Selasa, 06 Juni 2017

MAKALAH PERANG SALIB



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dalam buku sejarah umat Islam dan Kristen, ada sejarah besar yang tersimpan. Didalamnya banyak terdapat polemik dan konflik yang membawa keduanya kedalam perseteruan besar. Perang Salib adalah salah satu peperangan yang terjadi gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim untuk menjadikan tempat-tempat suci umat Kristen dan terutama Yerusalem masuk kedalam wilayah perlindungan mereka. Secara terpintas perang ini terkesan sebagai perang agama, namun sesungguhnya latar belakangnya itu beragam. Ada tiga faktor terjadinya perang salib yaitu faktor agama, politik, dan ekonomi.
Sejak awal, Perang Salib membentuk babak penting dalam dua sejarah yang berbeda namun saling berhubungan, yaitu Barat dan Timur. Bagi Barat, Perang Salib merupakan bagian dari evolusi Eropa barat abad pertengahan. Namun bagi Timur, Perang Salib merupakan sebuah peranan sementara tapi tidak terlupakan.
Dari beberapa faktor dan pandanagan tersebut pemakalah akan sedikit memberikan gambaran tentang sejarah terjadinya perang salib ke I sampai perang salib ke VIII.

B.       Rumusan Masalah
1.         Bagaimana kondisi Islam sebelum terjadinya Perang Salib?
2.         Apa penyebab umum dan fator-faktor terjadinya Perang Salib?
3.         Bagaimana Periodisasi Perang Salib?
4.         Apa saja akibat terjadinya Perang Salib?




C.      Tujuan Pembahasan
1.         Mengetahui kondisi Islam sebelum terjadinya Perang Salib.
2.         Mengetahui penyebab umum dan faktor-faktor terjadinya Perang Salib.
3.         Mengetahui Periodisasi Perang Salib.
4.         Mengetahui akibat terjadinya Perang Salib


























BAB II
PEMBAHASAN

A.      Periode sebelum perang salib
Sebelum terjadi perang besar di antara dua umat tersebut, pertamakali bangsa Eropa yang mayoritas beragama Kristen dan Islam di Timur bertemu. Pertemuan itu terjadi akibat kebijakan-kebijakan ekspansi negara muslim baru yang terbentuk setelah wafatnya Nabi Muhammad (w.632 M).
Satu abad kemudian, orang-orang Islam telah menyeberangi barisan pegunungan di antara Prancis dan Spanyol dan menaklukan wilayah-wilayah yang membentang dari India utara hingga Prancis selatan. Dua ratus tahun berikutnya, kekuasaan Islam secara meluas hingga bisa membentuk kesejahteraan dari tahun 750 dan seterusnya yang dibawah pemerintahan Dinasti Abbasiyah.
Namun pada abad kesepuluh dan kesebelas, perpecahan mulai terjadi di tubuh Dinasti Abbasiyah di Baghdad terus berlangsung. Kondisi tersebut memicu timbulnya renaissance Kristen di Spanyol dan bangsa Eropa di Mediterania timur.[1] Jalur-jalur perdagangan diikuti dengan keberhasilan di bidang kelautan berhadapan dengan kaum muslim. Bangsa Norman merebut Sisilia dari tangan kaum muslim dan kaum Kristen di utara Spanyol merebut kembali Toledo dan tidak tertahankan lagi bergerak ke selatan. Tetangga dekat dunia Islam, Byzantium berhasil melakukan penyerbuan ke utara Suriah pada akhir abad kesepuluh dan dalam waktu yang tidak lama menguasai kota-kota di negeri itu.
Selama abad-abad pertama kekuasaan kaum muslim, para peziarah Kristen dari Eropa mengunjungi tempat suci agama mereka di Yerusalem dan Tanah Suci. Di sisi lain terdengar kabar tentang gaya hidup yang luar biasa dan tingginya kemajuan peradaban dunia Islam sampai ke Eropa. Dan abad kesebelas, Paus dan kerajaan-kerajaan Eropa juga mendapat kabar kemunduran dan desentralisasi kekuasaan militer dan politik umat Islam.[2] Pada abad ini juga banyak sekali ditemukan tanda-tanda kemunduran dan kehancuran dari Islam. Seperti dalam kekuasaan Dinasti Fatimiyah yang menganut Syiah Ismailiyah yang ditentang oleh kaum Sunni dan Khalifah Abbasiyah dan masih banyak perselisihan intemal dalam Islam sendiri.[3]

