BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah merupakan jalan menuju Islam, sebagaimana telah
digambarkan dalam Al-Qur’an Al-Imran (3): 19 Artinya : “Sesungguhnya agama
(yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” Dakwah merupakan jalan menuju
Islam maksudnya adalah panggilan dari Allah SWT melalui Nabi Muhammad Saw untuk
umat manusia agar menganut ajaran Islam (agama), dengan cara beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT. Bersikap sesuai dengan garis-garis aqidah dan
syariat serta akhlak islamiyah, Islam adalah agama yang mencakup dan mengatur
segala aspek kehidupan manusia guna memperoleh ridha dari Allah SWT. Pada
permulaan kenabian Muhammad Saw, mencanangkan ide-ide pokok tentang Islam,
kemudian tahap selanjutnya mengajarkan ibadah, perundang-undangan sosial dan pidana
atau hukum Al-Qur’an yang diterapkan oleh Islam. di Mekkah ajaran Islam masih
bersifat semu, tetapi dalam periode Madinah ajaran itu menjadi universal. Islam
merupakan kesatuan, keseluruhan, tidak merupakan aspek agama di satu pihak dan
aspek sosial dan politik di pihak lain. Jadi Islam di sini adalah agama risalah
yang dikembangkan oleh Rasulullah Saw dan agama Islam adalah agama dakwah
artinya agama yang di dalamnya terdapat kewajiban untuk menyebarluaskan
kebenaran dalam mengatur segala aspek kehidupan orang mukmin
Dakwah Islam memihak kepada kebenaran; al-haq, ma’ruf,
karena sesuai dengan fitrah manusia. Dengan demikian ada hubungan antara Islam,
dakwah, fitrah manusia dan kebenaran karena dalam prakteknya dakwah merujuk
pada fitrah manusia. Karena dalam fitrah itulah ada kebenaran. Jadi hakikat
dakwah adalah mengajak manusia kembali kepada hakikat fitri, jalan Allah, tanpa
ada unsur paksaan dan tipu muslihat .Muhammad Saw adalah rasul yang membedakan
dengan jelas antara kebenaran dan kebathilan. Beliau diberi cahaya dan petunjuk
oleh Allah dalam berdakwah. Beliau tercipta dalam keadaan ma’shum (dihindarkan
dari segala kesalahan) oleh Allah SWT. Beliau adalah keturunan bangsawan Arab
yang lahir di Mekah, 20 April tahun 571 M. Dakwah juga merupakan tugas
Rasulullah yang patut dicontoh dan merupakan kehidupan Rabbaniyah. Dakwah
memerlukan pengorbanan tanpa mengharapkan imbalan dan hasil yang segera, tanpa
putus asa. Individu yang melaksanakan dakwah akan mendapat kehidupan yang
berkah dalam ridha Allah dan mendapat kecintaan Allah, memperoleh rahmat Allah
serta akan menerima pahala yang berlipat ganda sebagai balasannya, karena
dakwah merupakan amal terbaik yang dapat memunculkan potensi diri dan
memelihara keimanan yang kita dimiliki. Kedudukan Muhammad Saw sebagai
Rasulullah adalah pemberi kabar gembira, mendakwahkan agama Islam, sedangkan
hidayah itu hanya milik Allah. Sehingga dakwah dalam pengertian agama adalah
panggilan dari Allah dan Nabi Muhammad Saw kepada umat manusia agar percaya
kepada ajaran Islam serta mengamalkannnya dalam segi kehidupan. Dalam konteks
inilah kegiatan dakwah dapat mengambil dua bentuk yakni dakwah strutural dan
dakwah kultural. Dakwah struktural adalah gerakan dakwah yang beada dalam
kekuasaan. Aktifitas dakwah ini bergerak mendakwahkan ajaran Islam dengan
menggunakan struktur sosial, politik maupun ekonomi yang ada untuk menjadikan
Islam menjadi ideologi negara. Sedangkan dakwah kultural yaitu aktifitas dakwah
yang menekankan pendekatan Islam kultural, nilai-nilai kebangsaan dalam bentuk
negara-negara bangsa yang berkaitan antara Islam dan politik atau Islam dan
negara. Beberapa strategi pada dasarnya adalah ikhtiar kultural agar fungsi
dakwah itu bercorak fungsional. Adapun tiga faktor dakwah menampilkan Islam
kultural yaitu; keuniversalan, kerahmatan dan kemudahan Islam . Islam secara
kontekstual merupakan aktifitas dakwah kultural untuk mencari hakikat Islam
yang sesuai dengan tuntutan zaman yang terus berkembang, sehingga tujuan dakwah
kultural adalah agar ajaran nilai-nilai Islam dapat diimplementasikan secara
aktual dan fungsional dalam kehidupan sosial sehingga dakwah Islamiyah
bagaimanapun kuat dorongannya dan sungguhsungguh sifatnya, tidak mungkin
dilakukan dengan kekerasan, karena hal tersebut bertentangan dengan kehendak
Allah yang dalam bentuk ekspresi keluhuran budi umat manusia.
