
satu dengan yang lainnya. Maka dari itu, untuk memperbaiki masyarakat, maka
harus mengamalkan filsafat. Maka dari itu, penulis akan membahas secara
mendetail pemikiran kedua tokoh tersebut dalam karya yang berjudul ” al-Razi:
Lima Kekal”.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Al-RAZI
1.
Biografi dan Pendidikannya
Al Razi
adalah seorang filosof muslim kedua setelah al-Kindi, nama lengkapnya adalah
Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Ibnu Yahya Al-razi. Dalam wacana keilmuan barat
dikenal dengan sebutan Rhazes. Ia dilahirkan di sebuah kota bernama Razy, kota
tua yang dahulunya bernama Rhogee, dekat Teheran, Republik Islam Iran. Ia lahir
pada tanggal 1 Sya’ban 251 M/865 M.[1] Beliau wafat pada Tahun 925 M.
Pada
masa mudanya, ia menjadi tukang intan dan suka pada musik (kecapi). Ia cukup
respek terhadap ilmu kimia, sehingga tidak mengherankan apabila kedua matanya
buta akibat dari eksperimen yang dilakukannya. Namun, para sarjana berpendapat
bahawa al-Razi mengalami sakit mata dan kemudiannya buta pada penghujung
hayat-nya. Al-Razi menderita akibat ketekunannya menulis dan membaca yang
terlalu banyak. Ia juga belajar ilmu kedoktoran (obat-obatan) dengan sangat
tekun pada seorang dokter dan filosof yang lahir di Merv pada Tahun 192 H/808 M
yang bernama Ali Ibnu Robban al-Thabari. Kemungkinan guru ini pula yang
menumbuhkan minat al-Razi untuk bergulat dengan filsafat agama, karena ayah
guru tersebut adalah seorang pendeta Yahudi yang ahli dalam kitab-kitab suci.
2. Karya-Karya
al-Razi
Al-Razi
adalah sosok manusia yang dikenal aktif berkarya, ia termasuk filosof yang
rajin belajar dan menulis sehingga tidak mengherankan ia banyak
menghasilkan karya tulis. Dalam autobiografi pernah ia katakan, bahwa ia telah
menulis tidak kurang dari 200 buah karya tulis dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan.[6] Ibnu abi Usaibah menyebutkan bahwa al-Razi mempunyai 236 karya,
tetapi beberapa diantaranya tidak jelas pengarangnya.
Melalui
karya-karyanya, al-Razi menampilkan dirinya sebagai filosof-platonis, terutama
dalam prinsip “lima kekal” dan “jiwa”nya. Di samping itu, ia juga pendukung
pandangan naturalis kuno. Selain ulet, ia juga seorang tokoh intelektual yang
berani, sehingga ia dijuluki sebagai tokoh non-kompromis terbesar di sepanjang
sejarah intelektual Islam. Di antara bukti keberaniannya dituangkan dalam
pandangannya tentang “jiwa” dan “kenabian dan agama”.
Perhatian
utama filsafat al-Razi adalah jiwa, kemudian lima yang kekal. Setelah itu,
moral, kenabian dan agama, yang merupakan sisi pengembangan daya kritik
intelektualnya. jiwa merupakan titik kesamaan perhatian utama antara al-Razi
dan Plato. Selain ia seorang filosof, ia juga seorang yang ahli dalam bidang
kimia dan kedokteran. Tulisannya dalam bidang kimia yang terkenal ialah Kitab
Al-Asrar yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Geard fo Cremon.
Sedangkan dalam bidang medis atau pengobatan karyanya yang terbesar ialah
al-Hawi, al-Hawi merupakan ensiklopedi ilmu kedokteran, diterjemahkan ke dalam
bahasa latin dengan judul Continens yang tersebar luas dan menjadi buku
pegangan utama dikalangan kedokteran Eropa sampai abad ke 17.
Agar
lebih jelas karya-karya al-Kindi dikelompokkan seperti di bawah ini:
1.