B.       Penyebab secara umum terjadinya perang salib
Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan Gereja dan kerajaan Latin di Timur. Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka.[4]
Istilah ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang terjadi selama abad ke-16 di wilayah di luar Benua Eropa, biasanya terhadap kaum pagan dan kaum non-Kristiani untuk alasan campuran; antara agama, ekonomi, dan politik. Skema penomoran tradisional atas Perang Salib memasukkan 9 ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad ke-11 sampai dengan Abad ke-13. “Perang Salib” lainnya yang tidak bemomor berlanjut hingga Abad ke-16 dan berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan selama masa Renaissance.
Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan bahwa Tentara Salib dan Tentara Muslim saling bertukar ilmu pengetahuan.[5]
Selain faktor perebutan kekuasaan, dalam buku yang ditulis Carole Hillenbrand dijelaskan, bahwa Kepausan memiliki alasan yang mendorong untuk menyerang umat Islam. Maklumat penting telah dikelurkan Paus Urbanus II pada tanggal 17 November 1097 di Clermont menyeru umat Kristen agar membebaskan kota Yerusalem dari penindasan umat Islam.[6] Namun versi Barat mencatat pada tahun 1905 Paus Urbanus II menyerukan maklumat perang sucinya.[7] Kemudian, mulailah rangkaian operasi militer oleh kaum Eropa barat melawan Islam Timur Dekat yang kemudian disebut sebagai Perang Salib.[8] Salah satu contoh dari faktor tersebut yang mendorong umat Kristen untuk melancarkan serangan ke wilayah Islam seperti ketika Paus mendengar kabar bahwa reputasi buruk dari Dinasti Fatimiyah yang pada saat itu dibawah kepemimpinan al-Hakim telah menghancurkan Gereja Makam Suci Yerusalem pada 1009-1010.[9]
Secara singkat pada akhir dekade abad kesebelas Islam mulai menunjukan kelemahan, ketidakstabilan dan perpecahan poltik yang sebelumnya tidak terjadi. Pertikaianpun dalam perebutan kekuasaan Islam Timur dan Mesir juga terjadi. Dengan semangat yang lebih berkobar kaum Eropa barat melawan Islam Timur Dekat yang kemudian dikenal sebagai Perang Salib.[10]
Perang Salib berpengaruh sangat luas terhadap aspek-aspek politik, ekonomi dan sosial, yang mana beberapa bahkan masih berpengaruh sampai masa kini. Karena konfilk intemal antara kerajaan-kerajaan Kristen dan kekuatan-kekuatan politik, beberapa ekspedisi Perang Salib (seperti Perang Salib Keempat) bergeser dari tujuan semulanya dan berakhir dengan dijarahnya kota-kota Kristen, termasuk ibukota Byzantium, Konstantinopel-kota yang paling maju dan kaya di benua Eropa saat itu. Perang Salib Keenam adalah perang salib pertama yang bertolak tanpa restu resmi dari Gereja Katolik, dan menjadi contoh preseden yang memperbolehkan penguasa lain untuk secara individu menyerukan perang salib dalam ekspedisi berikutnya ke Tanah Suci. Konflik intemal antara kerajaan-kerajaan Muslim dan kekuatan-kekuatan politik pun mengakibatkan persekutuan antara satu faksi melawan faksi lainnya seperti persekutuan antara kekuatan Tentara Salib dengan Kesultanan Rum yang Muslim dalam Perang Salib Kelima.[11]

C.      Faktor Penyebab Terjadinya Perang Salib
1.         Faktor Agama
Salah satu faktor agama yang menyebabkan terjadinya Perang Salib adalah perebutan Bait al-Maqdis oleh Dinasti Saljuk (w. 471 M) dari Dinasti Fatimiyah. Karena, Bait al-Maqdis adalah tempat orang-orang Kristen dapat berziarah suci. Mereka merasa tidak nyaman ketika kekuasaan Bait al-Maqdis jatuh ke tangan Dinasti Saljuk dengan peraturan yang telah di buat. Dari situlah yang mendorong Paus Urbanus II (w. 1095 M) untuk mengajak seluruh Umat Kristiani Eropa melancarkan serangan Perang Salib Pertama.[12]
2.         Faktor Politik
Faktor  dari politik ini muncul ketika Dinasti Saljuk yang telah menguasai Byzantium yang mengancam kota Konstantinopel. Sehingga Kaisar Alexius I minta bantuan kepada Paus II untuk melakukan Perang menentang aggressor muslim.[13]
3.         Faktor Ekonomi
Pada saat itu perdagangan dikuasai oleh pedagang besar muslim yang ingin menguasai kota dagang sepanjang pantai timur dan selatan laut tengah terutama di kota Venerica, Genoa dan Pisa. Berawal dari ketidak terimaan dari bangsa Kristen Eropa inilah sehingga terbentuknya misi dari mereka untuk memerangi Islam.[14]

D.      Periodisasi Perang Salib
1.         Perang Salib Periode Pertama
Kondisi Umum Dunia Islam Menjelang Perang Salib Pertama.
Secara umum Perang Salib pertama di menangkan oleh pihak barat (umat Kristen), karena waktu itu kaum Muslim tengah mengalami perpecahan dan kemunduran akibat kehilangan para pemimpin yang benar-benar kuat dan karena terjadinya pertikaian agama. Kalau saja Tentara Salib datang sepuluh tahun lebih awal, pasti mereka mendapat perlawanan keras karena bersatunya berbagai kelompok di negara yang diperintah oleh Maliksyah, Sultan besar dari tiga Sultan Besar Turki Saljuk. Wilayah kekuasaan Barat meliputi Irak, Suriah, dan Palestina.[15]
Penyebab Langsung Perang Salib Pertama.
Penyebab langsung dari Perang Salib Pertama adalah permohonan Kaisar Alexius I kepada Paus Urbanus II untuk menolong Kekaisaran Byzantium dan menahan laju invasi Tentara Muslim ke dalam wilayah kekaisaran tersebut. Hal ini dilakukan karena sebelumnya pada tahun 1071, Kekaisaran Byzantium telah dikalahkan oleh pasukan Seljuk yang dipimpin oleh Sulthan Alp Arselan di Pertempuran Manzikert, yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan Tentara Romawi yang berjumlah 40.000 orang, terdiri dari Tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia. Dan kekalahan ini berujung kepada dikuasainya hampir seluruh wilayah Asia Kecil (Turki modem). Meskipun Pertentangan Timur-Barat sedang berlangsung antara Gereja Katolik Barat dengan Gereja Ortodoks Timur, Alexius I mengharapkan respon yang positif atas permohonannya. Bagaimanapun, respon yang didapat amat besar dan hanya sedikit bermanfaat bagi Alexius I.[16] Paus menyeru bagi kekuatan invasi yang besar bukan saja untuk mempertahankan Kekaisaran Byzantium, akan tetapi untuk merebut kembali Yerusalem, setelah Dinasti Seljuk dapat merebut Baitul Maqdis pada tahun 1078 dari kekuasaan dinasti Fatimiyah yang berkedudukan di Mesir. Umat Kristen merasa tidak lagi bebas beribadah sejak Dinasti Seljuk menguasai Baitul Maqdis.
Jalannya Perang Salib Pertama.
Ketika Perang Salib Pertama didengungkan pada 27 November 1095, para pangeran Kristen dari Iberia sedang bertempur untuk keluar dari pegunungan Galicia dan Asturia, wilayah Basque dan Navarre, dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, selama seratus tahun. Kejatuhan bangsa Moor Toledo kepada Kerajaan León pada tahun 1085 adalah kemenangan yang besar. Ketidakbersatuan penguasa-penguasa Muslim merupakan faktor yang penting dan kaum Kristen yang meninggalkan para wanitanya di garis belakang amat sulit untuk dikalahkan. Mereka tidak mengenal hal lain selain bertempur. Mereka tidak memiliki taman-taman atau perpustakaan untuk dipertahankan. Para ksatria Kristen ini merasa bahwa mereka bertempur di lingkungan asing yang dipenuhi oleh orang kafir sehingga mereka dapat berbuat dan merusak sekehendak hatinya. Seluruh faktor ini kemudian akan dimainkan kembali di lapangan pertempuran di Timur. Ahli sejarah Spanyol melihat bahwa Reconquista adalah kekuatan besar dari karakter Castilia, dengan perasaan bahwa kebaikan yang tertinggi adalah mati dalam pertempuran mempertahankan ke-Kristen-an suatu Negara.[17]
Islam juga sangat menyadari ketika pertempuran itu berlangsung, Tentara Salib berjumlah besar telah lebih dulu menduduki Konstantinopel dan mereka juga menuju Suriah melalui Anatolia. Di Anatolia, pasukan Salib di ganggu oleh bangsa Turki yang dilakukan oleh Qilij Arslan I ia menuju terowongan, jalur dan jalan yang harus dilalui kaum Frank, dan sama sekali tidak menunjukan rasa belas kasihan kepada mereka yang tertangkap di tangannya. Pasukan Turki juga membakar armada-armada Tentara Salib dan menghadang jalur-jalur perairan. Armada-armada kaum Frank muncul di pelabuhan konstantinopel dengan membawa 300.000 pasukan. Pemimpin mereka ada enam. Mereka berjanji kepada Byzantium bahwa mereka akan menyerahkan benteng pertama yang mereka taklukan kepadanya tetapi mereka tidak menepati janji tersebut.[18]
Meskipun Perang Salib pertama dilancarkan dengan sejumlah pemimpin di lapangan, termasuk Raymond dari Toulouse, Bohemond dari Sisilia, dan Godfrey dari Bouillon, mencapai keberhasilan militer yang bemilai penting pada saat manusia berada dalam perjalanan melalui Anatolia. Dan akhimya banyak Wilayah-wilayah besar dikuasai Tentara Salib seperti Antiokhia, kota Saljuk di Iznik dan juga wilayah Tripoli tempat dimana didirikan Negara Salib terakhir oleh kaum Frank tahun 1109. Mereka juga mendirikan empat kerajaan Temtara Salib di Timur Dekat yaitu Yerusalem, Edessa, Antiokhia, dan Tripoli. Namun, meski Tentara Salib mengalami kemenangan, Tentara Salib tak mampu menaklukan dua kota utama yaitu Aleppo dan Damaskus.[19]
2.         Perang Salib Periode Kedua
Periode ini bisa dikatakan sebagai periode reaksi umat Islam atas Pasukan Salib. Karena, pada periode pertama kemenangan di pihak orang Kristen. Di bawah komando Imaduddin Zanki Islam berhasil merebut kembali Aleppo dan Edessa pada tahun 1144 M. Kemudian setelah Imaddudin meninggal pada tahun 1146 digantikan oleh anaknya Nuruddin Zanki.[20] Nuruddin menggabungkan politik senjata yang kuat dengan propaganda agama yang sangat lihai. Dalam konteks ambisi pribadi dan keluarga, ia berhasil menguasai daerah Anthiokia (w. 1149), Damaskus (w. 1154) dan Mesir (w. 1169), ia juga mengangkat dirinya sendiri sebagai pemimpin kaum muslim di Suriah.[21]
Kemudian Nuruddin dan Tentara Salib memusatkan perhatiannya ke mesir dan dinasti Fatimiyah. Ascalon di taklukan kaum Frank pada 1153 dan beberapa di istana Fatimiyah memberikan bantuan akomodasi untuk mereka. Sementara yang lain meminta bantuan dari Nuruddin.[22]
Selain Nuruddin, pahlawan islam lain yang terkenal sukses melawan Tentara Salib adalah Shalahudin al-Ayyubi. Debut Shalahudin ketika di mintai bantuan Nuruddin bersama Syirkuh untuk melawan pasukan Syawar (Wazir Dinasti Fatimiyah). Kemudian, Shalahudin berhasil membebaskan Bait al-Maqdis tanggal 2 Oktober 1187, dan menguasai Dinasti Fatimiyah[23] (versi Carole Hillenbrand pada tahun 1171.
Keberhasilan Shalahudin mengalahkan Pasukan Salib membuat umat Kristen geram, dan menggalang pasukan kembali untuk menyerang Islam. Di bawah kepemimpinan raja Eropa yang besar yaitu Frederick I, Richard I, Philip II telah terbagi dalam Ekspedisi yang memiliki beberapa divisi. Frederick I memimpin divisi darat dan yang lain memimpin divisi laut. Frederick I tewas dalam perjalanannya di dekat kota al-Ruha’. Sedangkan Richad dan Philip bertemu di Sicilia, mereka menempuh jalur darat. Karena terjadi kesalahpahaman antara keduanya, mereka akhimya berpisah. Richad menuju Cyprus, sedangkan Philip menuju Akka. Di Akka, pasukan Philip bertemu dengan pasukan Shalahudin dan tak lama pasukan Richad datang yang akhimya terjadi pertempuran sengit. Karena tidak seimbang, akhimya pasukan Shalahudin mundur untuk mempertahankan Mesir. Mereka berhasil menduduki Jaffa, namun tak bisa merebut Bait al-Maqdis.[24]
3.         Perang Salib Periode Ketiga
Jatuhnya Yerusalem dalam kekuasaan Salahuddin menimbulkan keprihatinan besar kalangan tokoh-tokoh Kristen. Seluruh penguasa negeri Kristen di Eropa berusaha menggerakkan pasukan salib lagi. Ribuan pasukan Kristen berbondong-bondong menuju Tyre untuk berjuang mengembalikan prestis kekuatan mereka yang telah hilang. Menyambut seruan kalangan gereja, maka kaisar Jerman yang bemama Frederick Barbarosa, Philip August, kaisar Perancis yang bemama Richard, beberapa pembesar Kristen membentuk gabungan pasukan salib. Dalam hal ini seorang ahli sejarah menyatakan bahwa Perancis mengerahkan seluruh pasukannya baik pasukan darat maupun pasukan lautnya. Bahkan wanita-wanita Kristen turut ambil bagian dalam peperangan ini. Setelah seluruh kekuatan salib berkumpul di Tyre, mereka segera bergerak mengepung Acre.
Salahuddin segera menyusun strategi untuk menghadapi pasukan salib. Ia menetapkan strategi bertahan di dalam negeri dengan mengabaikan saran para Amir untuk melakukan pertahanan di luar wilayah Acre. ”Demikianlah Salahuddin mengambil sikap yang kurang tepat dengan memutuskan pandangannya sendiri’” ungkap salah seorang ahli sejarah. Jadi Salahuddin mestilah berperang untuk menyelamatkan wilayahnya setelah pasukan Perancis tiba di Acre.
Pada tanggal 14 September 1189 M. Salahuddin terdesak oleh pasukan salib, namun kemenakannya yang bemama Taqiyuddin berhasil mengusir pasukan salib dari posisinya dan mengembalikan hubungan dengan Acre. Dalam hal ini Ibn al-Athir menyatakan, “pasukan muslim mesti melanjutkan peperangan hingga malam hari sehingga mereka berhasil mencapai sasaran penyerangan. Namun setelah mendesak separuh kekuatan Perancis, pasukan muslim kembali dilemahkan pada hari berikutnya.[25]
Kota Acre kembali terkepung selama hampir dua tahun. Sekalipun pasukan muslim menghadapi situasi yang serba sulit selama pengepungan ini, namun mereka tidak patah semangat. Segala upaya pertahanan pasukan muslim semakin tidak membawa hasil, bahkan mereka merasa frustasi ketika Richard dan Philip August tiba dengan kekuatan pasukan salib yang maha besar. Sultan Salahuddin merasa kepayahan menghadapi peperangan ini, sementara itu pasukan muslim dilanda wabah penyakit dan kelaparan. Masytub, seorang komandan Salauhuddin akhimya mengajukan tawaran damai dengan kesediaan atas beberapa persyaratan sebagaimana yang pemah diberikan kepada pasukan Kristen sewaktu penaklukan Yerusalem dahulu.[26] Namun sang raja yang tidak mengenal balas budi ini sedikit pun tidak memberi belas kasih terhadap ummat muslim. la membantai pasukan muslim secara kejam.
Setelah berhasil menundukkan Acre, pasukan salib bergerak menuju Ascalon dipimpin oleh Jenderal Richard. Bersamaan dengan itu Salahuddin sedang mengarahkan operasi pasukannya dan tiba di fucalon. Ketika tiba di Ascalon, Richard mendapatkan kota ini telah dikuasai oleh pasukan Salahuddin. Merasa tidak berdaya mengepung kota ini, Richard mengirimkan delegasi perdamaian menghadap Salahuddin. Setelah berlangsung perdebatan yang kritis, akhimya sang sultan bersedia menerima tawaran damai tersebut. ”Antar pihak Muslim dan pihak pasukan salib menyatakan bahwa wilayah kedua belah pihak saling tidak menyerang dan menjamin keamanan masing-masing, dan bahwa warga negara kedua belah pihak dapat saling keluar masuk ke wilayah lainnya tanpa, gangguan apa pun”. Jadi perjanjian damai yang menghasilkan kesepakatan di atas mengakhiri perang salib ke tiga.
Setelah keberangkatan Jenderal Richard, Salahuddin masih tetap tinggal di Yerusalem dalam beberapa lama. Ia kemudian kembali ke Damaskus untuk menghabiskan sisa hidupnya. Perjalanan panjang yang meletihkan ini mengganggu kesehatan sultan dan akhimya ia meninggal enam bulan setelah tercapai perdamaian, yakni pada tahun 1193 M. Seorang penulis berkata, “Hari kematian Salahuddin merupakan musibah bagi islam dan ummat lslam, sungguh tidak ada duka yang melanda mereka setelah kematian empat khalifah pertama yang melebihi duka atas kematian Sultan Salahuddin”.[27]
Salahuddin bukan hanya seorang Prajurit, ia juga seorang yang mahir dalam bidang pendidikan dan pengetahuan. Berbagai penulis berkarya di istananya” Penulis yang temama di antara mereka adalah Imaduddin, sedang hakim yang termasyhur adalah al-Hakkari. Sultan Salahuddin mendirikan berbagai lembaga pendidikan seperti madrasah, perguruan, dan juga mendirikan sejumlah rumah sakit di wilayah kekuasaannya.
4.         Perang Salib Periode ke empat
Dua tahun setelah kematian Salahuddin berkobar perang salib keempat atas inisiatif Paus Celestine III. Namun sesungguhnya peperangan antara pasukan muslim dengan pasukan Kristen telah berakhir dengan usianya perang salib ketiga. Sehingga peperangan berikutnya tidak banyak dikenal. Pada tahun 1195 M. pasukan salib menundukkan Sicilia, kemudian terjadi dua kali penyerangan terhadap Syria. Pasukan Kristen ini mendarat di pantai Phoenecia dan menduduki Beirut. Anak Salahuddin yang bemama al-Adil segera menghalau pasukan salib. la selanjutnya menyerang kota perlindungan pasukan salib. Mereka kemudian mencari tempat perlindungan ke Tibinim, lantaran semakin kuatnya tekanan dari pasukan muslim, pihak salib akhimya menempuh inisiatif damai. Sebuah perundingan menghasilkan kesepakatan pada tahun 1198M, bahwa peperangan ini harus dihentikan selama tiga tahun.[28]
5.         Perang Salib Periode ke Lima
Belum genap mencapai tiga tahun, Kaisar Innocent III menyatakan secara tegas berkobamya perang salib ke lima setelah berhasil menyusun kekuatan miliier. Jenderal Richard di lnggris menolak keras untuk bergabung dalam pasukan salib ini, sedang mayoritas penguasa Eropa lainnya menyambut gembira seruan perang tersebut. Pada kesempatan ini pasukan salib yang bergerak menuju Syria tiba-tiba mereka membelokkan geiakannya menuju Konstantinopel. Begitu tiba di kota ini, mereka membantai ribuan bangsa romawi baik laki-laki maupun perempuan secara bengis dan kejam. pembantai ini berlangsung dalam beberapa hari. Jadi pasukan muslim sama sekali tidak mengalami kerugian karena tidak terlibat dalam peristiwa ini.
6.         Perang Salib Periode ke Enam
Pada tahun 613 H/1216M, Innocent III mengobarkan propaganda perang salib ke enam. 250.000 pasukan salib, mayoritas Jerman, mendarat di Syria. Mereka terserang wabah penyakit di wilayah pantai Syria hingga kekuatan pasukan tinggal tersisa sebagian. Mereka kemudian bergerak menuju Mesir dan kemudian mengepung kota Dimyat. Dari 70.000 personil, pasukan salib berkurang lagi hingga tinggal 3.000 pasukan yang tahan dari serangkaian wabah penyakit. Bersamaan dengin ini, datang tambahan pasukan yang berasal dari perancis yang bergerak menuju Kairo. Namun akibat serangan pasukan muslim yang terus-menerus, mereka men jadi terdesak dan terpaksa menempuh jalan damai. Antara keduanya tercapai kesepakatan damai dengan syarat bahwa pasukan salib harus segera meninggalkan kota Dimyat.[29]
7.         Perang Salib Periode ke Tujuh
Untuk mengatasi konflik politik intemal, Sultan Kamil mengadakan perundingan kerja sama dengan seorang jenderal Jerman yang bemama Frederick. Frederick bersedia membantunya menghadapi musuh-musuhnya dari kalangan Bani Ayyub sendiri, sehingga Frederick nyaris menduduki dan sekaligus berkuasa di yerusalem. Yerusalem berada di bawah kekuasaan tentara salib sampai dengsan tahun 1244 M., setelah itu kekuasaan salib direbut oleh Malik al-shalih Najamuddi al-Ayyubi atas bantuan pasukan Turki Khawarizmi yang berhasil meiarikan diri dari kekuasaan Jenghis Khan.


8.         Perang Salib Periode ke Delapan
Dengan direbutnya kota Yerusalem oleh Malik al- Shalih, pasukan salib kembali menyusun penyerangan terhadap wilayah lslam. Kali ini Louis IX, kaisar perancis, yang memimpin pasukan salib kedelapan. Mereka mendarat di Dimyat dengan mudah tanpa perlawanan yang beranti. Karena pada saat itu Sultan Malikal-shalih sedang menderita sakit keras sehingga disiplin tentara muslim merosot.[30] Ketika pasukan Louis IX bergerak menuju ke Kairo melalui jalur sungai Nil, mereka mengalami kesulitan lantaran arus sungai mencapai ketinggiannya, dan mereka juga terserang oleh wabah penyakit, sehingga kekuatan salib dengan mudah dapat dihancurkan oleh pasukan Turan Syah, putra Ayyub. Setelah berakhir perang salib ke delapan ini, Pasukan Salib-Kristen berkali-kali berusaha membalas kekalahannya, namun selalu mengalami kegagalan.[31]

E.       Akibat Terjadinya Perang Salib
Perang salib yang berlangsung lebih kurang dua abad membawa beberapa akibat yang sangat berarti bagi perjalanan sejarah dunia. Perang salib ini menjadi penghubung bagi bangsa Eropa mengenali dunia lslam secara lebih dekat yang berarti kontak hubungan antara barat dan timur semakin dekat. Kontak hubungan barat-timur ini mengawali terjadinya pertukaran ide antara kedua wilayah tersebut. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tata kehidupan masyarakat timur yang maju menjadi daya dorong pertumbuhan intelektual bangsa barat, yakni Eropa. Hal ini sangat-besar andil dan peranannya dalam melahirkan era renaissance di Eropa.[32]
Pasukan salib merupakan penyebar hasrat bangsa Eropa dalam bidang perdagangan dan perniagaan terhadap bangsa-bangsa timur. Selama ini bangsa barat tidak mengenal kemajuan pemikiran bangsa timur. Maka perang salib ini juga membawa akibat timbulnya kegiatan penyelidikan bangsa Eropa mengenai berbagai seni dan pengetahuan penting dan berbagai penemuan yang teiah dikenali ditimur. Misalnya, kompas kelautan, kincir angin, dan lain-lain, Mereka juga menyelidiki sistem pertanian, dan yang lebih penting adalah mereka mengenali sistem industri timur yang telah maju. Ketika kembali ke negerinya, Eropa, mereka lantas mendirikan sistem pemasaran barang-barang produk timur. Masyarakat barat semakin menyadari betapa pentingnya produk-produk tersebut. Hal ini menjadikan sernakin pesatnya pertumbuhan kegiatan perdagangan antara timur dan barat. Kegiatan perdagangan ini semakin berkembang pesat seiring dengan kemajuan pelayaran di laut tengah. Namun, pihak muslim yang semula menguasai jalur pelayaran di laut tengah kehilangan supremasinya ketika bangsa-bangsa Eropa menempuh rute pelayaran laut tengah secara bebas.[33]


















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Perang Salib adalah perang suci yang di lakukan oleh orang Eropa Kristen kepada orang muslim Timur. Dalam hal ini ada tiga faktor utama penyebab terjadinya Perang Salib yaitu Faktor Agama, Faktor Politik, dan Faktor Ekonomi. Perang Salib terjadi selama delapan periode dari tahun 1095-1291 M yang secara umum di menangkan oleh umat Islam. Dari Perang Salib juga banyak menimbulkan dampak, khususnya bagi umat Kristen yang banyak mendapat pelajaran berharga dari Islam.




















DAFTAR PUSTAKA

Hillenbrand, Carolle. Perang Salib (Sudut Pandang Islam) penerj. Heryadi, Edinburgh: Edinburgh University Pers, 1999.
Sumber http://perang-salib-versi-Kristen.htm di akses pada jam 09.45 wib tanggal 1 Juni 2017.
Fuadi, Imam. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), Yogyakarta: Teras, 2012.
Sumber: www.wikipedia.com , di akses pada tanggal 1 Juni 2017 pukul 18.00 wib





[1] Carole Hillenbrand, Perang Salib (Sudut Pandang Islam) penerj. Heryadi, (Edinburgh: Edinburgh University Pers, 1999), hlm. 20-21
[2] Ibid,. hlm. 21
[3] Ibid,. hlm. 23
[4] Sumber http://perang-salib-versi-Kristen.htm di akses pada jam 09.45 wib tanggal 1 Juni 2017.
[5] Ibid,..
[6] Carole Hillenbrand, Perang Salib (Sudut Pandang Islam) penerj. Heryadi,…hlm. 26
[7] Ibid,. hlm.1
[8] Ibid,. hlm.26
[9] Carole Hillenbrand, Perang Salib (Sudut Pandang Islam) penerj. Heryadi,…hlm. 21
[10] Ibid,. hlm. 25-27
[12] Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 113-114
[13] Ibid,. hlm.115
[14] Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II)… hlm. 116
[15] Carole Hillenbrand, Perang Salib (Sudut Pandang Islam) penerj. Heryadi,…hlm. 43
[18] Carole Hillenbrand, Perang Salib (Sudut Pandang Islam) penerj. Heryadi,…hlm. 70
[19] Carole Hillenbrand, Perang Salib (Sudut Pandang Islam) penerj. Heryadi,…hlm. 27
[20] Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II)… hlm. 119
[21] Carole Hillenbrand, Perang Salib (Sudut Pandang Islam) penerj. Heryadi,…hlm. 30
[22] Ibid,. hlm. 31
[23] Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II)… hlm. 120
[24] Ibid,. hlm.122
[25] Sumber: www.wikipedia.com , di akses pada tanggal 1 Juni 2017 pukul 18.00 wib
[26] Ibid,. .
[27] Ibid,. .
[28] Ibid,. .
[29] Ibid,. .
[30] Ibid,. .
[31] Ibid,. .
[32] Ibid,. .
[33] Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II)… hlm. 123-124

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum mempunyai tujuan dan sas...