Yang menarik bagi penulis dari dakwah Islamiyah
Rasulullah SAW pada masa peradaban Islam adalah adanya tahapan-tahapan yang
harus dilalui dalam menyampaikan agama Islam. Rasulullah SAW membangun
pemerintahan Islam yaitu mengubah susunan masyarakat dari susunan masyarakat
prasejarah Islam ke masayarakat Islam yang bersistem keadilan sosial dan
berdasarkan syariat Islam. Dari tahapan-tahapan ini tampak strategi dakwah yang
tepat yang bisa dijadikan model untuk mencapai tujuan dakwah Islamiyah. Dalam
merefleksikan kepemimpinan umat Islam, figur ideal kepemimpinan Rasulullah SAW
ditampilkan sebagai sendi dan sistem kepemimpinan yang tetap relevan dan penuh
teladan. Di tengah krisis kepemimpinan manusia di dunia hampir setiap suksesi
kepemimpinan menimbulkan konflik yang berkepanjangan dan jatuhnya korban
manusia. Tidak hanya itu tata nilai dan sistem kepemimpinan yng lebih sarat
kepentingan dan manipulasi semakin mengaburkan kepercayaan umat sekaligus
kehilangan pegangan moral dan nasibnya.
Rasulullah SAW dengan keindahan dan kesempurnan
akhlaknya merupakan jawaban dari permasalahan yang menimpa kaum muslimin dengan
segenap sumber daya dan perangkat yang dimiliki tampil sebagai sinar cahaya
Islam kembali kepada keutuhan Islam. Ajaran Rasulullah SAW yang dibawa dalam
kegiatan dakwah disajikan dengan sistematis dan esoteris, yang
menyentuh unsur batiniyah dan kejiwaan umat Islam (Khalid, 1984: 275-288).
B. Rumusan Masalah
Tujuan dari perumusan masalah adalah memberikan dan
mempertegas hubungan korelasi (keterkaitan) pada ruang lingkup pembahasan.
Untuk mempermudah dan sedikit membantu uraian di atas, berikut rumusan masalah
dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa saja Metode
dakwah yang dipergunakan oleh Rasulullah SAW ?
2.
Bagaimana
perjalanan dakwah Rasulullah pada periode Mekah?
3.
Bagaimana
perjalanan dakwah Rasulullah pada periode Madinah?
4.
Apa saja kunci
sukses kepemimpinan Rasulullah Saw dalam dakwah?
C. Tujuan Penulisan
Berdasar gambaran permasalahan di atas dapatlah
dikemukakan bahwa tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui Metode dakwah yang dipergunakan oleh Rasulullah SAW
2.
Untuk
mengetahui perjalanan dakwah Rasulullah pada periode Mekah
3.
Untuk
mengetahui perjalanan dakwah Rasulullah pada periode Madinah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode dakwah Rasulullah SAW
Metode dakwah
Rasulullah SAW pada awalnya dilakukan melalui pendekatan individual (personal
approach) dengan mengumpulkan kaum kerabatnya di bukit Shafa. Kemudian
berkembang melalui pendekatan kolektif seperti yang dilakukan saat berdakwah ke
Thaif dan pada musim haji. Ada yang berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya
fardhu kifayah, dengan menisbatkan pada lokasi-lokasi yang didiami para dai dan
muballigh. Artinya, jika pada satu kawasan sudah ada yang melakukan dakwah,
maka dakwah ketika itu hukumnya fardhu kifayah. Tetapi jika dalam satu kawasan
tidak ada orang yang melakukan dakwah padahal mereka mampu, maka seluruh
penghuni kawasan itu berdosa di mata Allah. Dengan demikian sebenarnya dakwah
merupakan kewajiban dan tugas setiap individu. Hanya dalam pelaksanaannya
disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi di lapangan. Jadi pada dasarnya setiap
muslim wajib melaksanakan dakwah Islamiyah, karena merupakan tugas ubudiyah dan
bukti keikhlasan kepada Allah SWT.
Persoalan yang
kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk
kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan
(entertainment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka
peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika. Kerawanan moral dan etik
itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan
alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping
VCD, jaringan Internet, dan sebagainya. Kemaksiatan itu senantiasa mengalami
peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti maraknya perjudian, minum minuman
keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang
atau malam, yang semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya
moral dan rasa malu. Tidak asing lagi, akhirnya di negeri yang berbudaya,
beradat dan beragama ini, kemaksiatan yang berhubungan dengan apa yang
dinamakan sex industry juga mengalami kemajuan, terutama setelah terbukanya
turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah yang semakin
luas dan menjarah semakin banyak generasi muda dan remaja yang kehilangan jati
diri dan miskin iman dan ilmu. Hal yang terakhir ini semakin buruk dan
mencemaskan perkembangannya karena hampir-hampir tidak ada lagi batas antara
kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi dalam eforia kebebasan yang tak
kenal batas. Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai
bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat begitu saja. Kita harus berusaha
mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng pertahanan aqidah yang
berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit korban yang berjatuhan yang
membuat kemuliaan Islam semakin terancam dan masa depan generasi muda semakin
suram. Apabila kita tetap lengah dan terbuai oleh kemewahan hidup dengan
berbagai fasilitasnya, ketika itu pula secara perlahan kita meninggalkan
petunjuk-petunjuk Allah yang sangat diperlukan bagi hati nurani setiap kita. Di
samping itu kelemahan dan ketertinggalan umat Islam dalam mengakses informasi
dari waktu ke waktu, pada gilirannya juga akan membuat langkah-langkah dakwah
kita semakin tumpul tak berdaya.
Metode dakwah
Rasulullah SAW. Pada intinya metode dakwah yang disampaiakan oleh Rasulullah
SAW. Tidak jauh berbeda dengan metode dakwah yang berkembang pada saat ini,
hanya saja karna pengaruh media-media dakwah itu seolah olah berubah disamping
itu bedanya juga terlihat pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
Metode dakwah
yang dipergunakan oleh Rasulullah SAW tidak terlepas dari bimbingan wahyu yang
disampaikan kepadanya. Pada tahap awalnya metode yang dipergunakan oleh
Rasulullah dakwah sirryah (sembunyi-sembunyi) habis metode ini dilanjutakan
dengan metode dakwah jahriyah (terang-terangan), cara ini dapat digolongkan
pada beberapa bagian yaitu : pidato umum (khutbah, ceramah dan lain-lain),
diskusi ( hal ini biasanya berupa dialog atau perdebatan). Ada pula metode lain
yang digunakan oleh Rasulullah SAW dalam berdakwah yaitu metode tanya jawab.
Pada saat-saat tertentu Rasulullah SAW juga menggunakan metode peragaan atau
praktek lansung, seperti masalah sholat, haji, zakat, dan lain-lainnya. Bila
ditinjau dari materi dakwah yang disampaikan, maka metode dakwah Rasulullah SAW
berbentuk tabsyir dan tandzir, sedangkan bila ditinjau dari segi subjek dan
objeknya maka metode dakwah Rasulullah SAW terbagi pada tiga bagian. Sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 125 Artinya : ” Serulah
(manusia) kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik, sesengguhnya Tuhanmu Dialah yang maha tahu
tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petuntuk.”
1.
Metode yang
pertama Hikmah, yang ditujukan kepada orang yang memiliki pemahan yang tinggi
sepert tokoh-tokoh Yahudi, Nasrani maumpun para bangsawan,
2.
Metode yang
kedua iyalah dengan memberi perlajaran yang baik, yang ditujukan pada
orang-orang yang awam serta yang rendah tingkat pemahamannya. Saperti
memberikan cerita Nabi atau orang shaleh.
3.
Metode yang
ketiga yaitu dengan cara berdiskusi , ditujukan pada orang-orang yang tingkat
pemahamannya sedang-sedang saja, yang mana rasa ingin tahunya cukup tinggi
biasanya mereka suka mempertanyakan sampai mereka paham dari yang mereka
pertanyakan, sehingga tidak ada keragu-raguan lagi
B. Materi dakwah Rasulullah SAW
Pada dasarnya
antara materi dan metode tidak bisa dipisahkan dalam penerapan, sebab materi
adalah pesan yang akan diasmpaikan sedangkan metode adalah cara atau langkah
yang digunakan dalam menyampaikan pesan dakwah tersebut kepada pendengar.
Berhasil atau tidaknya materi dakwah yang disampaikan sangat tergantung kepada
metode dakwah yang digunakan. Membahas tentang materi dan metode dakwah
Rasulullah SAW merupakan pembahasan yang panjang, namun disini penlis akan
mencoba membahasnya secara umum saja dengan menguraikan hal-hal yang terpenting
dari yang lain. Selama lebih kurang 23 tahun Rasulullah SAW mengembangkan
dakwahnya, baik pada periode makkah maupun madinah, tentu banyak sekali materi
dan metode dakwah yang telah dipergunakan oleh Rasulullah SAW.
Materi dakwah
Rasulullah SAW secara pasti tentu tercakup dalam Al-Quran dan sunnah beliau,
Al-Quran adalah materi dasar dari dakwah beliau. mulai sejak turunnya wahyu
pertama di goa Hira hingga Allah SWT.sendiri yang menyatakan kesempurnaannya
ketika beliau mengerjakan haji wada’ di padang Arafah Firman Allah SWT dalam
surat Al-Maidah ayat 3. Artinya : “ Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah,
daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang
tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang
disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak
panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan
tanpa sengaja berbuat dosa,Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” sesungguhnya Al-Quran merupakan sebuah kitab yang sempurna dalam
materi materinya, sedangkan materinya lebih luas ketimbang ilmu yang ada,
karena manusia itu sendiri yang menggungkap ilmu pengetahuan dan mengambil
manfaat darinya dengan melakukan pengkajian-pengkajian, eskperimen,
praktek-praktek sesuai dengan kemampuan akal manusia. Sebenarnya materi dakwah
yang disampaikan oleh Rasulullah SAW bukanlah kehendak atau kemauan beliau
saja, tetapi beliau hanya menyampaikan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah
SWT kepadanya. Untuk lebih jelasnya materi dakwah yang disampaikan Rasulullah
SAW ditinjau dari metode penyampaiannya.
1.
Periode dakwah
di Makkah (610-622 M)
Menurut Syaikh
Syafiyyur Rahman Al Mubarak Fry materi dakwah yang mula-mula disampaikan oleh
Rasulullah SAW adalah menyangkut masalah Akidah (tauhid atau mengesakan Allah
SWT), iman kepada hari akhir dan lain-lain yang berkenaan dengan penyucian
jiwa. Suatu perjuangan yang melelahkan Rasulullah SAW dalam hal menyampaikan
materi dakwah kepada Ummul Qura (penduduk Makkah), karena dakwah yang beliau
sampaikan tidak mendapat respon dari umatnya kecuali sebagian kecil yang
menerima ajakan beliau dan mempercayai apa yang disampaikannya. Dapat dikatakan
bahwa materi yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Makkah tidaklah
banyak, secara garis besarnya adalah menitik beratkan pada masalah iman dan
hal-hal yang berhubungan dengan masalah ibadah dan Akhlak. Berdasarkan kontek
ayat yang diturunkan kebanyakkan diwali dengan “Ya ayyuhannas” yang menunjukan
bahwa metode yang pertama yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah dengan
lisan dalam bentuk ceramah (pidato) yang disampaikan dengan penuh bijaksana.
2.
Periode dakwah
di Madinah ( 622-632 M)
Adapun materi
dakwah yng disampaikan oleh Rasulullah SAW di Madinah disamping materi dakwah
yang telah ada yang telah disampaikan di Makkah di tambah lagi dengan materi
yang lebih komplek dan mencakup semua semua aktivitas kehidupan, baik kehidupan
secara individu, keluarga, masyarakat bahkan sampai kepada permasalahn
kenegaraan, dimana basis utamanya adalah membentuk masyarakat dengan system
pemerintahan Islami.
Bagi
orang-orang yang mengerti dengan Islam ia akan menemukan bermacam materi dakwah
Rasulullah SAW yang sesuai denga situasi dan kondisi. Prof. Dr. Muhammad
Mustafa Atha dalam bukunya ‘Dakwatu Takririyatil kubra’ telah mencoba
menyimpulkan materi dakwah Rasulullah SAW.
a. Materi yang berkaitan dengan masalah tauhid yang
membicarakan seputar Rukun iman, dan penjelasan mengenai hal-hal yang ghaib
seperti malaikat, syaitan, jin dan lain sebagainya.
b.
Materi yang
berkaiatan dengan ibadah sebagai realisasi dari materi dakwah yang pertama,
ibadah yang dimaksudkan secara umum telah mencakup dalam rukun Islam dengan
semua aktifitas kehidupan sehari-hari yang dilakukan semata-mata untuk
mengharap ridho Allah SWT.
c.
Materi yang
berkaitan dengan persoalan sejarah yang terjadi pada masa yang lampau seperti
kisah orang-orang saleh, kisah para nabi dan rasul.
d.
Materi yang
berkaitan dengan masalah muamalah.
e.
Materi yang
berkaitan dengan akhlak.
f.
Materi yang
berkaitan dengan hukum, yang berkenaan dengan aktifitas sehari-hari
g.
Materi yang
berhubungan dengan janji (wa’ad) dan ancaman (wa’id)
C. Kunci Sukses Kemimpinan Rasulullah Saw Dalam Berdakwah
Menurut Shidiqi
(1996: 102) beberapa kunci kesuksesan dakwah Rasulullah Saw dalam memimpin
umat. Adapun kunci kesuksesan itu patut untuk diteladani umat Islam dalam
membangun sebuah pemerintahan antara lain:
Pertama, akhlak nabi yang terpuji tanpa cela. Muhammad Saw sejak muda sebelum
diangkat menjadi rasul terkenal lemah lebut berakhlak mulia, jujur dan tidak
mementingkan diri sendiri atau sukunya. Karena kejujurannya beliau mendapat
julukan Al Amin dan karena kejujurannya pula beliau mendapat kepercayaan dari
Siti Khatidjah untuk membawa barang dagangannya. Dan kemudian menjadi istri
yang mendukung perjuangan dakwahnya dan karena kejujurannya pula beliau
dipercaya dalam masalah meletakkan Hajar Al Aswad pada tempatnya setelah
Ka’bah selesai diremovasi oleh Majlis Hilf al Fdlul. Dengan kebijaksanaan
Rasulullah Saw menyelesaikan tugas dengan baik. Rasulullah Saw adalah orang
yang lembut budi pekertinya, tidak bengis, tidak suka mencela dan juga tidak
kikir beliau dihindarkan dirinya dari tiga perkara dari perbantahan,
menyombongkan diri dan dari sesuatu yang tidak selayaknya. Beliau tinggal orang
lain dari tiga perkara, beliau tidak mencela sesorang, tidak membuat malu orang
dan tidak mencari aib orang lain. Beliau tidan bicara melainkan pada sesuatu
yang ada baiknya.
Kedua, karakter Rasulullah Saw adalah tahan uji, ulet, teguh, sederhana dan
semangat berkerja keras. Rasulullah walaupun terlahir dalam keadaan yatim dari
kalangan suku yang terpandang namun beliau tidak mau mengantungkan hidupnya
pada belas kasih orang lain. Beliau adalah orang yang mandiri sejak kecil
beliau ikut mengembala ternak keluarga, membantu pamannya berdagang, satu
perjalanan yang sulit dan cukup berbahaya pada waktu itu, sikap percaya diri
dan pengalaman hidup yang penuh perjuangan telah menggembleng dirinya menjadi
seorang pemimpin yang tangguh. Selain itu pengalaman hidup yang membuat dirinya
matang dan mengenal liku-liku kedhidupan seluruh lapisan masyarakat.
Ketiga, sistem dakwah nabi yang menggunakan metode himbauan yang diwarnai oleh
hikmah kebijaksanaan dalam menyeru manusia agar beriman dan mencegah
kemungkaran, tidak ada unsur paksaan. Allah memerintahkan “Tidak ada paksaan
dalam beragama” (La ikraha fi ad-din), Nabi Muhammad Saw tidak pernah dendam
terhadap orang-orang yang pernah menyakiti dan mencemoohnya, sifat himbauan
yang komunikatif serta tanpa paksaan merupakan kebijaksanaan nabi.
Keempat, tujuan perjuangan nabi yang jelas menuju kearah menegakkan keadilan dan
kebenaran serta menghancurkan yang batil tanpa pamrih kepada harta, kekuasaan,
dan kemuliaan duniawi. Nabi menolak tawaran pemukapemuka Quraisy jahili untuk
menukar gerak perjuangannya dengan harta, tahta dan wanita, Nabi Muhammad Saw
tidak akan meninggalkan tugas dakwahnya sampai agama Islam tegak atau belaiu
meninggalkan karena perjuangannya. Dan ketika nabi telah menduduki jabatan
sebagai pemimpin umat yang mempunyai kekuasaan, beliau tidak menggunakan harta baitul
mal haram untuk menumpuk kekayaan baik untuk pribadi maupun untuk anggota
keluarganya. Nabi Saw juga tidak bersifat nepotis melainkan sikap
pengorbanan yang tanpa pamrih untuk melahirkan keyakinan dikalangan pengikut
akan kebenaran dan kejujuran cita-cita perjuangan yang diembannya. Bahkan
beliau selalu bersikap konsekuen dan konsisten dalam berjuang menegakkan
keadilan serta menghancurkan kebatilanj (dakwah).
Kelima, prinsip persamaan. Rasulullah Saw dalam bergaul tidak pernah mebedakan
satu dengan yang lain, bersikap sama terhadap semua orang, baik dengan yang
kuat maupunyang lemah, yang kaya maupun yang miskin, baik terhadap musuh maupun
sahabat. Beliau tidak pernah menghardik yang bersifat menghina dan bermuka
masam kepada siapa pun.
Keenam, prinsip kebersamaan. Rasulullah Saw dalam menggerakkan orang berbuat
tidak hanya sekedar memberikan perintah, namun beliau sendiri terjun memebrikan
contoh. Beliau sendiri ikut terjun menyingsingkan lengan baju dan kaki jubahnya
dalam membangun masjid Quba di Madinah, dan beliau selalu ikut terjun langsung
dalam setiap pembangunan maupun medan tempur memimpin pasukan.
Ketujuh, mendahulukan kepentingan dan keselamatan pengikutnya. Ketika sikap
permusuhan orang-orang Quraisy Jahili sudah sampai taraf sadistis, nabi
memerintahkan sebagian kaum muslimin berhijrah ke Abbesynia (Habasyah) demi
keselamatan iman dan fisik mereka, sedangkan nabi sendiri beserta beberapa
orang sahabat lain; Abu Bakar, Umar dan Ali tetap tinggal di Mekah menghadapi
berbagai macam cobaan. Padahal dengan memerintahkan sebagian sahabat berhijrah
ke Abbesynia berarti orang yang akan melindunginya, jika terjadi situasi yang
gawat menjadi berkurang. Namun resiko ini beliau abaikan demi keselamatan para
pengikut.
Selain wewenang
kerasulan yang hanya diperuntukkan bagi dirinya oleh Allah SWT, maka wewenangnya
selaku pemimpin umat dan negara ada sebagian yang didelegasikan kepada pejabat
bawahannya. Selain itu nabi memberikan kebebasan berpendapat dan berkreasi
kepada sahabat yang menduduki suatu jabatan. Untuk menjelaskan hal ini
pembicaraan nabi dengan Mu’asz ibn Jabal ketika menerima jabatan sebagai
hadirat ilahi atas jawaban Mu’adz bahwa dia akan berijtihad untuk menetapkan
hukum terhadap peristiwa yang belum diperoleh ketepan hukumnya dalam Al Qur’an
dan Sunnah.
Kesembilan, tipe kepemimpinan kharismatis dan demokratis. Muhammad Saw, memang orang
yang terpilih untuk ditugaskan bukanlah kewibawaan sebagai Rasul Allah. Karena
itu, kepadanya dikaruniai kharisma yang bukan saja memikat tetapi juga memukau.
Gerak dan langkahnya terlihat kharismatis yang beliau peroleh tidak dibangun
melalui jalan pengkultusan atau menempuh upaya-upaya tertentu. Kewibaaan yang
dimilikinya adalah murni yang lahir dari kebenaran dan kemurnian misi yang
diembanya. Kepatuhan orang terhadap dirinya bukan karena rasa takut atau terpaksa,
tetapi karena rela. Orang patuh kepada perintah atau larangannya; yang hampir
selauruhnya berasal dari Allah, bukan karena ketika berada di depannya tetapi
juga ketika sendirian dan bersembunyi.Kepatuhan orang kepadanya adalah karena
suruhan dan larangan objektif dan rasional. Semuanya bisa dicerna
dan diterima akal sehat. Perintah agar manusia memelihar amanah, keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah, tidak mencuri dan perintah atau larangan yang lain agar
tindak perbuatannya menyimpang dari syari’at Islam. Pokoknya semua perintah dan
larangan disampaikan tidak hanyan bersifat vokal tetapi juga berwujud
keteladanan ataupun perbuatan, karena sumua peraturan yang dibuat tidak hanya
berlaku untuk para pengikut tetapi juga berlaku terhadap beliau juga.
Sifat demokrastis
kepemimpinan nabi ini, ditunjukkan pula oleh sikap beliau yang terbuka terhadap
kritik dan saran orang lain. Sikap mendengar pendapat dan saran orang lain
ditunjukkan oleh hadits yang mengatakan: “Terimalah nasehat walaupun datangnya
dari seorang budak hitam”. Sebutan “budak hitam” ini jangan diartikan sebagai
pengakuan terhadap adanya lembaga perbudakan, tetapi haruslah dimaknakan
sebagai pegawai yang pangkatnya paling rendah. Nabi merasa malu bahkan
menganjurkan supaya menerima pendapat dan saran (nasehat) dari orang yang
pekerjaan atau pendidikannya paling rendah sekalipun. Ini mendunjukkan bahwa
pada diri nabi tidak ada sifat keangkuhan intelektual (intellectul snobism),
yang merasa pandai atau serba tahu. Nabi dengan rendah hati menyatakan bahwa
beliau tidak mengetahui segalanya. Sejatinya pluralisme memiliki landasan
teologis yang cukup kokoh dalam nilai dan ajaran Islam. Dalam dakwah Islam
Rasulullah Saw di Madinah merupakan aplikasi faktual dari pluralisme toleransi
pluralis yang ditampakkan Rasulullah Saw merupakan salah satu karakteristik
penyebaran Islam.
Demikianlah
perjalanan dakwah Rasulullah dalam kebrehasilannya mengubah susunan masyarakat
dari susunan masyarakat pra Islam ke masyarakat Islam yang pemerintahannya
bersistem keadilan sosial yang melandaskan Al Qur’an sebagai kitab
undang-undang dasar syariat Islam.Keberhasilan dakwah Islam Rasulullah Saw
dalam memimpin umat merupakan model paling ideal (per exellen) dalam mendirikan
sebuah pemerintahan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
urain di muka, sebagai penutup pembahasan makalah ini, penulis dapat
mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.
Muhammad Saw
adalah rasul terakhir yang terpilih untuk melaksanakan dakwah Islamiyah kepada
umat manusia menuju keselamatan di dunia dan akhirat.
2. Dakwah Islam Rasulullah Saw periode Mekah bertujuan
membentuk pribadi muslim masyarakat Mekah.
3. Dakwah Islam Rasululah Periode Madinah bertujuan untuk
mendirikan pemerintahan yang bersistem keadilan sosial dengan berlandaskan Al
Qur’an sebagai kitab undang undang dasar syariat Islam.
4. Piagam Madinah adalah undang-undang dasar untuk
mengatur kehidupan masyarakat di Madinah, dimana penduduknya bersifat plural
yang terdiri dari berbagai suku, agama, golongan, maupun karakter (latar
sosial, budaya yang berbeda).
5. Kunci kesuksesan Rasulullah Saw dalam berdakwah
memimpin umat dalam satu pemerintahan merupakan model ideal yang patut untu
diteladani.
B.
Saran
demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, oleh jarena itu kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
H. Mahmud
Yunus, Kamus Arab–Indonesia, Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah/Pentafsiran Al-quran.
(Jakarta: 1973).
Moenawar
Chalil, Kelengkapan Retorika Nabi Muhamad SAW.(Jakarta, Gema Insani : 2001)
Khaidi Khatib
Bandaro. Metodologi Dakwah. ( Padang : IAIN Press. 1996)
Asep Muhyiddin
dan Ahmad Safe’I. Metode Pengembangan Dakwah. (Bandung: Pustaka setia. 2002).
Maidir Harun
dan Firdaus. Sejarah peradapan Islam. ( Padang : IAIN Press: 2001).
Asgar El
Enginee. Asal-usul dan Perkembangan Islam. (Yogyakarta : Pustaka pelajar. 1999)
.Pent: Imam Baihaqi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar