BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Terdapat beberapa pendapat mengenai
unsur transisi, tetapi pengertian yang lebih umum menyatakan bahwa unsur
transisi merupakan kelompok unsur yang terletak pada blok d di dalam sistem
periodik unsur. Berdasarkan pengertian ini, unsur transisi periode keempat
terdiri dari skandium (Sc), titanium (Ti), vanadium (V), kromium (Cr), mangan
(Mn), besi (Fe), kobalt (Co), nikel (Ni), tembaga (Cu), dan zink (Zn). Pendapat
lain menyatakan bahwa unsur transisi adalah sekelompok unsur yang mempunyai
sekurang-kurangnya sebuah ion dengan orbital d belum terisi penuh dan mempunyai
sifat-sifat yang khas, misalnya ionnya berwarna, dapat membentuk senyawa
kompleks, serta titik didih dan titik leburnya yang relatif tinggi. Berdasarkan
pengertian ini, ada pendapat bahwa zink tidak termasuk unsur transisi, sebab
orbital d dari atom zink baik sebagai unsur bebas maupun sebagai ion sudah
terisi penuh. Selain itu, ion zink (II) tidak berwarna, serta titik lebur dan
titik didihnya relatif rendah.
Unsur transisi adalah unsur yang
dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan kulit pertama terluar untuk
berikatan dengan unsur-unsur yang lain.Unsur transisi periode keempat umumnya
memiliki elektron valensi pada subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali
unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode
keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur
golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik,
serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat
terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V),
Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu),
dan Seng (Zn).
Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke
kanan (Zn), keelektronegatifan unsur hampir sama, tidak meningkat maupun
menurun secara signifikan. Selain itu, ukuran atom (jari-jari unsur) serta
energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan signifikan. Oleh sebab itu,
dapat disimpulkan bahwa semua unsur transisi periode keempat memiliki sifat
kimia dan sifat fisika yang serupa. Hal ini berbeda dengan unsur utama yang
mengalami perubahan sifat yang sangat signifikan dalam satu periode.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana kecendrungan Kobalt dan
nikel?
2.
Bagaimana ekstraksi Kobalt dan
Nikel?
3.
Apa kegunaan Kobalt dan Nikel?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kecenderungan Logam Kobalt dan Nikel
Kobalt dan nikel termasuk ke dalam unsur transisi
periode 4, tepatnya termasuk unsur golongan VIIIB. Di dalam golongan ini
kesamaan horizontalnya lebih besar daripada vertikalnya dan gambaran mengenai
sifat unsur ini didasarkan pada golongan horizontal setiap tiga unsur, yang
disebut triad. Setiap triad diberi nama sesuai dengan nama unsur yang paling
dikenal. Sehingga kita mempunyai triad besi, triad paladium, dan triad
platinum. Oleh karena itu, dapat diketahui kobalt dan nikel cenderung memiliki
sifat yang sama.
Kecenderungan stabilisasi bilangan oksidasinya dapat
dilihat dari kestabilan bilangan oksidasi unsur transisi. Ada dua diantaranya
yang cukup mencolok:
1.
Unsur-unsur yang
disebelah kiri lebih cenderung dalam bentuk oksidasi yang lebih tinggi. Apabila
kita bergerak ke kanan, bilangan oksidasi yang lebih rendah bertambah stabil
dibandingkan dengan bilangan oksidasi yang lebih tinggi.
2.
Jika kita turun satu
golongan kebawah dari unsur blok d, bilangan oksidasi yang lebih besar
menjadi lebih stabil dibandingkan oksidasi yang lebih rendah.
Sebagaimana kita
ketahui tadi bahwa kobalt dan nikel berada pada satu periode. Unsur kobalt dan
nikel berada pada bagian sebelah kanan. Sehingga bilangan oksidasinya yang
lebih rendah akan lebih stabil.[1]
Bilangan oksidasi
kobalt adalah +2 dan +3. Dalam air, senyawa yang bermuatan +2 sangat stabil dan
ion kobalt berada dalam bentuk ion kompleks yang berwarna pink muda, Co(H2O)6
2+. Ion ini juga dijumpai dalam garam kobalt(II) yang
memberikan warna merah. Salah satu garam ini Co(H2O)6Cl2.
Tingkat oksidasi yang
tertinggi sekarang IV, dan hanya sedikit senyawaan seperti itu dikenal.
Kobalt(III) relatif tidak stabil dalam senyawaan sederhana, namun kompleks spin
rendah sangat bergam dan stabil, khususnya dimana atom-atom donor (biasanya N)
membuat sumbangan yang besar kepada medan ligan.
Ion nikel yang paling
stabil adalah muatan 2+. Ion Ni2+ dalam air berwarna hijau sebab ion
ini sebetulnya berada dalam bentuk ion kompleks Ni(H2O)6 2+.Ion
nikel dengan bilangan oksidasi +4 yang banyak digunakan adalah NiO, sebagai
bahan untuk katode baterai nikel-kadmium. Apabila baterai tidak dipakai maka
nikel direduksi kembali menjadi bilangan oksidasi +2.
Radius atom kobalt
lebih besar dibandingkan nikel. Salah satu sebabnya adalah sekali subkulit d
terisi setengahnya, penambahan elektron selanjutnya menyebabkan pelebaran
ukuran orbital d karena tolak-menolak antar elektron. Pada akhirnya
menyebabkan atom secara keseluruhan agak lebih besar.[2]
B.
Sifat Fisis dan Kimia Kobalt dan Nikel
Tabel 7.1 Sifat-sifat
fisis besi, kobalt, dan nikel
Nomor
Atom
|
Berat
Atom
|
Jari-jari
atom,
|
Jari-jari
ion
|
Kerapatan,
g/
|
Titikleleh
|
Titik
didih
|
|
Besi
|
26
|
55,847
|
1,26
|
0,75
|
7,86
|
1535
|
2800
|
Kobalt
|
27
|
58,9332
|
1,26
|
0,72
|
8,71
|
1493
|
3100
|
Nikel
|
28
|
58,71
|
1,24
|
0,7
|
8,9
|
1455
|
2800
|
Kobalt
Kobalt mempunyai
kenampakan yang hampir sama dengan besi,
tetapi cenderung ke warna merah muda. Seperti besi dan nikel, kobalt bersifat magnetik. Kobalt
larut secara pelahan dalam larutan asam klorida dan asam sulfat encer yang
hangat, namun larut cepat dalam larutan encer asam nitrat panas. Seperti juga
pada besi dan nikel, kobalt menjadi pasif bila dimasukkan ke dalam larutan asam
nitrat pekat. Kobalt tidak teroksidasi bila terkena udara, tetapi kobalt yang
membara dapat mereduksi hidrogen dari uap air menghasilkan gas hidrogen.
Halogen, kecuali fluor, dapt bereaksi dengan kobalt menghasilkan kobalt(II).
Bila kobalt dipanaskan bersama-sama dengan fluor akan dihasilkan kobalt(II)
fluorida Co.
Kecendrungan penurunan
kestabilan terjadi menurut deretan Ti, V, Cr, Mn, dan Fe, serta Co. Tingkat
oksidasi tertinggi kobalt adalah IV, namun hanya sedikit senyawaan seperti itu
yang dikenal. Kobalt(III) relatif tidak stabil dalam senyawaan sederhana, namun
kompleks spin rendah sangat stabil, khususnya bila terdapat atom-atom donor
(misalnya N) yang memberikan sumbangan besar pada medan ligan.[3]
Di alam, ligan selalu
terdapat bersama-sama dengan Ni dan As. Sumber utama kobalt adalah speisses,
yang merupakan sisa dalam peleburan bijih arsen dari Ni, Cu, dan Pb. Paduan kobalt
dengan logam besi serta sejumlah kecil logam lainnya dapat digunakan sebgai
bahan untuk membuat alat pemotong dan opersai. Magnet yang permanen terbuat
dari paduan Alnico (Al; Ni; Co; dan Fe), Hiperco (Co; Fe; dan Cr), dan vicalloy
(Co; Fe; dan V). Serbuk halus kobalt dapat digunakan sebagai katalis pada
reaksi hidrogenasi karbon monoksida dan karbon dioksida dengan hasil akhir
hidrokarbon, serta untuk oksidasi amonia.
Nikel
Nikel adalah logam yang
berwarna putih keperakan, kuat dan keras. Seperti besi dan kobalt, logam ini
bersifat sangat magnetik. Nikel tidak teroksidasi oleh udara dan tahap tertahap
larutan basa. Larutan asam encer melarutkan nikel secara perlahan menghasilkan
gas hidrogen. Nikel akan menjadi pasif bila kontak dengan asam nitrat perkat.
Karena kekerasannya dan
ketahanannya terhadap perkaratan, serta pemantul sinar yang baik, maka nikel
banyak digunakan untuk melapisi besi, baja, dan tembaga. Nikel juga penting
untuk pembuatan logam paduan, seperti logam monel. (Ni, Cu, dan sejumlah kecil
Fe), dan permallloy (Ni dan Fe) yang digunakan untuk peralatan transmisi suara,
seperti pita kaset. Perak jerman adalah paduan antara nikel dan tembaga. Nikrom
dan kromel merupakan paduan yang terdiri dari nikel, besi dan krom. Paduan ini
tahap tertahap oksidasi pada temperatur tinggi dan juga menunjukkan ketahanan
terhadap listrik bertegangan tinggi. Oleh karenanya paduan ini banyak dipakai
pada peralatan pemanas, seperti kompor listrik, dan seterika. Alnico mengandung
aluminium, nikel, besi, dan kobalt. Paduan ini bersifat sangat magnetik, dapat
menarik besi seberat 4000 kali berat paduan tersebut. Platinite dan invar
adalah paduan nikel yang mempunyai koefisien mulai sama dengan gelas, sehingga
digunakan dalam pembuatan bola lampu. Serbuk halus nikel dapat digunakan untuk
katalis hidrogenasi minyak.
Nikel terdapat dalam
kombinasi dengan arsen, antimon, dan sulfur seperti dalam millerite(NIS) dan
dalam garnierite, suatu silikat magnesium nikel dalam berbagai komposisi. Nikel
juga ditemukan beraliasi dengan besi dalam batuan meteor dan lapisan kulit
bumi. Bila bijih nikel di panggang diudara akan dihasilkan NiO, yang dapay
tereduksi oleh C menghasilkan Logam Ni. Nikel biasanya dimurnikan dengan
elektrodeposisi, sedang nikel yang tinggi kemurniannya dibuat dengan proses
karbonil. Karbon monoksida bereaksi dengan nikel tidak murni pada 50 dan tekanan
biasa menghasilkan Ni(Co yang mudah
menguap, dari mana lpgam dengan kemurnian 99,90 sampai 99,99% dapat diperoleh
dengan dekomposisi termal pada 200
Nikel sangat tahan
terhadap udara atau air pada suhu biasa, sehingga logam ini digunakan sebagai
lapisan pelindung bagi logam lain. Nikel mudah larut dalam asam mineral encer.
Logam nikel atau aliasinya digunakan untuk menangani dan spesies fluorida
korosif lainnya. Serbuk nikel reaktif terhadap udara dan pirofor. Nikel dapat
menyerap sejumlah hidrogen sehingga digunakan untuk reduksi katalitik.[4]
C.
Senyawa Oksida
Oksida Kobalt
Hidroksida dan oksida
Kobalt (II) hidroksida [Co (OH)2] dapat
diperoleh sebagai endapan yang berwarna biru bila larutan logam alkali
hidroksida ditambahkan pada larutan garam kobalt(II). Warna biru endapan
tersebut kemudian akan berubah menjadi ungu sampai merah muda bila terjadi
hidrasi.
Kobalt(II) hidroksida mudah larut dalam amoniak encer
membentuk heksaaminkobalt(II) hidroksida [Co(NH3)6].
Larutan senyawa ini dapat teroksidasi oleh oksigen diudara menghasil berbagai
senyawa kobalt (III). Reaksi oksidasinya ditandai dengan perubahan larutan yang
menjadi gelap.
Bila kobalt (II) hidroksida dipanaskan didalam tabung
tertutup akan dihasilkan kobalt (II) oksida (CoO). Oksida ini berwarna hitam,
tetapi bila oksida ini dilarutkan dalam leburan gelas akan memberikan warna
biru. Gelas kobalt adalah gelas yang mengandung kobalt (II) silikat.
Pemanasan kobalt (II) hidroksida diudara terbuka
menghasilkan kobalt(II,III) oksida (Co3O4). Kobalt (III)
oksida (Co2O3) dapat diperoleh dengan pemanasan kobalt (II) nitrat [ Co(NO3)2]
secara perlahan .
Oksida Nikel
Nikel(II) oksida (NiO) dapat dibuat dengan pemanasan
nikel (II) hidroksida, karbonat atau nitar. Nikel (IV) oksida (NiO2)
dalam nama nikel berbilang oksida +4, merupakan suatu padatan yang bewarna
hitam yang terbentuk pada oksida garam nikel(II) dalam larutan alkali. Bila
latutan logam alkali hidroksida ditambahkan pada larutan garam nikel(II), maka
akan terjadi endapan nikel(II) hidroksida [Ni(OH)2] yang berwarna
hijau pucat.
Reaksi antara Br2 dengan larutan nikel(II)
hidroksida menghasilkan oksida hidrat NiO(OH) yang berwaran hitam. Oksida
hidrat ini digunakan dalam batrei edison atau batrei nikel besi, yang
mengunakan KOH sebagaia elektrolite dan didasarkan pada reaksi
Fe + 2NiO(OH)+2H2O↔ Fe(OH)2+
2Ni(OH)2 (1,3 V)
Bila Oksida maupun hidroksida nikel larut dalam
larutan amoniak encer menghasilkan larutan berwarna biru heksaaminnikel(II)
hidroksida.[5]
D.
Ekstraksi dan Kegunaan logam Kobalt dan Nikel
1.
Ekstraksi
Nikel
Bijih sufida dari nikel biasanya telah
diolah/diekstraksi menggunakan pyrometalurgy
(proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur tinggi) untuk menghasilkan
liquid matte yang akan digunakan pada pemurnian tahap berikutnya. Untuk
memproses Nickel matte menggunakan
ekstraksi logam hydrometalurgy (proses
ekstraksi yang dilakukan pada temperatur yang relatif rendah dengan cara
pelindian dengan media cairan)
Adapun proses pyrometalurgy
untuk menghasilkan liquid matte yang akan digunakan pada pemurnian tahap
berikutnya meliputi:
a)
Komunisi
Komunisi adalah proses
reduksi ukuran dari ore agar mineral bisa terlepas dari bijjhnya. Berbeda
dengan pengolahan emas, dalam tahap komunisi nikel ore ini hanya dibutuhkan
ukuran maksimal 30mm sehingga hanya dibutuhkan crusher saja dan tidak dibutuhkan grinder.
b)
Drying
Dryring atau pengeringan
dibutuhkan untuk mengurangi kadar moisture
dalam bjih. Bisanya kadar moisture
dalam bijih sdekitar 30-35% dan diturunkan dalam proses ini dengan rotary dryer menjadi 23%. Dalam rotary dryer ini, pengeringan
dilakukan dengan cara mengalirkan gas panasa yang dihasilkan dari pembakaran pulverized coal dan marine fuel
dalam Hot Air Generator (HAG)
secara Co-Current (searah) pada
temperatur sampai 200o C.
c)
Calcining
Tujuan Utama proses ini
adalah menghilangkan air kristal yang ada dalam bijih, air kristal yang biasa
dijumpai adalah serpentine 3MgO.2SiO2.2H2O dan goethite
(Fe2O3.H2O). Proses dekomposisi dilakukan
dalam Rotary Kiln dengan
temperatur sampai 850o C meggunakan pulverized coal secara Counter
Current. Disamping menghilangkan air kristal, pada proses ini juga
biasanya didesain sudah terjadi reaksi reduksi dari NiO dan Fe2o3.
Dalam teknologi Krupp rent,
semua reduksi dilakukan dalam rotaru kiln dan dihasilkan luppen. Sedangkan dalan teknologi Electric Furnace, hanya sekitar 20%
NiO tereduksi secara tidak langsung dalam rotary kiln menjadi Ni dan 80% Fe2O3
menjadi FeO sedangkan sisanya dilakukan dalam electric furnace. Produk dari rotary kiln ini disebut dengan calcined ore dengan kandungan moisture sekitar 2% dan siap lebur dalam electric furnace.
d) Smelting
Proses peleburan dalam electric furnace adalah proses utama
dalan rangkaian proses ini. Reaksi reduksi 80% terjadi secara lagsung dan 20%
secara tidak langsung pada temperature sampai 1650o C.
e)
Refining
Pada proses ini yang
paling utama adalah menghilangkan/ memperkecil kandungan Sulfur dalan crude Fe-Ni dan sering disebut
Desulfurisasi. Dilakukannya proses ini berkaitan dengan kebutuhan proses
lanjutan yang digunakannya Fe-Ni sebagai umpan untuk pembuatan baja dimana baja
yang bagus harus mengandung Sulfur maksimal 20 ppm sedangkan kandungan Sulfur
pada Crude Fe-Ni masih sekitar
0.3% sehingga jika kandungan Sulfur tidak diturunkan maka pada proses pembuatan
baja membutuhkan kerja keras untuk menurunkan kadar.[6]
Bijih nikel dipanggang
di udara menghasilkan NiO, yang kemudian direduksi dengan C menjadi Ni. Nikel
biasanya dimurnikan dengan elektrodeposisi namun dalam nikel yang tinggi
kemurniannya tetap dibuat dengan proses karbonil. CO bereaksi dengan Ni yang
tidak murni pada suhu 50ºC dan tekanan biasa atau dengan anyaman nikel tembaga
dalam keadaan yang lebih kuat menghasilkan Ni(CO)4 yang mudah
menguap, di mana logam dengan kemurnian 99,90-99,99 % diperoleh pada komposisi
termal 200 º C.
Nikel diekstrak dari
ore nya dengan proses pemanggangan menghasilkan logam yang kemurniannya
>80%. Pemurnian akhir dari pemurnian nikel oksida menggunakan proses Mond,
yang dapat meningkatkan kemurnian nikel hingga 99%. Proses modern dipatenkan
oleh L. Mond.
Proses Mond yang
kadang-kadang dikenal sebagai proses karbonil adalah teknik yang diciptakan
oleh Ludwig Mond pada tahun 1890 untuk mengekstrak dan memurnikan nikel. Proses
ini digunakan secara komersial sebelum akhir abad ke-19. Hal ini dilakukan
dengan mengkonversi oksida nikel (nikel dikombinasikan dengan oksigen) ke nikel
murni.
Proses ini memanfaatkan
fakta bahwa ikatan kompleks antara karbon monoksida dengan nikel mudah dan
reversibel untuk memberikan karbonil nikel. Proses ini memiliki tiga langkah
a)
Nikel oksida
direaksikan dengan Syngas pada 200 ° C untuk menghilangkan oksigen,
meninggalkan nikel murni. Kotoran termasuk besi dan kobalt.
NiO (s) + H2
(g) → Ni (s) + H2O (g)
b)
Nikel murni direaksikan
dengan karbon monoksida berlebih pada 50-60 ° C untuk membentuk karbonil nikel.
Ni (s) + 4 CO (g) → Ni
(CO)4 (g)
c)
Campuran karbon
monoksida berlebih dan nikel karbonil dipanaskan hingga 220-250 ° C. Pada
pemanasan, tetracarbonyl nikel nikel terurai untuk memberikan:
Ni (CO) 4
(g) → Ni (s) + 4 CO (g)
Untuk memisahkan nikel
dengan wastenya dapat dibantu dengan melihat tingkat kebasaan, Tingkat kebasaan
ini menentukan brick/ refractory/bata tahan api yang harus digunakan di dalam
tungku (furnace), jika basisitas tinggi maka refractory yang digunakan juga
sebaiknya mempunyai sifat basa agar slag (terak) tidak bereaksi dengan
refractory yang akan menghabiskan lapisan refractory tersebut. Basisitas juga
menentukan viscositas slag, semakin tinggi basisitas maka slag semakin encer dan
mudah untuk dikeluarkan dari furnace. Namun basisitas yang terlalu tinggi juga
tidak terlalu bagus karena difusi Oksigen akan semakin besar sehingga
kehilangan Logam karena oksidasi terhadap logam juga semakin besar.
Selanjutnya untuk
memproses Nickel matte
menggunakan ekstraksi logam hydrometalurgy
(proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur yang relatif
rendah dengan cara pelindian dengan media cairan). Proses Pyrometallurgy Reduksi yang
terjadi pada proses ini hanya sebagian dari besi saja yang dapat diikat menjadi
terak, dan sebagian besar masih dalam bentuk ferro-nikel alloy.Dalam hal ini untuk memisahkan besi dari nikel
pada reaksi peleburan tersebut ditambahkan beberapa bahan yang mengandung
belerang (Gypsum atau Pyrite). Karena perbedaan daya ikat besi dan nikel
terhadap oksigen dan belerang, sehingga proses ini didapatkan metal yaitu
paduan Ni3S2 dan FeS dan sebagian besar besi dapat
diterakkan
Metal yang dihasilkan ini
masih mengandung lebih dari 60 % Fe dan selanjatnya metal yang masih dalam
keadaan cair terus diprosos lagi dalam konvertor. Proses-proses konvertor
diberikan bahan tambah silikon untuk menterakkan oksida besi.Terak hasil
konvertor ini masih mengandung nikel yang cukup tinggi, sehingga terak ini
biasanya di proses ulang pada peleburan (Resmelting).Proses selanjutnya metal
di panggang untuk memisahkan belerang.
Nikel oxide yang didapat dari pemanggangan
selanjutnya di reduksi dengan bahan tambah arang (charcoal), sehingga didapat
logam nikel.[7]
Kobalt
Kobalt di alam
diperoleh sebagai bijih smaltit (CoAs2) dan kobaltit (CoAsS) yang
biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu. Untuk pengolahan bijih kobali dilakukan
sebagai berikut.
Pemanggangan:
CoAs (s) Co2O3
(s) +As2O3 (s)
Co2O3
(s) 2CoCl3(aq)
+ 3H2O (l)
Zat-zat lain seperti Bi2O3
dan PbO diendapkan dengan gas H2S.
Bi2O3
(s) + 3 H2S (g) Bi2S3(aq)
+ 3H2O (l)
PbO (s) + H2S
(g) PbS (s) + H2O
(l)
Pada penambahan CoCO3
(s) dengan pemanasan akan diendapkan As dan Fe sebagai karbonat. Dengan
penyaringan akan diperoleh CoCl3. Tambahan zat pencuci mengubah CoCl3
menjadi Co2O3 (s). Selanjutnya CoCO3 dierduksi
dengan gas hidrogen, menurut reaksi:
Co2O3
(s) + H2(g) 2Co (s) + 3H2O
(g)
2.
Kegunaan Kobalt Dan Nikel
Kobalt
a)
Cobalt dicampur dengan
nikel, besi dan batang – batang rel lain untuk membuat alnico, suatu campuran
logam memiliki kekuatan magnetis yang banyak digunakan mesin jet dan turbin gas
mesin/motor.
b)
Digunakan sebagai bahan
baja tahan karat dan baja magnit
c)
Co+2 yang berwarna
merah jambu sering digunakan untuk tinta rahasia
d) Kertas yang mengandung
Co+2 biru digunakan dalam sistem peramalan cuaca
e)
Paduan kobalt dengan
logam besi serta sejumlah kecil logam lainnya dapat digunakan sebagai bahan
untuk membuat alat pemotong dan operasi.
Nikel
Karena sifatnya yang
fleksibel dan mempunyai karakteristik – karakteristik yang unik, seperti tidak
berubah sifatnya jika terkena udara, ketahanannya terhadap oksida dan
kemampuannya untuk mempertahankan sifat – sifat aslinya si bawah suhu yang
ekstrim, Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial dan industri. Nikel
fungsinya sangat berharga dalam pembentukan logam campuran.
Beberapa penggunaan
nikel:
a)
Nikrom: 60% Ni , 25%
Fe, dan 15% Cr : pembuatan alat – alat laboratorium (tahan asam).
b)
Alnico (Al, Ni, Fe dan
Co) sebagai bahan pembuat magnet yang kuat.
c)
Elektroplating
(pelapisan besi dan tembaga)
d) Serbuk nikel sebagai
katalis seperti pada adisi H2 dalam proses pembuatan mentega, juga pada
cracking minyak bumi.
e)
Pembuatan aloi, baterai
elektrode dan keramik
f)
Permalloy (Ni dan Fe)
digunakan untuk peralatan transmisi suara, seperti pita kaset.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecenderungan pada
kobalt stabilisasi bilangan oksidasinya dapat dilihat dari kestabilan bilangan
oksidasi unsur transisi. Kecendrungan penurunan kestabilan terjadi menurut
deretan Ti, V, Cr, Mn, dan Fe, serta Co. Tingkat oksidasi tertinggi kobalt
adalah IV, namun hanya sedikit senyawaan seperti itu yang dikenal. Kobalt(III)
relatif tidak stabil dalam senyawaan sederhana, namun kompleks spin rendah
sangat stabil, khususnya bila terdapat atom-atom donor (misalnya N) yang
memberikan sumbangan besar pada medan ligan.
Nikel sangat tahan
terhadap udara atau air pada suhu biasa, sehingga logam ini digunakan sebagai
lapisan pelindung bagi logam lain. Nikel mudah larut dalam asam mineral encer.
Logam nikel atau aliasinya digunakan untuk menangani dan spesies
fluorida korosif lainnya. Serbuk nikel reaktif terhadap udara dan pirofor.
Nikel dapat menyerap sejumlah hidrogen sehingga digunakan untuk reduksi
katalitik.
Unsur cobalt di alam
selalu didapatkan bergabung dengan nikel dan biasanya juga dengan arsenik.
Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial dan industri.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini
dapat menambah wawasan,dan pembaca disarankan untuk membaca referensi lain
agarmemperluas wawasan dan pengetahuan dan semoga
teman-teman memperoleh manfaat yang ada dalam meteri tersebut. Jika ada
terdapat kekurangan terhadap materi kami, kami mohon maaf, terima kasih telah
memperhatikan sekaligus memahami materi kami.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Achmad, Hiskia.2001.Penuntun Belajar Kimia Dasar Kimia Unsur dan
Radiokimia. Bandung:PT. Citra Aditya Bakti.
Brady, James E.. 2002. Kimia
Universitas Asas dan Strukutur. jilid 2. Tangerang :Binarupa Aksara.
Cotton, F. Albert dan
Geofrey Wilkinson.2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press.
Saito, Taro, (1996), ebook Kimia Anorganik, Tokyo: Iwanami
Publishing Company.
Handoyo, Kristian, dkk.
2001. Buku Materi Pokok Kimia Anorganik 2.Jakarta:Universitas Terbuka.
Rahayu, Sri. 2007. Sains
Kimia 3 SMA/MA Kelas XII.Jakarta: Bumi Aksara.
Wikipedia.2011.Mond
Process. http://en.wikipedia.org/wiki/Mond_process francisj Diakses pada 25 April
2013 pukul 16:37
Kuswati , Tine Maria,dkk.
2007. Sains Kimia 3 SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Bumi Aksara.
Anonim.2012.http://veralikesastrachemist.blogspot.com/2012/11/makalah-mangan-besi-kobalt.html Diakses pada 28 April 2017 pukul 16:38
[1]
Brady, James E.. 2002. Kimia
Universitas Asas dan Strukutur. jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara. Hlm 46
[3]
Cotton, F. Albert dan
Geofrey Wilkinson.2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press. Hlm
57.
[4]
Handoyo, Kristian, dkk.
2001. Buku Materi Pokok Kimia Anorganik 2.Jakarta: Universitas Terbuka.
Hlm 67
[5]
Rahayu, Sri. 2007. Sains
Kimia 3 SMA/MA Kelas XII.Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 55
[6]
Achmad, Hiskia.2001.Penuntun Belajar Kimia Dasar Kimia Unsur dan
Radiokimia. Bandung:PT. Citra Aditya Bakti. Hlm 34
[7]
Kuswati , Tine Maria,dkk.
2007. Sains Kimia 3 SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 45.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar