BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sejak abad ke-18, ilmu pengetahuan telah
berkembang pesat dan melahirkan teknologi canggih yang berperan penting dalam
kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan telah mengubah sejarah
peradaban manusia menjadi lebih modern. Para ilmuan berhasil mengembangkan
mengembangkan ilmu pengetahuan karena mereka bekerja secara sistematis, jujur
dan disiplin. Mereka mengembangkan semua keterampilan yang mereka miliki.
Keterampilan itu dinamakan keterampilan proses.Seseorang yang ingin mempelajari
sains diharapkan dapat menggunakan dan melatih keterampilan proses yang
dimilikinya sehingga akan terbentuk suatu sikap ilmiah dalam menjawab berbagai
pertanyaan-pertanyaan di alam.
Metode ilmiah adalah langkah-langkah sistematis
dan teratur yang digunakan dalam rangka mencari kebenaran ilmu pengetahuan.
Metode ilmiah diperlukan dalam melakukan suatu penelitian. Mengapa kita harus
melakukan penelitian ? Penelitian dilakukan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dan rasa ingin tahu manusia terhadap suatu kejadian atau
gejala alam tertentu. Ilmu pengetahuan terus berkembang karena para ilmuan tak
berhenti mencari tahu dan meneliti mengenai gejala-gejala alam yang terjadi.
Berdasarkan uraian diatas penulis akan membahas
mengenai struktur penelitian dan penulisan ilmiah, teknik penulisan ilmiah,
teknik notasi ilmiah.
B.
Permasalahan
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah :
1.
Bagaimana struktur penelitian dan penulisan
ilmiah ?
2.
Bagaimana teknik penulisan ilmiah ?
3.
Bagaimana teknik notasi ilmiah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Penelitian
Menurut Sukardi (2003) penelitian adalah proses
ilmiah yang mencakup sikap formal dan intensif. Karakter formal dan intensif
karena mereka terikat dengan aturan, urutan maupun cara penyajiannya agar memperoleh
hasil yang diakui dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Intensif dengan
menerapkan ketelitian dan ketepatan dalam melakukan proses penelitian agar
memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan, memecahkan problem melalui
hubungan sebab akibat, dapat diulang kembali dengan cara yang sama dan hasil
sama.
Penelitian menurut Kerlinger dalam Sukardi
(2003) ialah proses penemuan yang mempunyai karakteristik sistematis,
terkontrol, empiris, dan mendasarkan pada teori dan hipotesis. Beberapa karakteristik
penelitian sengaja ditekankan oleh Kerlinger agar kegiatan penelitian memang
berbeda dengan kegiatan professional lainnya. Penelitian berbeda dengan
kegiatan yang menyangkut tugas-tugas wartawan yang biasanya meliput dan
melaporkan berita atas dasar fakta. Pekerjaan mereka belum dikatakan
penelitian, karena tidak dilengkapi dengan karakteristik lain yang mendukung
agar dapat dikatakan hasil penelitian, yaitu karakteristik mendasarkan pada
teori yang ada dan relevan dan dilakukan secara insentif dan dikontrol dalam
pelaksanaannya.
Penelitian dapat pula diartikan sebagai cara
pengamatan atau inkuiri dan mempunyai tujuan untuk mencari jawaban permasalahan
atau proses penemuan. Baik itu discovery maupun invention. Discovery diartikan
hasil temuan yang memang sebetulnya sudah ada. Sedangkan invention diartikan
sebagai penemuan hasil penelitian yang betul-betul baru dengan dukungan fakta.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti
aturan-aturan metodologi misalnya observasi secara sistematis, dikontrol, dan
mendasarkan pada teori yang ada dan dipeerkuat dengan gejala yang ada.
B.
Tujuan
Penelitian
Tidak semua kegiatan penelitian itu memerlukan
biaya, tenaga, dan waktu. Dalam kegiatan penelitian memang mengandung kegiatan
yang sulit dan melelahkan, tetapi penelitian mempunyai tujuan yang hendak
dicapai oleh peneliti. Beberapa tujuan penelitian diantaranya adalah :
- Memperoleh informasi baru.