Ath-Thibb Ar-Ruhani,
2. Ash-Shirat
Al-Falsafiyyah,
3. Amarat
Iqbal Ad-Daulah,
4. Kitab
Al-Ladzdzah,
5. Kitab
Al-Ilm Al-Ilahi,
6. Maqalah
Fi Ma’bad Ath-Thabi’ah,
7. Al-Hawi
Fi Ath-Thibb,
8. Manshuri,
9. Kitab Sirr
Al-Asrar,
10. Muluki,
11. Kitab
Al-Jami’ Al-Kabir,
12. Sekumpulan
risalah logika berkenaan dengan Kategori-kategori, Demonstrasi, Isagoge, dan
dengan logika, seperti yang dinyatakan dalam ungkapan kalam Islam,
13. Sekumpulan
risalah tentang metafisika pada umumnya,
14. Materi
Mutlak dan Partikular,
15. Plenum
dan Vacum, Ruang dan Waktu,
3. Pemikirannya
Filsafat
al-Razi yang paling terkenal dengan ajarannya yang dinamakan Lima yang Kekal,
yakni: Tuhan, Jiwa Universal, Materi Pertama Ruang Absolut dan Zaman Absolut,
dalam bahasa Arab :
البا رى تعا لى والنفسول الكلية والهيلولا للاولى والمكن المطلق والزمن المطلق
Mengenai yang terakhir ia membuat perbedaan antara zaman mutlak dan zaman terbatas yaitu antara al-dahr (duration) dan al-waqt (time). Yang pertama kekal dalam arti tidak bermula dan tak berakhir, dan kedua disifati oleh angka.
البا رى تعا لى والنفسول الكلية والهيلولا للاولى والمكن المطلق والزمن المطلق
Mengenai yang terakhir ia membuat perbedaan antara zaman mutlak dan zaman terbatas yaitu antara al-dahr (duration) dan al-waqt (time). Yang pertama kekal dalam arti tidak bermula dan tak berakhir, dan kedua disifati oleh angka.
Bagi
benda (being) kelima hal itu adalah:
a.
Materi, yakni; apa yang ditangkap dengan panca
indra tentang benda itu.
b. Ruang,
yakni; karena materi mengambil tempat.
c. Zaman,
yakni; karena materi berobah-obah keadaanya.
d. Di
antara benda-benda ada yang hidup dan oleh karena itu perlu ada roh. Di antara
yang hidup ada pula yang berakal yang dapat mewujudkan ciptaan-ciptaan yang
teratur.
e.
Semua ini perlu pada Pencipta Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Tahu.
Dua dari
yang Lima Kekal itu hidup dan aktif, Tuhan dan roh. Satu daripadanya tidak
hidup dan pasif, yaitu materi. Dua lainnya tidak hidup, tidak aktif dan tidak pula
pasif, ruang dan masa.
Sedangkan
sistematika filsafat Lima Kekal al-Razi dapat dijelaskan sebagai berikut:
pertama, Al-Bari Ta’ala (Allah); hidup dan aktif dengan sifat Independen.
Menurut al-Razi, Allah Maha Pencipta dan Pengatur seluruh alam ini. Alam
diciptakan Allah bukan dari tidak ada (creatio ex nihilo), tetapi dari bahan
yang telah ada. Oleh karena itu, menurutnya alam semesta tidak qadim, baharu,
meskipun materi asalnya qadim, sebab penciptaan di sini dalam arti di susun
dari bahan yang telah ada.[10] Kedua, an-Nafs al-Kuliyyah (jiwa universal);
hidup dan aktif serta menjadi al-Mabda’ al-qadim ats-tsani (sumber kekal
kedua). Hidup dan aktifitasnya bersifat independen. An-nafs al-Kulliyah tidak
berbentuk. Namun, karena mempunyai naluri untuk bersatu dengan al-hayula
al-ula, an-nafs al-kulliyah memiliki zat yang berbentuk (form) sehingga bisa
menerima, sekaligus menjadi sumber penciptaan benda-benda alam semesta,
termasuk badan manusia. Ketika masuk pada benda-benda itulah, Allah menciptakan
roh untuk menempati benda-benda alam dan badan manusia di mana jiwa (parsial)
melampiaskan kesenangannya. Karena semakin lama jiwa bisa terlena pada
kejahatan, Allah kemudian menciptakan akal untuk menyadarkan jiwa yang terlena
dalam fisik tersebut.
a.
Filsafat Metafisika
Al-Razi adalah sosok filsuf yang berani,
rasionalis-empiris dan argumentasi-argumentasinya banyak dipengaruhi oleh para
pemikir besar Yunani sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan, sampai ia
dikenal dikalangan para pemikir Islam sebagai pemikir atheis, dimana
komentar-komentarnya banyak berbeda dengan filsuf muslim lain. Dalam hal ini
diantara pemikirannya yang dianggap keluar dari Islam adalah pandangannya
terhadap ketidakperluan Nabi sebagai perantara wahyu, bahwa ia mengatakan Tuhan
dengan kasih Sayang-Nya memberikan potensi kepada manusia untuk bisa
mengenalnya.
b. Filsafat
Rasionalis (akal)
Harun Nasution dalam bukunya falsafat
mistisisme dalam Islam diungkapkan bahwa; Al-Razi adalah seorang rasionalis
yang hanya percaya pada kekuatan akal dan tidak percaya pada wahyu dan
nabi-nabi. Ia berkeyakinan bahwa akal manusia kuat untuk mengetahui apa yang
baik serta apa yang buruk, untuk tahu pada Tuhan dan untuk mengatur hidup
manusia di dunia ini. Manusia terlahir pada dasarnya telah dibekali akan sebuah
potensi daya berpikir yang sungguh sama besarnya, dan perbedaan itu
timbul karena berlainan pendidikan dan berlainan suasana perkembangannya.
Ia tidak percaya dengan para Nabi karena dia menganggap para Nabi membawa
tradisi berupa upacara-upacara yang mempengaruhi jiwa rakyat yang pikirannya
sederhana. Ia juga berani menganggap bahwa al-Qur’an bukan mukjizat. Tetapi
yang diutamakan baginya adalah buku-buku falsafat dan ilmu pengetahuan daripada
buku-buku agama. Walaupun ia menentang agama pada umumnya, ia bukanlah seorang
ateis, akan tetapi ia seorang monoteis yang percaya pada adanya Tuhan sebagai pengatur
alam.
c. Filsafat
Jiwa (ruh)
Mengenai filsafat tentang jiwa (ruh), bermula
dari sebuah pertanyaan yang timbul dari buah pikiran al-Razi, yakni, sebuah
pertanyaan tentang keabadian lain, setelah kematian? Keabadian lain itu adalah
ruh yang akan selalu hidup, tetapi ruh bodoh. Materi juga kekal, karena
kebodohannya ruh mencintai materi dan membuat banyak dirinya untuk memperoleh
kebahagiaan materi. Tetapi materi menolak, akhirnya Tuhan ikut campur untuk
membantu ruh. Dijadikan lapisan dari ruh, yakni sebuah jasad yang beragam
macam. Kemudian Tuhan menciptakan sebuah jasad yang sempurna, itulah
manusia yang berguna untuk menggerakkan aktifitas di dunia ini.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan tersebut, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Abu Bakar
Muhammad bin Zakaria al-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat
merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864-930. Ia
lahir di Rayy. Al-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Hijirah dan meninggal
pada tanggal 09 Oktober 925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari nama kota
Rayy.Ia adalah seorang pemikir atau filosof yang rasionalis yang tidak
mempercayai wahyu dan kenabian. Namun ia juga seorang muslim yang ingin
menginterpretasikan pemahamannya tentang Tuhan dan makhlukNya. Karena ia
seorang dokter, maka karyanya yang banyak adalah dalam bidang kedokteran.
Pemikiran
filsafatnya sangat rasionalis, bahkan ia tidak mempercayai eksistensi al-qur’an
dan kenabian. Ajaran yang terkenal darinya adalah lima kekal. Di samping itu,
ia juga mempunyai ajaran etika agar manusia tidak terlalu zuhud dan juga tidak
terlalu bermewah-mewah.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Razi,
Abu Bakar, al-Thibb al-Ruhani, Tahkik ‘Abd Al-Lathif Al-Ghaid, Kairo:
Maktabat al-Nahdat al-Mishriyyat, 1978
Dahlan,
Ahmad Aziz, Kitab Al-Razi, Al-Thibb al-Ruhani, dalam Lajnah
Ihya’Al-Thurats al-Arabi (ed) Rasa’il Falsafiyah, Beirut: Dar al-Falaq
al-Jadidah, 1982
Luthfi Jum’ah, Muhammad, Tarikh Falasifah Al-Islam, Mesir, t.tp,1927
Mustofa, A. Filsafat Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2004
Nasution, Harun, Filsafat dan Mitisisme dalam Islam, Cet. Ke IX, Jakarta: Bulan Bintang, 1973
Nashr, Sayyed Husein, (edt), Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Tej. Mizan, Mizan, Bandung: 2003
Luthfi Jum’ah, Muhammad, Tarikh Falasifah Al-Islam, Mesir, t.tp,1927
Mustofa, A. Filsafat Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2004
Nasution, Harun, Filsafat dan Mitisisme dalam Islam, Cet. Ke IX, Jakarta: Bulan Bintang, 1973
Nashr, Sayyed Husein, (edt), Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Tej. Mizan, Mizan, Bandung: 2003
Ridah,
Abu, Rasa’il al-Kindi Al-Falsafiyah, Kairo: t.t, 1950
Razi,
Al, Rasa’il Falsafiyah Islam, Beirut: Dar al-Afaq al-Jadidat, 1982
Salam,
Abdus, Sains dan Dunia Islam, Terj. Ahmad Baiquni, Bandung: Salman ITP, 1983
Syahrastaniy,
Al, al-Milal wa al-Nihal, Beirut: Dar al-Fikr, t.t
Tidak ada komentar:
Posting Komentar