Rabu, 07 Juni 2017

MAKALAH RETORIKA DAKWAH RASULULLAH



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dakwah merupakan jalan menuju Islam, sebagaimana telah digambarkan dalam Al-Qur’an Al-Imran (3): 19 Artinya : “Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” Dakwah merupakan jalan menuju Islam maksudnya adalah panggilan dari Allah SWT melalui Nabi Muhammad Saw untuk umat manusia agar menganut ajaran Islam (agama), dengan cara beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Bersikap sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak islamiyah, Islam adalah agama yang mencakup dan mengatur segala aspek kehidupan manusia guna memperoleh ridha dari Allah SWT. Pada permulaan kenabian Muhammad Saw, mencanangkan ide-ide pokok tentang Islam, kemudian tahap selanjutnya mengajarkan ibadah, perundang-undangan sosial dan pidana atau hukum Al-Qur’an yang diterapkan oleh Islam. di Mekkah ajaran Islam masih bersifat semu, tetapi dalam periode Madinah ajaran itu menjadi universal. Islam merupakan kesatuan, keseluruhan, tidak merupakan aspek agama di satu pihak dan aspek sosial dan politik di pihak lain. Jadi Islam di sini adalah agama risalah yang dikembangkan oleh Rasulullah Saw dan agama Islam adalah agama dakwah artinya agama yang di dalamnya terdapat kewajiban untuk menyebarluaskan kebenaran dalam mengatur segala aspek kehidupan orang mukmin
Dakwah Islam memihak kepada kebenaran; al-haq, ma’ruf, karena sesuai dengan fitrah manusia. Dengan demikian ada hubungan antara Islam, dakwah, fitrah manusia dan kebenaran karena dalam prakteknya dakwah merujuk pada fitrah manusia. Karena dalam fitrah itulah ada kebenaran. Jadi hakikat dakwah adalah mengajak manusia kembali kepada hakikat fitri, jalan Allah, tanpa ada unsur paksaan dan tipu muslihat .Muhammad Saw adalah rasul yang membedakan dengan jelas antara kebenaran dan kebathilan. Beliau diberi cahaya dan petunjuk oleh Allah dalam berdakwah. Beliau tercipta dalam keadaan ma’shum (dihindarkan dari segala kesalahan) oleh Allah SWT. Beliau adalah keturunan bangsawan Arab yang lahir di Mekah, 20 April tahun 571 M. Dakwah juga merupakan tugas Rasulullah yang patut dicontoh dan merupakan kehidupan Rabbaniyah. Dakwah memerlukan pengorbanan tanpa mengharapkan imbalan dan hasil yang segera, tanpa putus asa. Individu yang melaksanakan dakwah akan mendapat kehidupan yang berkah dalam ridha Allah dan mendapat kecintaan Allah, memperoleh rahmat Allah serta akan menerima pahala yang berlipat ganda sebagai balasannya, karena dakwah merupakan amal terbaik yang dapat memunculkan potensi diri dan memelihara keimanan yang kita dimiliki. Kedudukan Muhammad Saw sebagai Rasulullah adalah pemberi kabar gembira, mendakwahkan agama Islam, sedangkan hidayah itu hanya milik Allah. Sehingga dakwah dalam pengertian agama adalah panggilan dari Allah dan Nabi Muhammad Saw kepada umat manusia agar percaya kepada ajaran Islam serta mengamalkannnya dalam segi kehidupan. Dalam konteks inilah kegiatan dakwah dapat mengambil dua bentuk yakni dakwah strutural dan dakwah kultural. Dakwah struktural adalah gerakan dakwah yang beada dalam kekuasaan. Aktifitas dakwah ini bergerak mendakwahkan ajaran Islam dengan menggunakan struktur sosial, politik maupun ekonomi yang ada untuk menjadikan Islam menjadi ideologi negara. Sedangkan dakwah kultural yaitu aktifitas dakwah yang menekankan pendekatan Islam kultural, nilai-nilai kebangsaan dalam bentuk negara-negara bangsa yang berkaitan antara Islam dan politik atau Islam dan negara. Beberapa strategi pada dasarnya adalah ikhtiar kultural agar fungsi dakwah itu bercorak fungsional. Adapun tiga faktor dakwah menampilkan Islam kultural yaitu; keuniversalan, kerahmatan dan kemudahan Islam . Islam secara kontekstual merupakan aktifitas dakwah kultural untuk mencari hakikat Islam yang sesuai dengan tuntutan zaman yang terus berkembang, sehingga tujuan dakwah kultural adalah agar ajaran nilai-nilai Islam dapat diimplementasikan secara aktual dan fungsional dalam kehidupan sosial sehingga dakwah Islamiyah bagaimanapun kuat dorongannya dan sungguhsungguh sifatnya, tidak mungkin dilakukan dengan kekerasan, karena hal tersebut bertentangan dengan kehendak Allah yang dalam bentuk ekspresi keluhuran budi umat manusia.
Yang menarik bagi penulis dari dakwah Islamiyah Rasulullah SAW pada masa peradaban Islam adalah adanya tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam menyampaikan agama Islam. Rasulullah SAW membangun pemerintahan Islam yaitu mengubah susunan masyarakat dari susunan masyarakat prasejarah Islam ke masayarakat Islam yang bersistem keadilan sosial dan berdasarkan syariat Islam. Dari tahapan-tahapan ini tampak strategi dakwah yang tepat yang bisa dijadikan model untuk mencapai tujuan dakwah Islamiyah. Dalam merefleksikan kepemimpinan umat Islam, figur ideal kepemimpinan Rasulullah SAW ditampilkan sebagai sendi dan sistem kepemimpinan yang tetap relevan dan penuh teladan. Di tengah krisis kepemimpinan manusia di dunia hampir setiap suksesi kepemimpinan menimbulkan konflik yang berkepanjangan dan jatuhnya korban manusia. Tidak hanya itu tata nilai dan sistem kepemimpinan yng lebih sarat kepentingan dan manipulasi semakin mengaburkan kepercayaan umat sekaligus kehilangan pegangan moral dan nasibnya.
Rasulullah SAW dengan keindahan dan kesempurnan akhlaknya merupakan jawaban dari permasalahan yang menimpa kaum muslimin dengan segenap sumber daya dan perangkat yang dimiliki tampil sebagai sinar cahaya Islam kembali kepada keutuhan Islam. Ajaran Rasulullah SAW yang dibawa dalam kegiatan dakwah disajikan dengan sistematis dan esoteris, yang menyentuh unsur batiniyah dan kejiwaan umat Islam (Khalid, 1984: 275-288).

B.       Rumusan Masalah
Tujuan dari perumusan masalah adalah memberikan dan mempertegas hubungan korelasi (keterkaitan) pada ruang lingkup pembahasan. Untuk mempermudah dan sedikit membantu uraian di atas, berikut rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.    Apa saja Metode dakwah yang dipergunakan oleh Rasulullah SAW ?
2.    Bagaimana perjalanan dakwah Rasulullah pada periode Mekah?
3.    Bagaimana perjalanan dakwah Rasulullah pada periode Madinah?
4.    Apa saja kunci sukses kepemimpinan Rasulullah Saw dalam dakwah?
C.      Tujuan Penulisan
Berdasar gambaran permasalahan di atas dapatlah dikemukakan bahwa tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui Metode dakwah yang dipergunakan oleh Rasulullah SAW
2.    Untuk mengetahui perjalanan dakwah Rasulullah pada periode Mekah
3.    Untuk mengetahui perjalanan dakwah Rasulullah pada periode Madinah



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Metode dakwah Rasulullah SAW
Metode dakwah Rasulullah SAW pada awalnya dilakukan melalui pendekatan individual (personal approach) dengan mengumpulkan kaum kerabatnya di bukit Shafa. Kemudian berkembang melalui pendekatan kolektif seperti yang dilakukan saat berdakwah ke Thaif dan pada musim haji. Ada yang berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah, dengan menisbatkan pada lokasi-lokasi yang didiami para dai dan muballigh. Artinya, jika pada satu kawasan sudah ada yang melakukan dakwah, maka dakwah ketika itu hukumnya fardhu kifayah. Tetapi jika dalam satu kawasan tidak ada orang yang melakukan dakwah padahal mereka mampu, maka seluruh penghuni kawasan itu berdosa di mata Allah. Dengan demikian sebenarnya dakwah merupakan kewajiban dan tugas setiap individu. Hanya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi di lapangan. Jadi pada dasarnya setiap muslim wajib melaksanakan dakwah Islamiyah, karena merupakan tugas ubudiyah dan bukti keikhlasan kepada Allah SWT.
Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan (entertainment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika. Kerawanan moral dan etik itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD, jaringan Internet, dan sebagainya. Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti maraknya perjudian, minum minuman keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang atau malam, yang semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya moral dan rasa malu. Tidak asing lagi, akhirnya di negeri yang berbudaya, beradat dan beragama ini, kemaksiatan yang berhubungan dengan apa yang dinamakan sex industry juga mengalami kemajuan, terutama setelah terbukanya turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah yang semakin luas dan menjarah semakin banyak generasi muda dan remaja yang kehilangan jati diri dan miskin iman dan ilmu. Hal yang terakhir ini semakin buruk dan mencemaskan perkembangannya karena hampir-hampir tidak ada lagi batas antara kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi dalam eforia kebebasan yang tak kenal batas. Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat begitu saja. Kita harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng pertahanan aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit korban yang berjatuhan yang membuat kemuliaan Islam semakin terancam dan masa depan generasi muda semakin suram. Apabila kita tetap lengah dan terbuai oleh kemewahan hidup dengan berbagai fasilitasnya, ketika itu pula secara perlahan kita meninggalkan petunjuk-petunjuk Allah yang sangat diperlukan bagi hati nurani setiap kita. Di samping itu kelemahan dan ketertinggalan umat Islam dalam mengakses informasi dari waktu ke waktu, pada gilirannya juga akan membuat langkah-langkah dakwah kita semakin tumpul tak berdaya.
Metode dakwah Rasulullah SAW. Pada intinya metode dakwah yang disampaiakan oleh Rasulullah SAW. Tidak jauh berbeda dengan metode dakwah yang berkembang pada saat ini, hanya saja karna pengaruh media-media dakwah itu seolah olah berubah disamping itu bedanya juga terlihat pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
Metode dakwah yang dipergunakan oleh Rasulullah SAW tidak terlepas dari bimbingan wahyu yang disampaikan kepadanya. Pada tahap awalnya metode yang dipergunakan oleh Rasulullah dakwah sirryah (sembunyi-sembunyi) habis metode ini dilanjutakan dengan metode dakwah jahriyah (terang-terangan), cara ini dapat digolongkan pada beberapa bagian yaitu : pidato umum (khutbah, ceramah dan lain-lain), diskusi ( hal ini biasanya berupa dialog atau perdebatan). Ada pula metode lain yang digunakan oleh Rasulullah SAW dalam berdakwah yaitu metode tanya jawab. Pada saat-saat tertentu Rasulullah SAW juga menggunakan metode peragaan atau praktek lansung, seperti masalah sholat, haji, zakat, dan lain-lainnya. Bila ditinjau dari materi dakwah yang disampaikan, maka metode dakwah Rasulullah SAW berbentuk tabsyir dan tandzir, sedangkan bila ditinjau dari segi subjek dan objeknya maka metode dakwah Rasulullah SAW terbagi pada tiga bagian. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 125 Artinya : ” Serulah (manusia) kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik, sesengguhnya Tuhanmu Dialah yang maha tahu tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petuntuk.”
1.    Metode yang pertama Hikmah, yang ditujukan kepada orang yang memiliki pemahan yang tinggi sepert tokoh-tokoh Yahudi, Nasrani maumpun para bangsawan,
2.    Metode yang kedua iyalah dengan memberi perlajaran yang baik, yang ditujukan pada orang-orang yang awam serta yang rendah tingkat pemahamannya. Saperti memberikan cerita Nabi atau orang shaleh.
3.    Metode yang ketiga yaitu dengan cara berdiskusi , ditujukan pada orang-orang yang tingkat pemahamannya sedang-sedang saja, yang mana rasa ingin tahunya cukup tinggi biasanya mereka suka mempertanyakan sampai mereka paham dari yang mereka pertanyakan, sehingga tidak ada keragu-raguan lagi

B.       Materi dakwah Rasulullah SAW
Pada dasarnya antara materi dan metode tidak bisa dipisahkan dalam penerapan, sebab materi adalah pesan yang akan diasmpaikan sedangkan metode adalah cara atau langkah yang digunakan dalam menyampaikan pesan dakwah tersebut kepada pendengar. Berhasil atau tidaknya materi dakwah yang disampaikan sangat tergantung kepada metode dakwah yang digunakan. Membahas tentang materi dan metode dakwah Rasulullah SAW merupakan pembahasan yang panjang, namun disini penlis akan mencoba membahasnya secara umum saja dengan menguraikan hal-hal yang terpenting dari yang lain. Selama lebih kurang 23 tahun Rasulullah SAW mengembangkan dakwahnya, baik pada periode makkah maupun madinah, tentu banyak sekali materi dan metode dakwah yang telah dipergunakan oleh Rasulullah SAW.
Materi dakwah Rasulullah SAW secara pasti tentu tercakup dalam Al-Quran dan sunnah beliau, Al-Quran adalah materi dasar dari dakwah beliau. mulai sejak turunnya wahyu pertama di goa Hira hingga Allah SWT.sendiri yang menyatakan kesempurnaannya ketika beliau mengerjakan haji wada’ di padang Arafah Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 3. Artinya : “ Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” sesungguhnya Al-Quran merupakan sebuah kitab yang sempurna dalam materi materinya, sedangkan materinya lebih luas ketimbang ilmu yang ada, karena manusia itu sendiri yang menggungkap ilmu pengetahuan dan mengambil manfaat darinya dengan melakukan pengkajian-pengkajian, eskperimen, praktek-praktek sesuai dengan kemampuan akal manusia. Sebenarnya materi dakwah yang disampaikan oleh Rasulullah SAW bukanlah kehendak atau kemauan beliau saja, tetapi beliau hanya menyampaikan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah SWT kepadanya. Untuk lebih jelasnya materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW ditinjau dari metode penyampaiannya.
1.         Periode dakwah di Makkah (610-622 M)
Menurut Syaikh Syafiyyur Rahman Al Mubarak Fry materi dakwah yang mula-mula disampaikan oleh Rasulullah SAW adalah menyangkut masalah Akidah (tauhid atau mengesakan Allah SWT), iman kepada hari akhir dan lain-lain yang berkenaan dengan penyucian jiwa. Suatu perjuangan yang melelahkan Rasulullah SAW dalam hal menyampaikan materi dakwah kepada Ummul Qura (penduduk Makkah), karena dakwah yang beliau sampaikan tidak mendapat respon dari umatnya kecuali sebagian kecil yang menerima ajakan beliau dan mempercayai apa yang disampaikannya. Dapat dikatakan bahwa materi yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Makkah tidaklah banyak, secara garis besarnya adalah menitik beratkan pada masalah iman dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah ibadah dan Akhlak. Berdasarkan kontek ayat yang diturunkan kebanyakkan diwali dengan “Ya ayyuhannas” yang menunjukan bahwa metode yang pertama yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah dengan lisan dalam bentuk ceramah (pidato) yang disampaikan dengan penuh bijaksana.
2.         Periode dakwah di Madinah ( 622-632 M)
Adapun materi dakwah yng disampaikan oleh Rasulullah SAW di Madinah disamping materi dakwah yang telah ada yang telah disampaikan di Makkah di tambah lagi dengan materi yang lebih komplek dan mencakup semua semua aktivitas kehidupan, baik kehidupan secara individu, keluarga, masyarakat bahkan sampai kepada permasalahn kenegaraan, dimana basis utamanya adalah membentuk masyarakat dengan system pemerintahan Islami.
Bagi orang-orang yang mengerti dengan Islam ia akan menemukan bermacam materi dakwah Rasulullah SAW yang sesuai denga situasi dan kondisi. Prof. Dr. Muhammad Mustafa Atha dalam bukunya ‘Dakwatu Takririyatil kubra’ telah mencoba menyimpulkan materi dakwah Rasulullah SAW.
a.    Materi yang berkaitan dengan masalah tauhid yang membicarakan seputar Rukun iman, dan penjelasan mengenai hal-hal yang ghaib seperti malaikat, syaitan, jin dan lain sebagainya.
b.    Materi yang berkaiatan dengan ibadah sebagai realisasi dari materi dakwah yang pertama, ibadah yang dimaksudkan secara umum telah mencakup dalam rukun Islam dengan semua aktifitas kehidupan sehari-hari yang dilakukan semata-mata untuk mengharap ridho Allah SWT.
c.    Materi yang berkaitan dengan persoalan sejarah yang terjadi pada masa yang lampau seperti kisah orang-orang saleh, kisah para nabi dan rasul.
d.   Materi yang berkaitan dengan masalah muamalah.
e.    Materi yang berkaitan dengan akhlak.
f.     Materi yang berkaitan dengan hukum, yang berkenaan dengan aktifitas sehari-hari
g.    Materi yang berhubungan dengan janji (wa’ad) dan ancaman (wa’id)

C.      Kunci Sukses Kemimpinan Rasulullah Saw Dalam Berdakwah
Menurut Shidiqi (1996: 102) beberapa kunci kesuksesan dakwah Rasulullah Saw dalam memimpin umat. Adapun kunci kesuksesan itu patut untuk diteladani umat Islam dalam membangun sebuah pemerintahan antara lain:
Pertama, akhlak nabi yang terpuji tanpa cela. Muhammad Saw sejak muda sebelum diangkat menjadi rasul terkenal lemah lebut berakhlak mulia, jujur dan tidak mementingkan diri sendiri atau sukunya. Karena kejujurannya beliau mendapat julukan Al Amin dan karena kejujurannya pula beliau mendapat kepercayaan dari Siti Khatidjah untuk membawa barang dagangannya. Dan kemudian menjadi istri yang mendukung perjuangan dakwahnya dan karena kejujurannya pula beliau dipercaya dalam masalah meletakkan Hajar Al Aswad pada tempatnya setelah Ka’bah selesai diremovasi oleh Majlis Hilf al Fdlul. Dengan kebijaksanaan Rasulullah Saw menyelesaikan tugas dengan baik. Rasulullah Saw adalah orang yang lembut budi pekertinya, tidak bengis, tidak suka mencela dan juga tidak kikir beliau dihindarkan dirinya dari tiga perkara dari perbantahan, menyombongkan diri dan dari sesuatu yang tidak selayaknya. Beliau tinggal orang lain dari tiga perkara, beliau tidak mencela sesorang, tidak membuat malu orang dan tidak mencari aib orang lain. Beliau tidan bicara melainkan pada sesuatu yang ada baiknya.
Kedua, karakter Rasulullah Saw adalah tahan uji, ulet, teguh, sederhana dan semangat berkerja keras. Rasulullah walaupun terlahir dalam keadaan yatim dari kalangan suku yang terpandang namun beliau tidak mau mengantungkan hidupnya pada belas kasih orang lain. Beliau adalah orang yang mandiri sejak kecil beliau ikut mengembala ternak keluarga, membantu pamannya berdagang, satu perjalanan yang sulit dan cukup berbahaya pada waktu itu, sikap percaya diri dan pengalaman hidup yang penuh perjuangan telah menggembleng dirinya menjadi seorang pemimpin yang tangguh. Selain itu pengalaman hidup yang membuat dirinya matang dan mengenal liku-liku kedhidupan seluruh lapisan masyarakat.
Ketiga, sistem dakwah nabi yang menggunakan metode himbauan yang diwarnai oleh hikmah kebijaksanaan dalam menyeru manusia agar beriman dan mencegah kemungkaran, tidak ada unsur paksaan. Allah memerintahkan “Tidak ada paksaan dalam beragama” (La ikraha fi ad-din), Nabi Muhammad Saw tidak pernah dendam terhadap orang-orang yang pernah menyakiti dan mencemoohnya, sifat himbauan yang komunikatif serta tanpa paksaan merupakan kebijaksanaan nabi.
Keempat, tujuan perjuangan nabi yang jelas menuju kearah menegakkan keadilan dan kebenaran serta menghancurkan yang batil tanpa pamrih kepada harta, kekuasaan, dan kemuliaan duniawi. Nabi menolak tawaran pemukapemuka Quraisy jahili untuk menukar gerak perjuangannya dengan harta, tahta dan wanita, Nabi Muhammad Saw tidak akan meninggalkan tugas dakwahnya sampai agama Islam tegak atau belaiu meninggalkan karena perjuangannya. Dan ketika nabi telah menduduki jabatan sebagai pemimpin umat yang mempunyai kekuasaan, beliau tidak menggunakan harta baitul mal haram untuk menumpuk kekayaan baik untuk pribadi maupun untuk anggota keluarganya. Nabi Saw juga tidak bersifat nepotis melainkan sikap pengorbanan yang tanpa pamrih untuk melahirkan keyakinan dikalangan pengikut akan kebenaran dan kejujuran cita-cita perjuangan yang diembannya. Bahkan beliau selalu bersikap konsekuen dan konsisten dalam berjuang menegakkan keadilan serta menghancurkan kebatilanj (dakwah).
Kelima, prinsip persamaan. Rasulullah Saw dalam bergaul tidak pernah mebedakan satu dengan yang lain, bersikap sama terhadap semua orang, baik dengan yang kuat maupunyang lemah, yang kaya maupun yang miskin, baik terhadap musuh maupun sahabat. Beliau tidak pernah menghardik yang bersifat menghina dan bermuka masam kepada siapa pun.
Keenam, prinsip kebersamaan. Rasulullah Saw dalam menggerakkan orang berbuat tidak hanya sekedar memberikan perintah, namun beliau sendiri terjun memebrikan contoh. Beliau sendiri ikut terjun menyingsingkan lengan baju dan kaki jubahnya dalam membangun masjid Quba di Madinah, dan beliau selalu ikut terjun langsung dalam setiap pembangunan maupun medan tempur memimpin pasukan.
Ketujuh, mendahulukan kepentingan dan keselamatan pengikutnya. Ketika sikap permusuhan orang-orang Quraisy Jahili sudah sampai taraf sadistis, nabi memerintahkan sebagian kaum muslimin berhijrah ke Abbesynia (Habasyah) demi keselamatan iman dan fisik mereka, sedangkan nabi sendiri beserta beberapa orang sahabat lain; Abu Bakar, Umar dan Ali tetap tinggal di Mekah menghadapi berbagai macam cobaan. Padahal dengan memerintahkan sebagian sahabat berhijrah ke Abbesynia berarti orang yang akan melindunginya, jika terjadi situasi yang gawat menjadi berkurang. Namun resiko ini beliau abaikan demi keselamatan para pengikut.
Selain wewenang kerasulan yang hanya diperuntukkan bagi dirinya oleh Allah SWT, maka wewenangnya selaku pemimpin umat dan negara ada sebagian yang didelegasikan kepada pejabat bawahannya. Selain itu nabi memberikan kebebasan berpendapat dan berkreasi kepada sahabat yang menduduki suatu jabatan. Untuk menjelaskan hal ini pembicaraan nabi dengan Mu’asz ibn Jabal ketika menerima jabatan sebagai hadirat ilahi atas jawaban Mu’adz bahwa dia akan berijtihad untuk menetapkan hukum terhadap peristiwa yang belum diperoleh ketepan hukumnya dalam Al Qur’an dan Sunnah.
Kesembilan, tipe kepemimpinan kharismatis dan demokratis. Muhammad Saw, memang orang yang terpilih untuk ditugaskan bukanlah kewibawaan sebagai Rasul Allah. Karena itu, kepadanya dikaruniai kharisma yang bukan saja memikat tetapi juga memukau. Gerak dan langkahnya terlihat kharismatis yang beliau peroleh tidak dibangun melalui jalan pengkultusan atau menempuh upaya-upaya tertentu. Kewibaaan yang dimilikinya adalah murni yang lahir dari kebenaran dan kemurnian misi yang diembanya. Kepatuhan orang terhadap dirinya bukan karena rasa takut atau terpaksa, tetapi karena rela. Orang patuh kepada perintah atau larangannya; yang hampir selauruhnya berasal dari Allah, bukan karena ketika berada di depannya tetapi juga ketika sendirian dan bersembunyi.Kepatuhan orang kepadanya adalah karena suruhan dan larangan objektif dan rasional. Semuanya bisa dicerna dan diterima akal sehat. Perintah agar manusia memelihar amanah, keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, tidak mencuri dan perintah atau larangan yang lain agar tindak perbuatannya menyimpang dari syari’at Islam. Pokoknya semua perintah dan larangan disampaikan tidak hanyan bersifat vokal tetapi juga berwujud keteladanan ataupun perbuatan, karena sumua peraturan yang dibuat tidak hanya berlaku untuk para pengikut tetapi juga berlaku terhadap beliau juga.
Sifat demokrastis kepemimpinan nabi ini, ditunjukkan pula oleh sikap beliau yang terbuka terhadap kritik dan saran orang lain. Sikap mendengar pendapat dan saran orang lain ditunjukkan oleh hadits yang mengatakan: “Terimalah nasehat walaupun datangnya dari seorang budak hitam”. Sebutan “budak hitam” ini jangan diartikan sebagai pengakuan terhadap adanya lembaga perbudakan, tetapi haruslah dimaknakan sebagai pegawai yang pangkatnya paling rendah. Nabi merasa malu bahkan menganjurkan supaya menerima pendapat dan saran (nasehat) dari orang yang pekerjaan atau pendidikannya paling rendah sekalipun. Ini mendunjukkan bahwa pada diri nabi tidak ada sifat keangkuhan intelektual (intellectul snobism), yang merasa pandai atau serba tahu. Nabi dengan rendah hati menyatakan bahwa beliau tidak mengetahui segalanya. Sejatinya pluralisme memiliki landasan teologis yang cukup kokoh dalam nilai dan ajaran Islam. Dalam dakwah Islam Rasulullah Saw di Madinah merupakan aplikasi faktual dari pluralisme toleransi pluralis yang ditampakkan Rasulullah Saw merupakan salah satu karakteristik penyebaran Islam.
Demikianlah perjalanan dakwah Rasulullah dalam kebrehasilannya mengubah susunan masyarakat dari susunan masyarakat pra Islam ke masyarakat Islam yang pemerintahannya bersistem keadilan sosial yang melandaskan Al Qur’an sebagai kitab undang-undang dasar syariat Islam.Keberhasilan dakwah Islam Rasulullah Saw dalam memimpin umat merupakan model paling ideal (per exellen) dalam mendirikan sebuah pemerintahan.









BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Berdasarkan urain di muka, sebagai penutup pembahasan makalah ini, penulis dapat mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.    Muhammad Saw adalah rasul terakhir yang terpilih untuk melaksanakan dakwah Islamiyah kepada umat manusia menuju keselamatan di dunia dan akhirat.
2.    Dakwah Islam Rasulullah Saw periode Mekah bertujuan membentuk pribadi muslim masyarakat Mekah.
3.    Dakwah Islam Rasululah Periode Madinah bertujuan untuk mendirikan pemerintahan yang bersistem keadilan sosial dengan berlandaskan Al Qur’an sebagai kitab undang undang dasar syariat Islam.
4.    Piagam Madinah adalah undang-undang dasar untuk mengatur kehidupan masyarakat di Madinah, dimana penduduknya bersifat plural yang terdiri dari berbagai suku, agama, golongan, maupun karakter (latar sosial, budaya yang berbeda).
5.    Kunci kesuksesan Rasulullah Saw dalam berdakwah memimpin umat dalam satu pemerintahan merupakan model ideal yang patut untu diteladani.
B.       Saran
demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, oleh jarena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.










DAFTAR PUSTAKA


H. Mahmud Yunus, Kamus Arab–Indonesia, Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah/Pentafsiran Al-quran. (Jakarta: 1973).
Moenawar Chalil, Kelengkapan Retorika Nabi Muhamad SAW.(Jakarta, Gema Insani : 2001)
Khaidi Khatib Bandaro. Metodologi Dakwah. ( Padang : IAIN Press. 1996)
Asep Muhyiddin dan Ahmad Safe’I. Metode Pengembangan Dakwah. (Bandung: Pustaka setia. 2002).
Maidir Harun dan Firdaus. Sejarah peradapan Islam. ( Padang : IAIN Press: 2001).
Asgar El Enginee. Asal-usul dan Perkembangan Islam. (Yogyakarta : Pustaka pelajar. 1999) .Pent: Imam Baihaqi.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum mempunyai tujuan dan sas...