Penelitian biasanya akan berhubungan dengan
informasi atau data yang masih baru jika dilihat dari aspek sipeneliti.
Walaupun mungkin saja suatu data atau fakta tersebut telah ada dan berada di
suatu tempat dalam waktu lama. Apabila fakta tersebut baru diungkap dan disusun
secara sistematis oleh seorang peneliti pada saat itu maka dapat dikatakan
bahwa data peneliti tersebut dikatakan baru. Contoh data yang sering ditemui
dalam kondisi tersebut misalnya adalah fakta sejarah yang diperoleh di sebuah
situs desa Wonoboyo, Klaten. Dari situs tersebut ditemukan diantaranya
peninggalan peradaban masyarakat kuno yang berupa guci, mata uang, batu
permata, dan bagian bawah suatu bangunan yang merupakan bangunan kuno.
Hasil-hasil temuan tersebut menurut para ahli arkeologi adalah peninggalan pada
zaman Mataram kuno.
2. Mengembangkan dan menjelaaskan
Dengan melakukan pengembangan dan usaha
menjelaskan melalui teori yang didukung fakta-fakta penunjang yang ada,
peneliti akan dapat sampai pada pemberian pernyataan sementara yang sering
disebut hipotesis.
3. Menerangkan, Memprediksi, dan Mengontrol Suatu
Ubahan
Tujuan penelitian ini penting dalam aspek
akademika karena dengan memiliki kemampuan yang mencakup menerangkan.
Memprediksi dan mengontrol sesuatu, dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut
adalah ahli yang memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan orang awam.
4. Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah.
Sebenarnya banyak sekali bentuk dan cara
penulisan keilmuan yang dapat kita temui dalam berbagai pedoman penulisan.
Bentuk luarnya bias berbeda namun jiwa dan penalarannya adalah sama. Dengan
demikian maka yang lebih penting adalah bukan saja mengetahui teknik-teknik
pelaksanaannya melainkan memahami dasar pikiran yang melandasinya. Bagi seorang
maestro penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan operasionalisasi metode
ilmiah dalam kegiatan keilmuan. Demikian juga penulisan ilmiah pada dasarnya
merupakan argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa
tulisan. Untuk itu mutlak diperlukan penguasaan yang baik mengenai hakikat.
keilmuan agar dapat melakukan penelitian dan
sekaligus mengkomunikasikannya secara tertulis. Demikian juga bagi seorang
penulis ilmiah yang baik, tidak jadi masalah apakah hipotesis ditulis langsung
setelah perumusan masalah, ditempat mana akan dinyatakan postulat, asumsi atau
prinsip, sebabn dia tahu benar hakikat dan fungsi unsur-unsur tersebut dalam
keseluruhan struktur penulisan ilmiah (Suriasumantri : 1993).
Struktur penulisan ilmiah yang secara logis dan
kronologis mencerminkan kerangka penalaran ilmiah. Pembahasan ini ditujukan
bagi mereka yang sedang menulis tesis, disertasi, laporan penelitian atau
publikasi ilmiah lainnya, dengan harapan agar mereka lebih memahami logika dan
arsitektur penulisan ilmiah. Dengan mengenal kerangka berpikir filsafati maka
kita secara lebih mudah akan menguasai hal-hal yang bersifat teknis.
C.
Pengajuan
Masalah
Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah
adalah mengajukan masalah. Satu hal yang harus disadari bahwa pada hakikatnya
suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri dan terisolasi dari faktor-faktor
lain. Selalu terdapat konstelasi yang merupakan latar belakang dari suatu
masalah tertentu. Secara operasional suatu gejala baru dapat disebut masalah
bila gejala itu terdapat dalam suatu situasi tertentu.
Dalam konstelasi yang bersifat situsional
inilah maka kita dapat mengidfentifikasikan objek yang menjadi masalah.
Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah
dimana suatu objek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat kita kenali
sebagai suatu masalah.
Ternyata identifikasi masalah memberikan kepada
kita sejumlah pertanyaan yang banyak sekali. Dalam kegiatan ilmiah berlaku
semacam asas bahwa bukan kuantitas jawaban yang menentukan mutu keilmuan suatu
penelitian elainkan kualitas jawabannya. Lebih baik sebuah penelitian yang
menghasilkan dua atau tiga hipotesis yang teruji dan terandalkan dari pada
sebuah penemuan yang kurang dapat dipertanggungjawabkan. Ilmu merupakan
pengetahuan ilmiah yang dikembangkan secara kumulatif di mana setiap permasalahan
dipecahkan tahap demi tahap dan sedikit demi sedikit.
Permasalahan harus dibatasi ruang lingkupnya,
pembatasan masalah merupakan upaya untuk untuk menetapkan batas-batas
permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan
faktor mana saja yang termasuk ke dalam lingkup permasalahan, dan faktor mana
yang tidak.
Perumusan masalah merupakan upaya untuk
menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin kita
carikan jawabannya. Perumusan masalah dijabarkan dari identifikasi dan
pembatasan masalah, atau dengan katalain perumusan masalah merupakan pernyataan
yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan
diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Massalah yang
dirumuskan dengan baik, berarti sudah setengah dijawab. Perumusan masalah yang
baik bukan saja membantu memusatkan pikiran namun sekaligus mengarahkan juga
cara berpikir kita. Bagi kita sendiri sebaiknya logika berpikir ilmiah itulah
yang didahulukan dan dengan demikian maka struktur penulisannya mencerminkan
alur jalan berpikir. Jika postulat, asumsi dan prinsip dipergunakan dalam
penyusunan kerangka teoritis dalam pengajuan hipotesis maka ketiga pikiran
dasar tersebut sebaiknya dinyatakan dalam bagian kajian teoritis itulah
diperlukan pernyataan secara tersurat mengenai pikiran-pikiran dasar yang
melandasi kerangka argumentasi kita.
D.
Penyusunan
Kerangka Teoritis
Setelah masalah berhasil dirumuskan dengan baik
maka langkah kedua dalam metode ilmiah adalah mengajukan hipotesis. Hipotesis
merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan.
Cara ilmiah dalam memecahkan persoalan pada hakikatnya adalah mempergunakan
pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan agar kita
mendapatkan jawaban yang dapat diandalkan. Hal ini berarti bahwa dalam
menghadapi permasalahan yang diajukan maka kita mempergunakan teori-teori
ilmiah sebagai alat yang membantu kita dalam menemukan pemecahan.
Agar sebuah kerangka teoritis dapat meyakinkan
maka argumuntasi yang disusun tersebut harus dapat memenuhi beberapa syarat.
Pertama, teori-teori yang dipergunakan dalam membangun kerangka berpikir harus
merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan
mencakup perkembangan-perkembangan terbaru.
Pengetahuan filsafati tentang suatu teori
adalah pengetahuan tentang pikiran-pikiran dasar yang melandasi teori tersebut
dalam bentuk postulat, asumsi atau prinsip yang sering kurang mendapatkan
perhatian dalam proses belajar mengajar. Kedua, Analisis filsafatidari
teori-teori keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut dengan pembahasan
eksplisit mengenai postulat, asumsi, dan prinsip yang mendasarinya. Ketiga,
mampu mengidentifikasikan masalah yang timbul sekitar disiplin keilmuan
tersebut.
Pada hakikatnya kerangka berpikir dalam
pengajuan hipotesis didasarkan pada argumentasi berpikir deduktif dengan
mempergunakan pengetahuan ilmiah, sebagai premis-premis dasarnya. Mempergunakan
pengetahuan ilmiah sebagai premis dasar dalam kerangka argumentasi akan
menjamin dua hal. Pertama, karena kebenaran pernyataan ilmiah telah teruji
lewat proses keilmuan maka kita merasa yakin bahwa kesimpulan yang ditarik
merupakan jawaban yang terandalkan. Kedua, dengan mempergunakan pernyataan yang
secara sah diakui sebagai pengetahuan ilmiah maka pengetahuan baru yang ditarik
secara deduktif akan bersifat konsisten dengan tubuh pengetahuan yang telah
disusun.
Kerangka teoritis suatu penelitian dimulai
dengan mengidentifikasi dan nengkaji berbagai teori yang relevan serta diakhiri
dengan pengajuan hipotesis. Bahwa produk akhir dari proses pengkajian kerangka
teoritis ini adalah perumusan hipotesis harus merupakan pangkal dan tujuan dari
seluruh analisis.
Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Setelah kita berhasil merumuskan hipotesis yang
diturunkan secara deduktif dari pengetahuan ilmiah yang relevan maka langkah
berikutnya adalah menguji hipotesis tersebut secara empiris. Artinya kita
melakukan verifikasi apakah pernyataan yang dikandung oleh hipotesis yang
diajukan tersebut didukung atau tidak oleh kenyataan yang bersifat faktual.
Masalah yang dihadapi dalam proses verifikasi ini adalah bagaimana prosedur dan
cara dalam pengumpulan dan analisis data agar kesimpulan yang ditarik memenuhi
persyaratan berpikir induktif. Penetapan prosedur dan cara ini disebut
metodologi penelitian yang pada hakikatnya merupakan persiapan sebelum
verifikasi dilakukan.
Metodologi adalah pengetahuan tentang
metode-metode, jadi metodologi penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai
metode yang dipergunakan dalam penelitian. Setiap penelitian mempunyai metode
penelitian masing-masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan
tujuan penelitian.
Pada hakikatnya proses verifikasi adalah
mengumpulkan dan menganalisis data dimana kesimpulan yang ditarik kemudian
dibandingkan dengan hipotesis untuk menentukan apakah hipotesis yang diajukan
tersebut ditolak atau diterima. Dengan demikian maka teknik-teknik yang
tergabung dalam metode penelitian harus dipilih yang bersifat cocok dengan
perumusan hipotesis.
Penyusunan metodologi penelitian mencakup
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
- Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan yang mengidentikasikan variable-variabel dan karakteristik hubungan yang akan diteliti
- Tempat dan waktu penelitian di mana akan dilakukan generalisasi mengenai variable-variabel yang diteliti
- Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat generalisasi yang diharapkan
- Teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian, tingkat keumuman dan metode penelitian
- Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variable yang akan dikumpulkan, sumber data, teknik pengukuran, instrument dan teknik mendapatkan data
- Teknik analisis data yang mencakup langkah-langkah dan teknik analisis yang dipergunakan yang ditetapkan berdasarkan pengajuan hipotesis.
E.
Hasil
Penelitian
Dalam membahas hasil penelitian tujuan kita
adalah membandingkan kesimpulan yang ditarik dari data yang telah dikumpulkan
dengan hipotesis yang diajukan. Secara sistematik dan terarah maka data yang
telah di kumpulkan diolah, deskripsikan, bandingkan dan evaluasi yang semuanya
diarahkan pada sebuah penarikan kesimpulan apakah data tersebut data tersebut
mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian dapat
dilaporkan dalam kegiatan sebagai berikut :
1. Menyatakan variabel-variabel yang diteliti
2. Menyatakan teknik analisis data
3. Mendeskripsikan hasil analisis data
4. M.emberikan penafsiran terhadap kesimpulan
analisis data
5. Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah
ditolak atau diterima
F.
Ringkasan
dan Kesimpulan
Kesimpulan penelitian merupakan sintesis dari
keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari masalah, kerangka teoritis,
hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan penelitian. Sintesis ini membuahkan
kesimpulan yang ditopong oleh suatu kajian yang bersifat terpadu dengan
meletakkan berbagai aspek penelitian dalam perspektif yang menyeluruh.
Kesimpulan dapat diperinci ke dalam langkah-langkah sebagai berikut :
1. Deskripsi singkat mengenai masalah, kerangka
teoritis, hipotesis, metodologi dan penemuan penelitian
2. Kesimpulan penelitian yang merupakan sistesis
berdasarkan keseluruhan aspek
3. Pembahasan kesimpulan penelitian dengan
melakukan perbandingan terhadap penelitian lain dan pengetahuan ilmiah yang
relevan
4. Mengkaji implikasi penelitian
5. Mengajukan saran
G.
Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan seluruh kegiatan
penelitian yang paling banyak terdiri dari tiga halaman. Keseluruhan abstrak
merupakan sebuah eseiyang utuh dan tidak dibatasi oleh sub judul.
H.
Daftar
Pustaka
Pada hakikatnya daftar pustaka merupakan
inventarisasi dari seluruh publikasi ilmiah maupun nonilmiah yang digunakan
sebagai dasar bagi pengkajian yang dilakukan.
I.
Riwayat
Hidup
Sebuah tulisan ilmiah kadang-kadang disertai
riwayat hidup penulisnya. Riwayat hidup ini biasanya merupakan deskripsi dari
latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang mempunyai hubungan dengan
penulisan ilmiah yang disampaikan.
J.
Usulan
Penelitian
Usulan penelitian hanya mencakup langkah
pengajukan masalah, penyusunan kerangka teoritis dan pengajuan hipotesis serta
metodologi penelitian. Usulan penelitian biasanya dilengkapi dengan jadwal
kegiatan, personalia peneliti serta aspek-aspek lainnya yang berhubungan dengan
penelitian umpamanya pembiayaan.
K.
Teknik
Penulisan Ilmiah
Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek
yaitu gaya penulisan dalam bentuk pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam
menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam penulisan.
Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan tepat yang memungkinkan proses
penyampaian pesan yang bersifat reproduktif dan impersonal.
Bahasa yang dipergunakan harus jelas di mana
pesan mengenai objek yang ingin dikomunikasikan mengandung informasi yang
disampaikan sedemikian rupa sehingga sipenerima betul-betul mengerti akan isi
pesan yang disampaikan kepadanya.
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang
baik dan benar. Sebuah kalimat yang tidak bias diidentifikasikan mana yang
merupakan subjek dan mana yang merupakan predikat serta hubungan yang terkait
antara subjek dan predikat kemungkinan besar akan merupakan informasi yang
tidak jelas. Dalam menulis karangan ilmiah penggunaan kata harus dilakukan
secara tepat artinya kita harus memilih kata-kata yang sesuai dengan pesan apa
yang ingin disampaikan.
Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif,
artinya bahwasipenerima pesan mendapatkan kopi yang benar-benar sama dengan
prototipe yang disampaikan sipemberi pesan, seperti fotokopi. Dalam komunikasi
ilmiah tidak boleh terdapat penafsiran yang lain selain isi yang dikandung oleh
pesan tersebut, sedangkan dalam komunikasio estetik sering terdapat penafsiran
yang berbeda terhadap objek komunikasi yang sama, yang disebabkan oleh
penjiwaan yang memang tidak ditujukan kepada penjiwaan melainkan kepada
penalaran dan oleh sebab itu harus dihindarkan bentuk pernyataan yang tidak
jelas atau bermakna jamak.
L.
Teknik
Notasi Ilmiah
Pernyataan ilmiah yang kita pergunakan dalam
tulisan harus mencakup beberapahal. Pertama, harus dapat kita identifikasikan
orang yang membuat penyataan tersebut. Kedua, harus dapat kita identifikasikan
media komunikasi ilmiah di mana pernyataan itu disampaikan apakah itu makalah,
buku, seminar, lokakarya dan sebagainya. Ketiga, harus dapat kita identifikasikan
lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat berdomisili
dan waktu penerbitan itu dilakukan. Cara mencantumkan hal tersebut dalam
tulisan ilmiah disebut teknik notasi ilmiah. Terdapat bermacam-macam teknik
notasi ilmiah yang pada dasarnya mencerminkan hakikat dan unsur yang sama
meskipun dalam format dan symbol yang beerbeda-beda. Dibawah ini akan
dipelajari teknik notasi ilmiah yang menggunakan catatan kaki (footnote). Tanda
catatan kaki diletakkan diujung kalimat yang kita kutip dengan mempergunakan
angka arab yang diketik naik setengah spasi. Catatan kaki pada tiap bab diberi
nomor urut mulai dari angka 1 sampai habis dan diganti dengan nomor 1 kembali
pada bab yang baru. Beberapa contoh cara penulisan catatan kaki :
1. Jika satu kalimat terdiri dari beberapa catatan
kaki, tanda catatan kaki diletakkan di ujung kalimat yang dikutip sebelum tanda
baca penutup. Sedangkan satu kalimat yang seluruhnya terdiri dari satu kutipan
tanda catatan kaki diletakkan sesudah tanda baca penutup kalimat. Contoh
:Larrabe mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan yang dapat diandalkan1
sedangkan Ricther melihat ilmu sebagai sebuah metode2 dan Conant
mengidentifikasikan ilmu sebagai serangkaian konsep sebagai hasil dari
pengamatan dari percobaan3. Kalimat yang kita kutip harus dituliskan secara
tersurat dalam catatan kaki sebagai berikut ;
a. Harlod A. Larrabe, Reliable Knoeledge (Boston :
Houghton miffin,1964),hlm,4. hlm. 4.
2Maurice N. Ricther, Jr. Science as a Cultural Process (Cambrige : Schenkman, 1972), hlm.15.
3James B. Connant, Science and Common Sence (New Haven : yale University press, 1961),hlm. 25.
2Maurice N. Ricther, Jr. Science as a Cultural Process (Cambrige : Schenkman, 1972), hlm.15.
3James B. Connant, Science and Common Sence (New Haven : yale University press, 1961),hlm. 25.
b. Jika pengarang yang jumlahnya sampai tiga orang
dituliskan lengkap sedangkan jumlah pengarang yang lebih dari tiga orang hanya
ditulis nama pengarang pertama ditambah kata et al. (et all : dan lain-lain)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Struktur penulisan ilmiah yang secara logis dan
kronologis mencerminkan kerangka penalaran ilmiah. Pembahasan ini ditujukan
bagi mereka yang sedang menulis tesis, disertasi, laporan penelitian atau
publikasi ilmiah lainnya, dengan harapan agar mereka lebih memahami logika dan
arsitektur penulisan ilmiah. Dengan mengenal kerangka berpikir filsafati maka
kita secara lebih mudah akan menguasai hal-hal yang bersifat teknis. Struktur
penulisan dan penelitian ilmiah yaitu :
- Pengajuan masalah
- Penyusunan kerangka teori dan pengajuan hipotesis
- Metodologi penelitian
- Hasil penelitian
- Ringkasan dan Kesimpulan
Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek
yaitu gaya penulisan dalam bentuk pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam
menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam penulisan.
Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan tepat yang memungkinkan proses
penyampaian pesan yang bersifat reproduktif dan impersonal. Bahasa yang
dipergunakan harus jelas di mana pesan mengenai objek yang ingin
dikomunikasikan mengandung informasi yang disampaikan sedemikian rupa sehingga
sipenerima betul-betul mengerti akan isi pesan yang disampaikan kepadanya.
Salah satu teknik notasi ilmiah yang digunakan
adalah catatan kaki(footnote). Catatan kaki adalah keterangan tambahan yang
terletak di bagian bawah halaman dan dipisahkan dari teks karya ilmiah oleh
sebuah garis sepanjang dua puluh ketukan.
Daftar Pustaka
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara
Suriasumantri, Jujun. 1993. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Universitas Sriwijaya. 2009. Pedoman umum Format Penulisan Tesis. Universitas Sriwijaya : Program Pascasarjana.
Suriasumantri, Jujun. 1993. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Universitas Sriwijaya. 2009. Pedoman umum Format Penulisan Tesis. Universitas Sriwijaya : Program Pascasarjana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar