PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kata akhlak berasal
dari dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlak yang artinya perangi
atau budi pekerti. Ukuran akhlak itu baik atau buruk adalah motif yang
mendasari perbuatan dan tindakan dan adanya petunjuk yang mengatakan itu
baik berdasarkan firman Allah dan sabda Rasul saw. Jadi pemahaman akhlak
adalah seseorang yang mengerti benar tentang segala sesuatu tindakannya hanya
mengharap ridho Allah swt.
Akhlak merupakan
masalah yang sangat penting dalam islam. Seseorang dapat dikatakan berakhlak
ketika dia menerapakan nilai-nilai islam dalam aktifitas hidupnya. Jika
aktifitas itu terus dilakukan berulang-ulang dengan kesadaran hati maka akan
menghasilkan kebiasaan hidup yang baik. Akhlak merupakan perpaduan antara hati,
pikiran, perasaan, kebiasaan yang membentuk satu kesatuan tindakan dalam
kehidupan. Sehingga bisa membedakan mana yang baik dan tidak baik, mana yang
jelek dan mana yang cantik dan hal ini timbul dari futrahnya sebagai manusia.
Hati nurani manusia selalu
mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran Allah Swt.
Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena
pengaruh dari luar misalnya pengaruh pendidikan, lingkungan, pakaian dan juga
pergaulan. Sehingga menyebabkan manusia sulit membedakan antara akhlak terpuji
dan akhlak tercela. Maka kami dalam makalah ini membahas tentang “materia
akhlak (akhlak baik dan akhlak buruk”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah kami paparkan maka rumusan masalah yang kami ambil :
a.
Apa pengertian dari akhlak terpuji dan akhlak tercela
b.
Apa saja yang termasuk akhlak terpuji dan akhlak
tercela?
c.
Bagaimana penerapannya dalam kehidupan?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari
makalah ini antara lain :
a.
Bentuk penyelesaian tugas mata pelajaran aqidah akhlak
b.
Menjelaskan akhlak terpuji dan macam-macam akhlak
terpuji dan akhlak tercela dengan macam-macam akhlak tercela.
c.
Mengetahui penerapan akhlak terpuji dan akhlak tercela
dalam kehidupan sehari-hari.
D.
Manfaat Penulisan
Kami berharap makalah
ini mampu menambah wawasan pembaca mengenai akhlak terpuji yang di ridhoi Allah
SWT dan Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang mampu menambah iman para
pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun” yang
merupakan bentukjamak dari “khuluqun”, atau akhlak juga
berarti budi pekerti, tabia’at atau tingkah laku, watak,dan perangai.
Sedangkan menurut
istilah akhlak didefenisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
a.
Menurut Al-Ghazali, segala sifat yang tertanam dalam hati yang
menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan
pemikiran tanpa pertimbangan.
b.
Menurut Abdul Karim Zaidan, nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa
sehingga seseorang dapat menilai perbuatan baik atau buruk, kemudian memilih
melakukan atau meninggalkan perbuatan tersebut.
c.
Menurut Ahmad Amin ialah membiasakan kehendak. Ini
berari bahwa kehendak itu apabila dibiasakan terhadap maka kebiasan itu akan
dapat membentuk akhlak.
d.
Menurut Ibnu Maskawaih, akhlah adalah perilaku jiwa
seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui
pertimbangan (sebelumnya).
Jadi, ilmu akhlak ialah
ilmu yang berusaha untuk mengenal tingkah laku manusia kemudian memberi hukum/nilai
kepada perbuatab itu bahwa ia baik atau buruk sesuai dengan norma-norma akhlak
dan tata susila.
B.
Pengertian Akhlak
Terpuji & Akhlak Tercela
Akhlak terpuji disebut
juga akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah, artinya segala macam perilaku
atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan
akhlak buruk yang disebut juga akhlak mazmumah, yaitu segala macam
perilaku atau perbuatan buruk/tercela yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut ajaran Islam
penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk al-qur’an da al-hadis.
Jika kita perhatikan al-qur’an atau hadis dapat dijumpai berbagai istilah yang
mengacu kepada baik dan ada pula yang mengacu kepada yang buruk. Diantara
istilah yang mengacu kepada yang baik misalnyaal-hasanah, thayyibah, khairah,
karimah, mahmudah, azizah dan al-birr.
Keutamaan akhlak
terpuji disebutkan dalam hadist salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan
oleh Abu dzar dari Nabi Muhammad saw, yang artinya:
“ wahai abu dzar!
‘maukah aku tunjukan dua hal yang sangat ringan dipunggung, tetapi sagat berat
ditimbangan(pada hari kiamat kelak?)’, Abu dzar menjawab, ‘hendaklah kamu
melakukan akhlak terpuji dan banyak diam. Demi Allah yang tanganku berada digenggamannya,
tidak ada makhluk lain yang dapat bersolek dengan dua hal tersebut” (H.R
Al-baihaqi)
Akhlak buruk atau
akhlakul mazmumah adalah akhlak yang tercela dan akhlak baik pun bisa menjadi
akhlak tercela jika dalam melakukan perbuatan baik itu niat dan cara
melakukannya dengan cara tidak baik.
Segala bentuk akhlak
yang bertentangan dengan akhlak terpuji disebit dengan akhlak tercela. Akhlak
terceka merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat merusak keimanan
seseorang dan adapat menjatuhkan amartabatnya sebagai manusia.
Sebagai maunsia yang
beriman kita harus menjauhi akhlat tercela, sebagaimana yang nyatakan dalam
beberapa keterangan.
1.
Rasulullah saw.bersabda:
“ seandainya akhlak
buruk itu seseorang yang berjalan ditengah-tengah manusia, ia pasti seseorang
yang buruk. Sesungguhnya Allah tidak menjadikan perangiku jahat.”
2.
Rasulullah saw bersabda:
“ sesungguhnya akhlak
tercela merusak kebaikan sebagaimana cuka merusak madu”.
C.
Macam- Macam Akhlak
Terpuji
a. Husnuzan
a)
Pengertian
Husnuzan secara bahasa
berarti “berbaik sangka” lawan katanya adalah su’uzan yang berarti
berburuk sangka atau apriori dan sebagainya. Husnuzan adalah cara pandang
seseorang yang membuatnya melihat segala sesuatu secara positif, seorang yang memiliki
sikap husnuzan akan mepertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih,
pikiran dan hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya.
Sebaliknya orang yang pemikirannya senantiasa dikuasai oleh sikap su’uzan
selalu akan memandang segala sesuatu jelek, seolah-olah tidak ada sedikit pun
kebaikan dalam pandanganya, pikirannya telah dikungkung oleh sikap yang
menganggap orang lain lebih rendah dari pada dirinya. Sikap buruk sangka
identik dengan rasa curiga, cemas, amarah dan benci padahal kecurigaan, kecemasan,
kemarahan dan kebencian itu hanyalah perasaan semata yang tidak jelas
penyebabnya, terkadang apa yang ditakutkan bakal terjadi pada dirinya atau
orang lain sama sekali tak terbukti.
Kembali kepada
husnuzan, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1.
Husnuzan kepada Allah, ini dapat ditunjukan dengan
sifat tawakal, sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup.
2.
Husnuzan kepada diri sendiri, ditunjukan dengan sikap
percaya diri dan optimis serta inisiatif
3.
Husnuzan kepada sesama manusia, ditunjukan dengan cara
senang, berpikir positif dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa
curiga.
b) Macam-macam husnuzan
1.
Husnuzan Kepada Allah
Salah satu sifat
terpuji yang harus tertanam pada diri adalah adalah sifat husnuzan kepada Allah,
sikap ini ditunjukan dengan selalu berbaik sangka atas segala kehendak allah
terhadap hamba-Nya. Karena banyak hal yang terjadi pada kita seperti musibah
membuat kita secara tidak langsung menganggap Allah telah tidak adil, padahal
sebagai seorang mukmin sejati semestinya kita harus senantiasa menganggap apa
yang ditakdirkan Allah kepada kita adalah yang terbaik.Seseorang boleh saja
sedih, cemas dan gundah bila terkena musibah, akan tetapi jangan sampai
berlarut-larut sehingga membuat dirinya menyalahkan Allah sebagai Penguasa
Takdir. Sikap terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan cara segera menata
hati dan perasaan kemudian menegguhkan sikap bahwa setiap yang ditakdirkan
Allah kepada hamba-Nya mengandung hikmah. Inilah yang disebut dengan sikap
husnuzan kepada Allah.
Sebagai seseorang
mukmin yang meyakini bahwa Allah Maha Tahu atas apa yang terjadi terhadap
hamba-Nya, karena itu kita semestinya berpikir optimis, yakin bahwa rahmat dan
karunia yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan pernah putus.
Sebagaimana Firman Allah Swt :
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ
كُلَّ شَيْءٍ
“Dan rahnat ku meliputi segala sesuatu” (Q.S.Al-A’raf
: 156)
Sehubungan dengan ayat
ini, kita perlu ber-husnuzan kepada Allah dalam segala hal dan keadaan, Allah
Maha Tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya, ketika kita senang dan suka karena
mendapatkan rezeki dan kenikmatan dari Allah, maka sebaliknya saat kita dalam
keadaan nestapa dan duka karena mendapatkan ujian dan cobaan hendaknya tetap
ber-husnuzan kepada Allah Swt., sebab semua yang diberikan oleh Allah, baik
berupa kenikmatan maupun cobaan tentu mengandung banyak hikmah dan kebaikan.
Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam sebuah Hadits Qudsi yang artinya :
“Selalu menuruti
sangkaan hamba ku terhadap diriku jika ia berprasangka baik maka akan
mendapatkan kebaikan dan jika ia berprasangka buruk maka akan mendapatkan
leburukan” (H.R.at-Tabrani dan Ibnu Hiban).
2.
Husnuzan terhadap Diri
Sendiri
Perilaku husnuzan
terhadap diri sendiri artinya adalah berperasangka baik terhadap kemampuan yang
dimilki oleh diri sendiri. Dengan kata lain, senantiasa percaya diri dan tidak
merasa rendah diri di hadapan orang lain. Orang yang memiliki sikap husnuzan
terhadap diri sendiri akan senantiasa memiliki semangat yang tinggi untuk
meraih sukses dalam setiap langkahnya. Sebab ia telah mengenali dengan baik
kemempuan yang dimilikinya, sekaligus menerima kelemahan yang ada pada dirinya,
sehingga ia dapat menetahui kapan ia harus maju dan tampil di depan dan kapan
harus menahan diri karena tidak punya kemampuan di bidang itu.
3.
Husnuzan terhadap Sesama
Manusia
Husnuzan terhadap
sesama manusia artinya adalah berprasangka baik terhadap sesama dan tidak
meragukan kemampuan atau tidak bersikap apriori. Semua orang dipandang baik
sebelum terbukti kesalahan atau kekeliruannya, sehingga tidak menimbulkan
kekacauan dalam pergaulan. Orang yang ber-husnuzan terhadap sesama manusia
dalam hidupnya akan memiliki banyak teman, disukai kawan dan disegani
lawan.Husnuzan terhadap sesama manusia juga merupakan kunci sukses dalam
pergaulan, baik pergaulan di Sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarkat.
Sebab tidak ada pergaulan yang rukun dan harmonis tanpa adanya prasangka baik
antara satu individu dengan individu lainnya.
Contoh Perilaku
Husnuzan
1.
Husnuzan kepada Allah dan
Sabar Menghadapi Cobaan-Nya
Berprasangka baik
kepada Allah Swt. artinya menganggap qada dan qadar yang diberikan Allah adalah
hal yang terbaik untuk hamba-Nya, karena Allah Swt. bertindak terhadap
hamba-Nya seperti yang disangkakan kepada-Nya, kalau seorang hamba berprasangka
buruk kepada Allah Swt., maka buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut,
jika berprasangka baik kepada-Nya, maka baik pulalah prasangka Allah kepada
hamba-Nya.
Cara menunjukkan sikap
husnuzan kepada Allah swt adalah :
a.
Senantiasa taat kepada Allah.
b.
Bersyukur apabila mendapatkan kenikmatan.
c.
Bersabar dan ikhlas apabila mendapatkan ujian serta
cobaan.
d.
Yakin bahwa terdapat hikmah di balik segala
penderitaan dan kegagalan.
2.
Husnuzan kepada Diri Sendiri.
Husnuzan kepada diri
sendiri adalah sikap baik sangka kepada diri sendiri dan meyakini akan
kemampuan dan potensi yang dimiliki. Husnuzan kepada diri sendiri dapat
ditunjukkan dengan sikap gigih dan optimis. Gigih berarti sikap teguh
pendirian, tabah dan ulet atau berkemauan kuat dalam usaha mencapai sesuatu
cita-cita. Sedangkan optimis adalah sikap yang selalu memiliki harapan baik dan
positif dalam segala hal.
Manfaat sikap gigih
adalah :
1)
Membentuk pribadi yang tangguh
2)
Menjadikan seseorang teguh pendirian dan tidak mudah
terpengaruh
3)
Menjadikan seseorang kreatif.
4)
Menyebabkan tidak gampang putus asa dan menyerah
terhadap keadaan.
5)
Berinisiatif, artinya pelopor atau langkah pertama
atau senantiasa berbuat sesuatu yang sifatnya produktif. Berinisiatif menuntut
sikap bekerja keras dan etos kerja yang tinggi. Adapun ciri-ciri orang penuh
inisiatif adalah kreatif dan tidak kenal putus asa.
3.
Husnuzan kepada Sesama
Manusia
Husnuzan kepada sesama
manusia adalah sikap yang selalu berpikir dan berprasangka baik kepada sesama
manusia. Sikap ini ditunjukkan dengan rasa senang, berpikir positif dan sikap
saling menghormati antar sesama hamba Allah tanpa ada rasa curiga, dengki dan
perasaan tidak senang tanpa alasan yang jelas
Nilai dan manfaat dari
sikap Husnuzan kepada manusia mengandung nilai dan manfaat sebagai berikut :
a.
Hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih
baik.
b.
Terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan
sesama.
c.
Selalu senang dan bahagia atas kebahagiaan orang lain.
Hikmah Husnuzan
Di antara hikmah
husnuzan adalah sebagai berikut:
1.
Menumbuhkan perasaan cinta kepada Allah, artinya
melaksanakan perintah Allah dan Rasul serta menjauhi segala larangannya,
melaksanakan jihad fisabillilah dan mencintai sesame manusia karena Allah.
2.
Menumbuhkan perasaan syukur kepada Allah atas segala
nikmat-Nya.Menumbuhkan sikap sabar dan tawakal.
3.
Menumbuhkan keinginan untuk berusaha beroleh rahmat
dan nikmat Allah.
4.
Mendorong manusia mencapai kemajuan.
5.
Menimbulkan ketentraman.
6.
Menghilangkan kesulitan dan kepahitan.
7.
Membuahkan kreasi yang produktif dan daya cita yang
berguna.
b. Tobat
a) Hakekat Tobat
Kata taubat adalah
terambil dari bahasa arab “taubatun”, kata tersebut berasal dari kata
“taaba-yatubu-taubatun” yang artinya kembali. Orang yang taubat karena takut
azab Allah disebut “taaibun” (isim fail dari taba). Orang bertaubat kepada Allah
adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu: kembali dari sifat-sifat
tercela menuju sifat yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju
perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang
dibenci Allah menuju yang diridhai-Nya,kembali dari saling bertentangan menuju
saling menjaga persatuan, kembali kepada Allah setelah meninggalkan-Nya yang
kembali taat setelah melanggar larangan-Nya.
$pkš‰r'¯»tƒ
šúïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä (#þqç/qè?
’n<Î)
«!$# Zpt/öqs? %·nqÝÁ¯R 4Ó|¤tã öNä3š/u‘ br&
tÏeÿs3ãƒ
öNä3Ytã
öNä3Ï?$t«Íh‹y™ öNà6n=Åzô‰ãƒur ;M»¨Zy_
“ÌøgrB
`ÏB
$ygÏFøtrB
ã»yg÷RF{$#
tPöqtƒ Ÿw “Ì“øƒä†
ª!$# ¢ÓÉ<¨Z9$#
z`ƒÏ%©!$#ur
(#qãZtB#uä ¼çmyètB
(
öNèdâ‘qçR
4Ótëó¡o„ šú÷üt/ öNÍk‰É‰÷ƒr&
öNÍkÈ]»yJ÷ƒr'Î/ur
tbqä9qà)tƒ !$uZ/u‘ öNÏJø?r& $uZs9
$tRu‘qçR öÏÿøî$#ur !$uZs9 (
y7¨RÎ) 4’n?tã Èe@à2
&äóÓx« փωs%
ÇÑÈ
Hai orang-orang yang
beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, …."(Q.S. At-Tahrim/66:8)
Jadi, Taubat yaitu
menyesali perbuatan dasa yang telah dilakukan, dan akan mengulangi kembali.
Dalam kehidupan ini manusia pasti berbuat dosa. Tak satupun manusia yang tidak
berbuat dosa, walau dosa kecil. Rasulullah saw. Bersabda yang artinya:“Setiap
anak Adam(manusia) berdosa. Sebaik-baik orang yang bedosa ialah yang mau
bertaubat. (H.R. Tirmidzi, Ibnu Hibban dengan sanad yang kuat)”.
b) Hukum bertaubat
Bertaubat termasuk
perkara yang diwajibkan dalam agama. Dengan bertaubat manusia akan berhenti
dari berbuat dosa.Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Ia senantiasa memberi
kesempatan kepada hambaNya yangmau memohon ampun atas segala dosa yang telah
dia perbuat.Seperti dalam firman Allah dalam Q.S. An-Nuur Ayat 31 yang artinya:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ
جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“ bertaubatlah kamu semua kepada Allah hai orang-orang
yang beriman, agar kamu beruntung”.
c) Penggolongan taubat
Secara umum para ulama membagi tobat menjadi tiga bagian, yaitu sebagai
berikut:
1.
Tobat Awam (tobat manusia
umum),yaitu tobat manusia secara umum. Yang dimaksud ialah bahwa hati seseorang
tunduk dikarenakan dirinya telah melakukan perbuatan salah dan dosa.
2.
Tobat Khawash (tobat
orang-orang khusus), tobat tingkat ini sebagai pertanda meningkastnya makrifah
manusia kepada Allah. Mereka merasa malu dikarenakan telah melakukan
perbuatan-perbuatan yang mekruh. Hatinya tunduk dan khusyuk dihadapan Allah,
tobat semacam ini sebagaimana yang dilakukan nabi Adam yang menangis dan
menyesal karena telah melanggar larangan Allah yaitu memakan buah Khuldi.
3.
Tobat Akhash Al-khawash,
tingkatan tobat yang paling tinggi adalah tobat ini. Tobat rasulullah manakala
dia berkata, “sesungguhnya ini adalah kebodohan pada hatiku, dan sesungguhnya
aku akan memohon ampun kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari”.
Dengan kata lain, untuk membersihkan hatinya dari menaruh perhatian kepada
selain Allah, Rasulullah bristigfar kepada Allah.
d) Tata cara untuk bertobat
Untuk melakukan tobat
yang sempurna, seseorang yang bersalah harus memenuhi lima tahapan :
1.
Menyadari kesalahan
2.
Menyesali kesalahan
3.
Memohon ampun kepada Allah(istigfar )dengan keyakinan
atau husnuzhzhan bahwa Allah swt. Akan mengampuninya
4.
Berjanji tidak akan mengulanginya
Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal shaleh, untuk
membuktikan bahwa dia benar-benar bertobat.firman Allah swt. :
’ÎoTÎ)ur Ö‘$¤ÿtós9 `yJÏj9 z>$s? z`tB#uäur Ÿ@ÏHxåur $[sÎ=»|¹ §NèO 3“y‰tF÷d$# ÇÑËÈ
Artinya :“Dan Sesungguhnya aku Maha Pengampun bagi orang yang
bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.”(Q.S.Taha/20:82)
e) Jenis dosa dan cara tobatnya
Secara umum perbuatan
dosa dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu :
a.
Dosa yang berkaitan dengan hak Allah. Seperti berkata
dusta, meninggalkan sholat lima waktu, berbuat syirik,meminum khamar, berjudi,
main perempuan, menyaksikan film-film yang mengundang syahwat, semua diatas
adalah termasuk dosa besar. Caranya seseorang harus berhenti dari perbuatan
dosa tersebut dan menyesali perbuatan yang telah dilakukan, memperbaiki diri
dan tidak melakukan dosa yang sama untuk kedua kalinya.
b.
Dosa yang berkaitan dengan hak Allah namun hak Allah
yang wajib ditutupi atau diqada, seperti orang yang tidak mengerjakan puasa
caranya apabila dia meninggalkan satu hari saja puasa maka dia harus berpusa
selama enam puluh hari sebagai kafarah dari perbuatannya atau dia memberi makan
enam orang miskin.
c.
Dosa yang terkait dengan
hak manusia yang tidak membutuhkan kepada pengganti, seperti perbuatan gibah
mengumpat, mencari-cari kesalahan orang lain atau menggunjing. Caranya dengan
tidak mengumpat serta menyesali apa yang telah mereka lakukan dan memperbaiki
dirinya, maka pasti Allah mengampuninya.
d.
Dosa yang berkaitan dengan
hak manusia, yang wajib dikembalikan kepada mereka. Seperti memakan harta orang
lain, walaupun hanya sekedar satu karat, walaupun hanya sebutir gandum. Caranya
mengembalikan harta orang lain yang telah dighashabnya, kemudian menyesali apa
yang telah terjadi dan tidak memakan harta haram lagi dan dia juga tidak boleh
seperti seekor lintah yang menghisap darah manusia.
D.
Macam-Macam Akhlak
Tercela
a. Riya
Riya berasal dari
bahasa arab ri’aun atau riya’ yang artinya memperlihatkan. Kata ini diulang
berpuluh-puluh kali dalam al-qur’an. Firman allah :
ª!$# ’Í<ur šúïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä Oßgã_Ì÷‚ãƒ
z`ÏiB
ÏM»yJè=—à9$# ’n<Î)
Í‘q–Y9$# (
šúïÏ%©!$#ur
(#ÿrãxÿx. ãNèdät!$uŠÏ9÷rr& ßNqäó»©Ü9$#
NßgtRqã_Ì÷‚ムšÆÏiB
Í‘q–Y9$# ’n<Î)
ÏM»yJè=—à9$# 3
šÍ´¯»s9'ré& Ü=»ysô¹r&
Í‘$¨Y9$# (
öNèd $pkŽÏù šcrà$Î#»yz ÇËÎÐÈ
Artinya : Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari
apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir.(Q.S. Al-Baqarah/2: 264)
Menurut bahasa riya’ berarti pamer,
memperlihatkan, memamerkan,
atau ingin memperlihatkan yang bukan sebenarnya. Sedangkan menurut istilah riya’ dapat didefinisikan
“memperlihatkan suatu ibadah dan
amal shalih kepada orang lain, bukan karena Allah tetapi karena sesuatu selain Allah, dengan
harapan agar mendapat pujian atau penghargaan
dari orang lain.” Sementara memperdengarkan ucapan tentang ibadah dan amal salehnya
kepada orang lain disebut sum’ah (ingin didengar).
Adapun menurut istilah riya adalah melakukan
sesuatu karena ingin dilihat atau
ingin dipuji orang lain.
Riya’ merupakan perbuatan tercela dan merupakan syirik
kecil yang hukumnya haram.
Riya’ sebagai salah satu sifat orang munafik yang seharusnya dijauhi oleh orang mukmin. Simak QS. An Nisa’ : 142 :
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ
يُخَادِعُونَ اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ
قَامُواْ كُسَالَى يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللّهَ إِلاَّ قَلِيلاً
Artinya : “Sesungguhnya
orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka
bermaksud riya’ (dengan shalat itu) dihadapan
manusia, dan tidaklah mereka dzkiri kepada Allah kecuali sedikit sekali.”
Dalam sebuah hadis,
Rasulullah bercerita, ”Di hari kiamat nanti ada orang yang mati syahid
diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu orang itu melakukan
protes, ‘Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid dalam perjuangan membela
agama-Mu, mengapa aku dimasukkan ke neraka?’ Allah menjawab, ‘Kamu berdusta
dalam berjuang. Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari orang lain, agar dirimu
dikatakan sebagai pemberani. Dan, apabila pujian itu telah dikatakan oleh
mereka, maka itulah sebagai balasan dari perjuanganmu’.”
Orang yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang
bukan ikhlas karena Allah SWT, dalam agama disebut riya. Sepintas, sifat riya merupakan
perkara yang sepele, namun akibatnya sangat fatal. Sifat riyadapat memberangus
seluruh amal kebaikan, bagaikan air hujan yang menimpa
debu di atas bebatuan. Allah SWT berfirman :
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا
عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاء مَّنثُوراً
Artinya : ”Dan Kami
hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan”. (QS. Al-Furqan :
23)
Abu Hurairah r.a. juga
pernah mendengar Rasulullah bersabda :
”Banyak orang yang
berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya
itu kecuali lapar dan dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam yang tidak
mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur
semalaman.”
Begitu dahsyatnya
penyakit riya ini, hingga pernah seseorang bertanya
kepada Rasulullah, ”Apakah keselamatan itu?” Jawab Rasulullah, ”Apabila kamu tidak menipu Allah.”
Orang tersebut bertanya lagi, ”Bagaimana
menipu Allah itu?” Rasulullah menjawab, ”Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan
Rasul-Nya kepadamu, maka kamu
menghendaki amal itu untuk selain Allah.”
Meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit
di antara kita yang teperdaya oleh
penyakit hati ini. Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar ikhlas beribadah kepada Allah
tanpa adanya pamrih dari
manusia atau tujuan lainnya, baik dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya
berbeda-beda antara satu dan
lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan
manusia.
Secara tegas Rasulullah pernah bersabda,
”Takutlah kamu kepada syirik kecil.”
Para shahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil?” Rasulullah berkata, ”Yaitu
sifat riya. Kelak di hari
pembalasan, Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat riya, ‘pergilah kalian kepada mereka, di mana kalian
pernah memperlihatkan amal
kalian kepada mereka semasa di dunia. Lihatlah apakah
kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka’
a)
Perbedaan amal
perbuatan yang diridhai allah dengan amal perbuatan riya’
Antara amal perbuatan
yang diredhai oleh Allah dengan amal perbuatan
riya’ dapat dibedakan sebagai berikut :
Amal perbuatan yang diridhai Allah :
a.
Niat karena Allah
b.
Ikhla
c.
Sesuai dengan kemampuan
d.
Tidak pilih kasih
e.
Rahmat bagi seluruh alam
Amal perbuatan riya’
a.
Niat bukan karena Allah
b.
Tidak ikhlas
c.
Mengada-ada
d.
Pilih kasih
e.
Ingin dipuji
f.
Mengharap imbalan
b) Macam-macam riya’
Dilihat dari bentuknya,
ria dapat digolongkan 2 macam, yaitu :
1.
Ria dalam niat
Ria yang berkaitan
dengan hati, maksud ria dalam niat, yaitu sejak awal perbuatan bahkan yang
dilakukannya tidak didasari ikhlas sebelumnya sudah didasari ria. Yang mengetahui
hanya Allah SWT dan dirinya saja. Apabila seseorang ingin melakukan amal
perbuatan baik atau tidak tergantung pada niat. Rasulullah Saw. bersabda :
ﺳَﻤِﻌْﺖُﻋُﻤَﺮَﭐﺑْﻦَﭐﻟْﺨَﻄﱠﺎﺏﻗَﺎﻝَﻋَﻠَﻰﭐﻟْﻤِﻨْﺒَﺮﺳَﻤِﻌْﺖُﺭَﺳُﻮْﻝَﺹﻉﻳَﻘُﻮْﻝُِِﺇِﻧﱠﻤَﺎﺍْﻻَﻋْﻤَﺎﻝُﺑِﺎ ﻟﻨﱢﻴﱠﺎﺕِﻭَﺇِﻧﱠﻤَﺎﻟِﻜُﻞﱢﺍﻣْﺮِﺉٍﻣَﺎﻧَﻮَﻯ
( متفق عليه)
Artinya : “aku
mendengar Umar bin al Khaththab berkata di atas mimbar, ‘aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung
niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia niatkan”.
(H.R.Bukhari Muslim)
2.
Ria dalam perbuatan
Yaitu memamerkan atau
menunjukkan perbuatan di depan orang banyak, agar perbuatan tersebut dipuji,
diperhatikan, dan disanjung orang lain. Di antara contoh riya dalam perbuatan,
bila seorang pelajar terlihat belajar dengan sungguh-sungguh hanya karena ingin
mendapat nilai yang bagus. Dan dia melakukan hal itu kepada orang tuanya hanya
karena ingin mendapatkan apa yang dia minta dari orang tuanya cepat-cepat
terkabul.Beberapa penjelasan Allah SWT dalam Al Qur’an sehubungan dengan riya’
dalam perbuatan antara lain :
1)
Melakukan ibadah shalat tidak untuk mencapai keridlaan
Allah SWT, tetapi mengaharapkan pujian, popularitas di masyarakat. an dalam
Q.S. Al Ma’un : 4-6 :
×@÷ƒuqsù šú,Íj#|ÁßJù=Ïj9
ÇÍÈ tûïÏ%©!$#
öNèd `tã
öNÍkÍEŸx|¹ tbqèd$y™ ÇÎÈ tûïÏ%©!$#
öNèd šcrâä!#tãƒ
ÇÏÈ
Artinya : “Maka
celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya, orang-orang yang berbuat riya”.
2)
Bersedekah didasari riya laksana riya’ batu licin yang
diatasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih.
3)
Allah melarang pergi berperang didasari riya’ dan
menghalangi (orang) lain menempuh jalan Allah (sabilillah). Allah berfirman dalam Q.S. Al Anfaal : 47 :
وَلاَ تَكُونُواْ
كَالَّذِينَ خَرَجُواْ مِن دِيَارِهِم بَطَراً وَرِئَاء النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن
سَبِيلِ اللّهِ وَاللّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Artinya : Dan janganlah
kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh
dan ingin dipuji orang (ria) serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah.
Allah meliputi segala yang mereka kerjakan.
c)
Ciri orang yang berbuat
riya’
Beberapa ciri orang
yang mempunyai sifat riya’ dalam perbuatan :
a.
Tidak akan berbuat baik jika tidak dilihat orang lain
atau tidak ada imbalan baginya
b.
Melakukan amal saleh tanpa dasar, hanya ikut-ikutan.
c.
Tampak rajin penuh semangat jika amal perbuatannya
dilihat atau dipuji-puji orang.
d.
Ucapannya selalu menunjukkan bahwa dia yang paling
hebat, paling tinggi dan paling
mampu.
d) Bahaya-bahaya yang ditimbulkan dari sikap riya’
a. Terhadap diri sendiri :
1.
Selalu tidak ada puasnya, sekalipun hidupnya sudah berkecukupan sehingga berpotensi untuk korupsi dan
mengambil hak orang lain
2.
Selalu ingin dipuji dan dihormati
3.
Ketidakpuasan, sakit hati dan penyesalan ketika lain
tidak dihargai.
4.
Sombong dan membanggakan dir
5.
Tidak dapat bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada
Allah dan dalam berinteraksi
dengan sesama manusia
6.
Menyesal jika telah melakukan perbuatan baik hanya
karena tidak ada orang lain yang
melihatnya atau tidak ada imbalannya
7.
Jiwanya akan terganggu karena kegelisahan/keluh kesah
yang tiada henti
8.
Perbuatan riya’ termasuk syirik kecil
وَعَنْ مَحْمُودِ بْنِ
لَبِيدٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم
) إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ اَلشِّرْكُ اَلْأَصْغَرُ
اَلرِّيَاءُ (
أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ
بِسَنَدٍ حَسَن
Artinya : Dari Mahmud
Ibnu Labid r.a. bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpamu ialah syirik kecil: yaitu riya."
(Riwayat Ahmad dengan sanad hasan).
9.
Allah tidak akan menerima dan memberi pahala atas
perbuatan riya'
10. Di akhirat akan
dicampakkan ke dalam api neraka.
b.
Terhadap orang lain
1.
Berpotensi saling bermusuhan, karena ia mengungkit apa
yang yang diberikannya kepada
orang lain.
2.
Memamerkan amalnya kepada orang lain, sehingga orang
lain menjadi benci dan tidak senang
terhadapnya
3.
Sikap dan perilakunya yang ria akan berpotensi
menimbulkan pertikaian dan akhirnya
menimbulkan pengrusakan
e)
Tanda-tanda riya’
Tanda-tanda penyakit
hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib. Kata beliau, ”Orang yang riya itu memiliki
tiga ciri, yaitu malas beramal ketika sendirian dan giat beramal ketika berada
di tengah-tengah orang ramai, menambah amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi
amaliyahnya ketika dirinya dicela.”
f)
Kebiasaan yang dapat menghindari perbuatan riya
a.
Memfokuskan niat ibadah (ikhlas) hanya semata-mata
karena Allah SWT
b.
Membiasakan diri membaca basmallah sebelum memulai
pekerjaan
c.
Membiasakan menjaga lisan saat bekerja
d.
Membiasakan diri menolong atau membantu pekerjaan
orang lain tanpa harus disuruh dan
meminta imbalan
e.
Membiasakan bersedekah atau mengeluarkan infaknya
setiap mendapat rezeki atau kesenangan
f.
Tidak mudah tergiur atau terpengaruh dengan kemewahan
orang lain
g.
Tidak membuat kecemburuan kepada orang lain
h.
Saling menasehati untuk kebaikan dan kesabaran dalam
beribadah
i.
Tidak memamerkan sesuatu karena pada dasarnya semua
yang dimiliki adalah dari Allah dan
akan kembali kepada-Ny
j.
Membiasakan diri untuk bersyukur kepada Allah SWT
Allah SWT berfirman :
وَإِذْ تَأَذَّنَ
رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya : “Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
(Q.Ibrahim : 7)
b. Aniaya (Dzalim)
Menurut ajaran islam,
aniaya atau yang biasa disebut dzalim adalah berasal dari
(dzolama-yadzlimu-dzulman) yang artinya aniaya. Pelakunya disebut dzalim dan
perbuatannya disebut dzulmun. Ahli mauidzah mendefinisikan dzalim yaitu
meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Dzalim adalah perbuatan dosa yang
harus ditinggalkan. Karena tindakan aniaya akan dapat merusak kehidupan
pribadi, keluarga dan masyarakat. Tindakan aniaya digolongkan sebagai perbuatan
yang menyesatkan dan menyengsarakan.
Perkataan aniaya
berasal dari bahasa Sangsekerta yang berarti perbuatan bengis, penyiksaan atau
zalim, zalim artinya: tidak menempatkan sesuatu dengan semestinya atau sesuai
dengan ketentuan Allah Swt. Atau bisa diartikan tindakan yang tidak manusiawi,
yang bertentangan dengan hak azasi manusia dan Allah swt.
Berkaitan dengan
istilah dzalin, Ar-Razi memberikan sepuluh penafsiran sebagai berikut :
a.
Dzalim adalah orang yang paling banyak kesalahannya,
b.
Dzalim adalah sesuatu yang kulitnya lebih bagus daripada isinya,
c.
Dzalim adalah orang bertauhid dengan
lidah, tetapi berbeda dengan sepak terjang hidupnya
d.
Dzalim adalah orang yang berbuat dosa besar
e.
Dzalim adlah orang yang membaca
al-qur-an dengan tidak mau mempelajari isinya, apalagi mengamalkannya
f.
Dzalim adalah orang yang jahil
g.
Dzalim adalah orang yang masy’amah (berputu asa)
h.
Dzalim adalah orang yang setelah dihisab masuk ke neraka
i.
Dzalim adalah orang yang tidak mau berhenti berbuat maksiat
j.
Dzalim adalah orang yang mengambil al-qur’an, tetapi tidak mengamalkannya
a) Macam-macam sifat aniaya:
1.
Aniaya kepada
Allah swt, dg tidak mau melaksanakan perintah Allah yang wajib, dan
meninggalkan larangan Allah yang haram.
2.
Aniaya terhadap sesama manusia seperti ghibah,
(mengumpat), namimah (mengadu domba, fitnah, mencuri, merampok, melakukan
penyiksaan, dan melakukan pembunuhan.
3.
Aniaya terhadap binatang seperti menelantarkan piaraan,
menjadikan sasaran menembak.
4.
Aniaya terhadap diri sendiri: minum2an keras, malas,
menyiksa diri sendiri, bunuh diri.
b) Keburukan-keburukan aniaya bagi pelakunya:
1.
Dibenci masyarakat.
2.
Tidak tenang, dibayangi rasa takut.
3.
Mencemarkan nama baik diri dan keluarganya.
4.
Dijatuhi hukuman apabila perbuatannya diketahui.
5.
Jika tidak bertaubat dg sungguh maka akan dicampakkan
kedalam neraka.
c) Keburukan-keburukan bagi orang lain:
1.
Orang yang dianiaya akan mendapat bencana, seperti
kehilangan harta benda, sakit, jijwa.
2.
Bila penganiayaan terjadi dimana-dimana maka
masyarakat tidak mengalami ketentraman, dan kedamaian
3.
Semangat dan gairah kerja masyarakat akan menurun,
karena dibayangi rasa takut.
4.
Jika dalam suatu negri jumlah orang-orang jalimnya
mayoritas, dan tidak bertaubat, tidak mustahil Allah swt akan menimpakan azab.
¨bÎ) ÞOä3/u‘ ª!$# “Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚö‘F{$#ur ’Îû ÏpGÅ™ 5Q$ƒr& §NèO 3“uqtGó™$# ’n?tã ĸöyèø9$# ( ãÎn/y‰ãƒ tøBF{$# ( $tB `ÏB ?ì‹Ïÿx© žwÎ) .`ÏB ω÷èt/ ¾ÏmÏRøŒÎ) 4 ãNà6Ï9ºsŒ ª!$# öNà6š/u‘ çnr߉ç6ôã$$sù 4 Ÿxsùr& šcrã©.x‹s? ÇÌÈ
Artinya Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada
seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang
demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak
mengambil pelajaran?.( QS Yunus 10:3)
c. Diskriminasi
a) Pengertian
Secara bahasa
diskriminasi berasal dari bahasa Inggris “Discriminate”
yang berarti membedakan.Dan dalam bahasa arab istilah diskriminasi dikenal
dengan Al-Muhabbah yang artinya membedakan kasih
antara satu dengan yang lain atau pilih kasih.Kosakata discriminate ini kemudian diadopsi menjadi kosa
kata bahasa Indonesia “Diskriminasi” yaitu
suatu sikap yang membeda-bedakan orang lain berdasarkan suku, ras,bahasa,budaya,ataupun
agama.
Diskriminasi artinya memandang sesuatu tidak secara adil dan
memperlakukannya pula secara pilih kasih.Agar kita terhindar dari perbuatan diskriminasi ini
perlu sekali memahami tentang hak-hak dan kewajiban seseorang. Jika kita mau melakukan
diskriminasi, maka perhatikan dulu apakah dia memang berhak atau tidak, jika
memang berhak, maka kita harus mengurungkan diri untuk berbuat diskriminasi.
b) Jenis Perbuatan Diskriminasi
Adapun bentuk
penyimpanan perilaku-perilaku penyimpangan individual menurut kadar penyimpangan
nya adalah sbb :
a.
Penyimpangan tidak patuh pada nasihat orang tua agar
mengubah pendiriannya yang tidak sesuai
dengan nilai islam.
b.
Penyimpangan karena tidak taat terhadap pimpinan yang
disebut pembangkang
c.
Penyimpangan karena melanggar norma umum yang berlaku
disebut pelanggar.
d.
Penyimpangan karena tidak menepati janji,berkata
bohong,berkhianat kepercayaan.Khianat dan berlagak membela,disebut munafik.
Terjadinya
bentuk-bentuk perbedaan sosial (diferensiasi) dalam masyarakat diakibatkan oleh
adanya ciri-ciri tertentu, yaitu ciri-ciri fisik, social, dan budaya.
1.
Ciri-ciri fisik, yang berkaitan dengan ras, yaitu
penggolongan manusia atas dasar persamaan cirri-ciri fisik yang tampak dari
luar, seperti bentuk kepala, badan, hidung, rambut, muka, dan tulang rahang
bawah, serta warna kulit, rambut, dan mata. Perbedaan cirri-ciri fisik sangat
dirasakan pada masyarakat dalam Negara yang menjalankan politik diskriminasi
social, misalnya politik Apartheid di Afrika Selatan, sebelum Presiden Nelson
Mandela.
2.
Ciri-ciri sosial, yaitu yang berkaitan dengan status
dan peran para warga masyarakat dalam kehidupan sosial.
3.
Ciri-ciri budaya, yaitu ciri yang merupakan pembeda
budaya dan suku.
Dengan adanya perbedaan
social (diferensiasi) maka dapat kita katakana bahwa
diferensiasi merupakan awal adanya stratifikasi dan menjadi pemicu munculnya sikap diskriminasi.
c) Dampak Negatif Diskriminasi
1.
Memicu munculnya sektarianisme
2.
Memunculkan antar kelompok
3.
Mengundang masalah social yang baru
4.
Menciptakan penindasan dan otoritarianisme dalam
kehidupan
5.
Menghambat kesejahteraan kehidupan
6.
Menghalangi tegak nya keadilan
7.
Mempersulit penyelesaian masalah.
d) Cara Menghindari Diskriminasi
Untuk menghindari sikap
diskriminasi,maka setiap muslim harus mengedepankan sikap musawah.Sikap Musawah
(persamaan) cukup urgen dalam kehidupan modern.Sikap ini memiliki tujuan untuk
menciptakan rasa kesejajaran,persamaan dan kebersamaan serta penghargaan
terhadap sesama manusia sebagai makhluk Tuhan.
Adapun hal-hal untuk menghindari
diskriminasi, yaitu :
a.
Ta’aruf adalah, saling kenal mengenal yang tidak hanya
bersifat fisik atau biodata ringkas belaka,tetapi lebih jauh lagi menyangkut
latar pendidikan,budaya,keagamaan,pemikiran,ide-ide,cita-cita serta problem
kehidupan yang dihadapi
b.
Tafahum adalah, saling memahami kelebihan dan
kekurangan,kekuatan dan kelemahan masing-masing,sehingga segala macam bentuk
kesalahpahaman dapat dihindari
c.
Ta’awun adalah, saling tolong menolon
d.
Takaful adalah, saling memberikan jaminan.
e) Hikmah Menghindari Diskriminasi
1.
Mengutamakan orang lain
2.
Meringankan beban orang lai
3.
Tidak menjadi beban orang lain
4.
Ramah tamah terhadap sesama manusia
5.
Berperilaku sesuai ajaran islam
6.
Wajar dan realistis.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam islam akhlak
merupakan hal yang sangat diperhatikan, sehingga dalam islma akhlak terbagi
atas dua akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak terpuji adalah akhlak yang
disukai , disenangi oleh Allah swt bahakn dianjurkan dan diwajibkan. Akhlak
tercela adalah akhlak yang dilarang dan diharamkan oleh Allah swt. Akhlak
terpuji dan akhlak tercela begitu banyak, tetapi pada intinya niatkan hati kita
hanya untuk beribadah kepada Allah swt.
B.
Saran
Alhamdulillah akhirnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, segala koreksi dan saran demi
kesempurnaan makalah ini penyusun harapkan sebagai bentuk kepedulian bagi yang
ingin menambah khazanah kekeliruan dan sebagai bahan untuk memperbaiki dari apa
yang telah disusunnya. Sehingga mudah-mudahan kedepannya bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://syafrisalmi.wordpress.com/2012/10/25/makalah-aqidah-akhlak-tentang-pembahasan-akhlak-terpuji/
http://boxuchul.blogspot.com/2012/03/akhlak-terpuji-dan-akhlak-tercela.html
Buku modul Al-Hikmah
akidah akhlak kelas x semester I & II
Syeikh Ibrahim Jalhum. 2003. Pelita As-Sunnah
Petunjuk Jalan Bagi Kaum Muslimin. Bandung. Pustaka Setia
Mustofa H. 1997. Filsafat
Islam. Bandung: Pustaka Setia
Nata, Abuddin. 2010 .Akhlak Tasawuf. Jakarta :
Rajawali Pers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar