Rabu, 07 Juni 2017

MAKALAH PERADABAN ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Dalam perkembangan penyebaran agama Islam tak lepas dari peran kota-kota di dunia yang pernah dikuasai Islam pada masanya. Kota-kota tersebut terdapat peninggalan-peninggalan Islam yang masih terjaga sampai saat ini misalnya: taman kota, masjid, istana bahkan benteng dan lain-lain.
Dalam konteks peradaban, Islam menampilkan peradaban baru yang esistensinya berbeda dengan sebelumnya. Islam telah melahirkan revolusi kebudayaan dan peradaban. Meskipun demikian pengaruh lokal adalah proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Akan tetapi, pengaruh ini justru memperkaya peradaban Islam itu sendiri.

B.     RUMUSAN MASALAH
Kota-kota yang menjadi pusat peradaban Islam:
1.      Mekkah.
2.      Madinah.
3.      Baghdad.
4.      Kairo (Mesir).
5.      Damaskus di Syiria.
6.      Kairawan.
7.      Isfahan di Persia.
8.      Delhi (India).
9.      Andalusia (Spanyol).
10.  Transoxania.
11.  Aceh.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Makkah Al-Mukarramah
Mekkah merupakan tempat lahirnya agama Islam, dimana Nabi Muhammad lahir dan memperoleh wahyu Alquran di Kota Mekkah. Awalnya Mekkah merupakan pusat peradaban jahiliyyah.  Di kota ini juga terdapat Ka’bah  di Masjidil Haram yang merupakan kiblat umat Islam dalam shalat. Makkah juga menjadi pusat kajian ilmu-ilmu keagamaan, khususnya pusat kajian ilmu hadits dan fiqih.  Dari Madina setelah kekuatan Nabi Muhammad dan para sahabat menjadi besar beliau merebut kembali kota Makkah dengan cara menaklukkan kota itu secara damai, pada tahun 8 H (630 M) yang dikenal Fathul Makkah, yaitu terbukanya kota Makkah.[1]
Mekkah pada masa nabi muhammad lebih dititik beratkan pada menata masyarakatnya pada aqidah. sedangkan untuk ilmu-ilmu lain banyak diterapkan di Madinah. Mekkah menjadi pusat Keagamaan umat islam dunia. Mereka banyak berdatangan ke Mekkah untuk Haji dan umroh. serta memperdalam ilmu agamanya[2]
B.     Madinah Al-Munawwarah
Kota Madinah pada awalnya bernama Yatsrib, dari Madinah Nabi meneruskan perjuangan menyabarkan agama Islam. Di Madinah selama 13 tahun nabi membina dan mengembangkan masysrakat Islam. Bahkan di Madinah ini, Nabi membangun sistem kehidupam bermasysrakat Islam yang dicita-cikannya.
Di kota ini pula terdapat masjid Nabi yang terkenal dengan dengan nama Masjid Nabawi. Di samping masjid dibangun ruangan tertutup untuk para fakir miskin kaum muslimin. Masjid diberi pintu dua, yaitu pintu Aisyah dan pintu Atiqah. Pada zaman Rasul dan para khulafaur rasyidin. Masjid Madinah menjadi kantor besar yang didalamnya diurus segala urusan pemerintahan. Di kota iniNabi Muhammad dimakamkan. Kota Madinah merupakan kota suci umat Islam setelah Makkah. Dari kota ini lahir para ilmuwan muslin dan para ulama yang menghiasi kota Madinah juga menjadi pusat kajian keilmuankeagamaan Islam, khususnya ilmu hadits, ilmu fiqih, dan ilmu tafsir Alquran.[3][3]
Peradaban Madinah berkembang ketika nabi muhammad datang ke Kota itu, dimana onta nabi muhammad berhenti disuatu bidang lahan untuk pembangunan masjid Nabawi. Pada saat itu kaum muslimin melakukan berbagai aktifitasnya di dalam masjid ini, baik beribadah, memutuskan suatu perkara, jual eli maupun perayaan-perayaan. tempat ini menjadi faktor pemersatu umat. Selanjutnya kota ini menjadi pusat kekhalifahan sebagai penerus Nabi Muhammad. Terdapat tiga khalifah yang memerintah dari kota ini yakni Abu BakarUmar bin Khattab, dan Utsman bin Affan. Pada masa Ali bin Abi Thalib pemerintahan dipindahkan ke Kufah di Irak karena terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya khalifah Utsman.
Secara sistematik, proses peradaban yang dilakukan oleh nabi pada masyarakat islam di yatsrib adalah:
  1. Nabi Muhammad mengubah nama dari yasrib menjadi Madinah Al-munawarah. Perubahan nama itu bukan secara kebetulan, perubahan itu menggambarkan cita-cita nabi Muhammad Saw. yaitu membentuk suatu masyarakat yang tertib dan maju dan berperadaban.
  2. Membangun masjid bukan sebagai tempat ritual saja, tapi juga menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawaah dalam merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Masjid juga sebagai pusat pemerintahan.
  3. Nabi muhammad membentuk kegiatan Mu’akhat (persaudaraan) yang mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar
  4. Membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama islam
  5. Membentuk tentara untuk mengantisipasi gangguan yang dilakukan musuh.
Hubungan antara muslim dengan muslim lainya berdasarkan piagam madinah terdapat 5 prinsip
        i.            bertetngga bai
      ii.            saling membantu
    iii.            membela yang dianiyaya
    iv.            saling menasehati       
      v.            menghormati kebebasan agama[4][4]

C.    Baghdad
Menurut cerita rakyat, daerah ini sebelumnya adalah tempat peristirahatan Kisra Anusyirwan, seorang raja Persia yang masyhur, di musim panas. Baghdad sendiri mempunyai arti “Taman Keadilan”. Masa keemasan Kota Baghdad terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al- Rasyid (786- 806 M) dan Al-Ma’mun (813-833 M).Peradaban yang dicapai pada masa Khalifah Al- Manshur diantaranya pada pembangunan fisik, dengan mendesain kota ini berbentuk bundar, yang di sekililingnya dibangun dinding tembok yang besar dan tinggi. Di sebelah luar dinding tembok digali parit besar yang berfungsi sebagai saluran air dan sekaligus sebagai benteng. Disediakannya empat buah pintu gerbang di sekitar kota ini untuk setiap orang yang ingin memasuki kota ini. Keempat pintu gerbang itu adalah Bab al- Kufah yang terletak di sebelah barat daya, Bab al- Syam di barat laut, Bab al- Bashrah di tenggara, dan Bab al- Khurasan di timur laut. Di masing-masing pintu gerbang di bangun 28 menara untuk tempat pengawal negara yang mengawasi keadaan di luar. Terdapat tempat peristirahatan dengan ukiran indah dan menyenangkan pada setiap pintu gerbang bagian atas.
Baghdad didirikan pada tahun 762M oleh khalifah Al-Manshur dari Dinasti Abasiyah. Satu tim ahli dibentuk untuk memilih sebuah bidang tanah yang cukup luas, yang terletak antara Sungai Tigris dan Sungai Euftar. istana khalifah terletak di tengah-tengah kota Baghdad dengan gaya seni arsitektur Persia, yang dikenal dengan Al-Qashr Az-Zahabi (Istana Emas). Istana ini dilengkapi dengan bangunan masjid, tempat pengawal istana, polisi dan tempat tinggal putra-putri serta keluarga khalifah.Kota Baghdad menjadi lebih masyhur lagi karena perannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan islam di dunia setelah masa Al-Manshur. Banyak buku filsafat yang sebelumnya dipandang sudah mati, yang kemudian dihidupkan kembali dengan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Khalifah Al- Ma’mun memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan beribu-ribu ilmu pengetahuan yang bernama Bait Al-Hikmah. Banyak para ilmuwan dari berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendalami ilmu pengetahuan.[5][5]
Sejak berdirinya Baghdad sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Dari baghdad lahir karya-karya sastra indah diantaranya Alfu Lailah wa Lailah (1001 malam). Dan juga para ilmuwan, ulama, filsuf, dan sastrawan diantaranya: Al-Khawarizmi ( tokoh astronomi, matematika, penemu al jabar), AL-Kindi (filsuf arab pertama), Al-Farabi (filsuf besar), Ar-Razi (filsuf, ahli fisika, dan kedokteran), Imam Al-Ghazali (ilmuwan dan ulama ternama), Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani (pendiri tarekat Qadariyah).Pada masa Abbasiyah di kota Baghdad juga berdiri akademik dan sekolah tinggi. Perguruan tinggi yang terkenal adalah An-Nizhamiyah, didirikan oleh Nizamul Mulk (5H) dan perguruan Al-Mustanshiriyah yang didirikan oleh khalifat Al-Muntashir Billah (7H).
Karena serangan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M kota ini hancur berantakan. Pada tahun 1400 M, kota ini diserang oleh pasukan Timur Lenk, tahun 1508 M dihancurkan oleh tentara Kerajaan Safawi.[6][6]

D.    Kairo (Mesir)
Setelah panglima Jauhar As-Siqili menduduki Mesir pada tahun 358 H, Jauhar As-Siqili memulai pembangunan kota baru untuk mendaji ibu kota Dinasti Fathimiyah. Kota ini mula-mula diberi nama “Manshuriyah” dinisbatkan kepada Mansur Al-Mu’iz Lidinilah. Setelah Mu’iz sendiri sampai di Mesir namanya diubah menjadi Qahiriyah Mu’iziyah. Wilayah Dinasti Fathimiyah meliputi Afrika Utara, Sicilia, dan Syiria.
Kota Kairo mengalami puncak kejayaan pada masa Shalahuddin Al-Ayyubi. Dinasti Fathimiyah dapat ditumbangkan oleh dinasti Ayyubiyah yang didirikan oleh Salahuddun Al-Ayyubi seorang pahlawan dalam perang salib. Shalahuddin tetap mempertahankan lembaga-lembaga ilmiyah yang didirikan oleh Dinasti Fathimiyyyah tetapi mengubah orientasi keagamaannya dari Syi’ah menjadi Ahlus Sunnah. Kekuasaaan Dinasti Ayyubiyah di Mesir di teruskan oleh Dinasti Mamalik. Dinasti ini mampumempertahankan pusat kekuasaannya dari serangan bangsa Mongol dan bahkan dapat mengalahkantentara Mongol di Ain Jalut di bawah pimpinan Baybars yang berkuasa dari tahun 1260-1277 M.  Pada tahun 1517 M, Dinasti Mamalik dapat dikalahkan oleh Dinasti Usmani di Turki dan sejak itu Kairo hanya dijadikan sebagai Ibukota provinsi Kerajaan Usmani.[7][7]
Bentuk kota Kairo ini hampir merupakan segi empat. Di  sekelilingnya dibangun pagar tembok besar dan tinggi, yang sampai sekarang masih ditemui peninggalannya. Pagar tembok ini  memanjang dari Masjid Ibn Thulun sampai ke Qal’at Al- Jabal, memanjang dari Jabal Al-Muqattam sampai ke tepi Sungai Nill.Setelah pembangunan kota Kairo rampung lengkap dengan istananya, Jauhar As-Saqili mendirikan Masjid Al-Azhar, 17 Ramadhan 359 H/970 M. Masjid ini berkembang menjadi sebuah universitas besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Nama Al-Azhar diambil dari Al-Zahra’, julukan Fathimiah, puteri Nabi Muhammad SAW dan istri ‘Ali ibn Abi Thalib, Imam pertama Syi’ah.
Dalam pemerintahannya Al-Mu’iz melaksanakan tiga kebijaksanaan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang administrasi, pembangunan ekonomi, dan toleransi beragama. Dalam bidang administrasi, beliau mengangkat seorang wazir untuk melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Dalam bidang ekonomi, beliau memberi gaji khusus kepada tentara, personalia istana, dan pejabat pemerintahan lainnya. Dalam bidang agama, di Mesir diadakan empat lembaga peradilan, dua untuk Madzhad Syi’ah dan dua untuk Madzhab Sunni.
Pada masa Al-Aziz menggunakan program baru dengan mendirikan masjid- masjid, istana, jembatan, dan kanal- kanal baru. Pada masa Aziz Billah dan Hakim Bianrillah, terdapat seorang mahaguru bernama Ibn Yunus menemukan pendulum dan ukuran waktu dengan ayunannya. Karyanya Zij Al-Akbar Al-Hakimi diterjemahkan ke berbagi bahasa. Beliau meninggal pada tahun 1009 M kemudian penemuan- penemuannya diteruskan oleh Ibn Al-Nabdi (1040) dan Hasan Ibn Haitham, seorang astronom dan ahli optika, yang tersebut terakhir ini menemukan sinar cahaya datang dari objek ke mata dan bukan keluar dari mata lalu mengenai dunia luar.
Pada masa Al-Hakim (996-1021 M) didirikan Bait Al-Hikmah, terinspirasi dari lembaga yang sama yang didirikan oleh Al-Makmun di Baghdad. Di lembaga ini banyak sekali koleksi buku-buku. Lembaga ini juga merupakan pusat pengkajian astronomi, kedokteran, dan ajaran-ajaran islam terutama Syi’ah. Pada masa-masa selanjutnya, Dinasti Fathimiah mulai mendapat gangguan-gangguan politik. Akan tetapi Kairo tetap menjadi sebuah kota besar dan penting. Ketika jayanya, di Kairo telah memiliki kurang lebih 20.000 toko milik khalifah. Kafilah-kafilah, tempat-tempat pemandian dan sarana umum lainnya telah didirikan oleh khalifah. Istana khalifah dihuni 30.000 orang, 12.000 orang diantaranya adalah pembantu dan 1.000 pengawal berkuda.[8][8]

E.     Damaskus Di Syiria
Damaskus pada zaman sebelum Islam adalah ibu kota Kerajaan Romawi Timur di Syiria.  Damaskus merupakan kota lama  yang dibangun kembali dalam zaman daulah Bani Umayyah dan dijadikan ibu kota negara sejak pemerintahan Muawiyyah bin Abi Sufyan, khalifah pertama Bani Umayyah. Di kota Damaskus banyak didirikan gedung-gedung yang indah, yang berniali seni, disamping kotanya sendiri dibangun sedemikian rupa teratur dan indahnya, dengan jalan-jalan yang lebih rimbun, kanal-kanal yang bersimpang siur berfungsi sebagai jalan dan pengairan, taman-taman rekreasi yang menakjubkan.Di Damaskus terdapat Masjid Damaskus yang megah dan agung, masjid ini dibangun oleh Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik dengan arsiteknya Abu Ubaidah bin Jarrah. [9][9]

F.     Kairawan
Kairawan merupakan kota baru yang terletak di Afrika Utara. Kota ini dibangun pada masa Dinasti Umayyah. Sesuai dengan kota-kota Islam yang lain, Kairawan dibangun dengan gaya arsitektur Islam, yang dilengkapi dengan berbagai gedung, masjid, taman, daerah perdagangan, daerah industri, daerah militer dan sebagainya.
Di kota Kairawan terdapat Masjid Kairawan yang dibangun pada masa Khalifah Hisyam bin Abdul Malik oleh Aqabah, gubernur Afrika Utara. Masjid ini adalah Masjid yang termasyhur. Berkali-kali masjid ini mengalami perbaikan dan perlebaran oleh para gubernur yang silih berganti menjabat, sehingga akhirnya menjadi satu muslimin di Afrika Utara, terutama dengan kubahnya yang terkenal dengan “Qubatul Bahwi”.  Kota Kairawan kemudian menjadi kota internasional, karena didalamnya berdiam bangsa-bangsa Arab, Barbar, Persia, Romawi, dan lain-lain. Kairawan juga merupakan kota ilmu, disamping sebagai kota militer.[10][10]

G.    Isfahan Di Persia
     Kota Isfahan merupakan ibu kota kerjaan Safawi. Kota Isfahan merupakan tua yang didirikan oleh Yazdjird yang merupakan Raja Persia. Kota Isfahan ini dikuasai Islam tahun 19H/640 M pada masa Umar bin Khattab. Kota ini terletak diatas Kota Zanndah, dan diatasnya membenteng 3 buah jembatan yang megah dan indah. Pada tahun 625 H/1228M terjadi pertempuran besar di Isfahan, ketika tentara Mongol menyerbu negri-negri Islam dan menjadikan Isfahan sebagai salah satu bagian wilayah kekuasaaan Mongol itu. Ketika Timur Lenk menyerbu negri-negri Islam pada tahun 790H /1388 M, kota Isfahan ikut jatuh dibawah  kekuasaan Timur Lenk setelah itu, kota Isfahan dikuasai oleh kerajaan Turki Usmani pada tahun 955 H/1548 M. Pada tahun 1134 H/ 1721 M terjadi pertempuran antara Husain Shafawi dengan Mahmud Al-Afghani, yang mengakhiri riwayat kerajaan Shafawi. Di kota ini berdiri bangunan-bangunan indah seperti istana, sekolah-sekolah, masjid-masjid, menara, pasar, dan rumah-rumah dengan ukuran arsitektur yang indah.[11][11]

H.    Istanbul Di Turki
            Kota istanbul merupakan Ibu kota kerajaan Turki Usmani. Awalnya merupakan ibu kota kerajaan Romawi Timur dengan nama Konstantinopel. Konstantinopel sebelumnya sebuah kota bernama Bizantium, kemudian diganti dengan nama Kontsantipel oleh kaisar Constantin, kaisar Romawi Timur. Konstantinopel jatuh ke tangan Islam pada masa Dinasti Turki Usmani dibawah pimpinan Sultan Muhammad II yang bergelar Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453, dan di jadukan ibukota kerajaan Turki Usmani.
            Oleh Sultan Muhammad Al-Fatih, kota Konstantinopel yang artinya kota Constantin, di ubah namanya menjadi Istanbul yang artinya kota Islam. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar Eropa Timur, Asia kecil, dan Aftika Urata. Bahkan daerah-daerah yang lebih jauh juga mengakui kekuasaan Istanbul. Dalam bidang arsitektur, masjid-masjid yang dibangun membuktikan kemajuannya. Masjid merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam, tempat kaum Muslimin menjalankan kewajiban ibadahnya. Gereja Aya Sophia, setelah ditaklukkan kaum Muslimin diubah menjadi masjid Agung yang terpenting di Istanbul. Pengaruh jatuhnya Kontantinopel besar sekali bagi Turki Usmani. Kota tua itu adalah pusat kerajaan Bizantium yang menyimpan banyak ilmu pengetahuan dan menjadi pusat agama Kristen ortodoks.
            Istanbul merupakan pusat peradaban Islam pada masa kekuasaan Turki Usmani yang terpenting bukan karena keindahan kota akan tetepi, karena di kota bekas pusat kekuasaan Romawi Timur terdapat pusat-pusat kajian keilmuan yang mendorong puncak kejayaan peradaban umat Islam.[12][12]
Setelah Muhammad Al-Fatih menjadikan Istambul sebgai ibu kota kerajaan Turki Usmani, beliau melakukan penataan hal-ihwal orang-orang Kristen Yunani(Romawi). Dalam penataan tersebut beliau tetap memberikan kebebasan kepada pihak gereja, seperti yang dilakukan para pendahulunya dan mengakui agama lain sesuai dengan ajaran islam yang menghormati keyakinan suatu agama. Penduduk Istanbul memang heterogen dalam bidang agama. Menurut sensus tahun 1477, penduduk Istanbul berdasarkan agama adalah sebagai berikut: Muslim 8951 rumah tangga (60 %),   penganut Kristen Ortodoks (Yunani) 3151 rumah tangga( 21,5%), Yahudi 1647 rumah tangga (11%), lain-lain 1054 rumah tangga (7,5% ).
Sebagai ibu kota, di sinilh tempat berkembangnya kebudayaan Turki yang merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan. Bangsa Turki Utsmani banyak mengambil ajaran etika dan politik dari bangsa Persia. Sebagai bangsa berasal dari Asia Tengah, Turki memang suka berasimilasi dan senang bergaul dengan bangsa lain. Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan, kebudayan Bizantium banyak mempengaruhi kerajaan Turki Utsmani ini. Namun, jauh sebelum mereka berasimilasi dengan bangsa-bangsa tersebut, sejak pertama kali mereka masuk islam bngsa Arab sudah menjadi guru mereka dalam bidang agama, ilmu, prinsip-prinsip kemasyarakatan dn hukum. Huruf Arab dijadikn huruf resmikerajaan. Kekuasaan tertinggi memang berada di tangan Sultan, tetapi roda pemerintahan dijalankan oleh Shadr Al-A’zham (Perdana menteri) yang berkedudukan di ibu kota. Jabatan-jabatan penting, termasuk perdana menteri, seringkali justru diserahkan kepada orang-orang asal Eropa, dengan syarat menyatakan diri secara formal masuk islam.
Dalambidang arsitektur, masjid-masjid yang dibangun di sana membuktikan kemajuannya. Masjid memang merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam, tempat kaum muslimin mendapat fasilitas lengkap untuk menjalankan kewajiban agamanya, Gereja Aya Sophia, setelah penaklukan diubah menjadi sebuah masjid agung yang terpenting di Istambul. Gambar-gambar makhluk hidup yang ada sebelumnya ditutup, mihrab didirikan, dindingnya dihiasi dengan kaligrafi yang indah, dan menara-menara dibangun. Masjid-masjid penting lainnya adalah Masjid Agung Al-Muhammadi atau Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Abu Ayyub Al-Anshari (tempat penaklukan para Sultan Utsmani), Masjid Bayazid dengan gaya Persia, dan Masjid Sulaiman Al-Qanuni.
            Di samping masjid, para sultan juga mendirikn istana-istana dan vila-vila yang megah, sekolah, asrama, rumah sakit, panti asuhan, penginapan, pemandian umum, pusat-pusat Tharekat, dan lain- lain. Rumah-rumah dan vila yang mewah juga dimiliki oleh pedagang-pedagang kaya. Istana dan vila biasanya dilengkapi dengan taman dan tembok di sekelilingnya. Jalan- jalan yang menghubungkan antara satu daerah dengan daerah lain, terutama dengan ibu kota dibangun.[13][13]


I.       Delhi (India)
            Delhi merupakan ibukota kerajaan Islam India sejak tahun 608 H/1211 M. Sebagai ibukota kerajaan Islam Delhi menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Islan dianak benua India. Delhi terletak di sebalah sungai Jamna. Mula-mula Delhi dikuasai islam, ditaklukkan oleh Quthb Ad-Din Aybak. Tahun 602 H/ 1204 M oleh Quthb Ad-Din Aybak dijadikan ibukota kerajaan Islam Mongol. Zhahiruddin Babur raja Dinasti Mongol pertama, merebut Delhi dari tangan Dinasti Lodi. [14][14]
Sebelum Islam masuk kesana, Delhi berada di bawah kekuasaan keturunan Johan Rajput. Dinasti Mamluk ini berkuasa sampai tahun 689 H(1290), kemudian diganti oleh dinasti Khaji (1296-1326M), kemudian diganti oleh dinasti Tughlug (1320-1413M). Setiap dinasti Islam memperluas kota itu dengan mendirikan “kota-kota” baru di Delhi semula, yaitu kota yang berada di dalam benteng Lalkot. Delhi sekarang mencakup semua kota-kota baru itu. Semuanya dikenal sebagai ”Tujuh Kota Delhi”. Dinasti Mamluk memperluas tembok kota Hindu dengan apa yang dikenal kota Kil’a Ray Pithora. Inilah kota pertama dari tujuh kota Delhi tersebut. Sementara itu Dinasti Khalji menambah bangunan Masjid dengan atap yang indah dan beberapa menara lagi. Kesebelah barat, dinasti ini memperluas benteng Lalkot yang lama dengan maksud mempertahankan kota dari serangan bangsa Mongol. Dengan demikian ia memindahkan ibukota ke Siri, sekitar 2 km. Inilah kota yang kedua. Di dalam kota, dinasti ini mendirikan sebuah istana megah tersendiri.
Pada dinasti Tughlug, raja pertama mendirikan Tughlughabad, kota sekitar 8 km di sebelah timur Kil’a Ray Pithora, yang kemudian dijadikan sebagai pusat pemerintahan Pada tahun 730 H/1320 M. Di tengah kota didirikan masjid, perumahan, perkantoran, dan jalan-jalan yang dikelilingi oleh benteng yang kuat. Muhammad Ibn Tughlug juga melaksanakan sebuah proyek raksasa, yaitu mendirikan Adilabad yang kemudian dikenal dengan kota Jahanpah. Hal yang sama juga dilakukan oleh Fairuz Tughlug dengan mendirikan kota fairuzabad, sekita 3 km disebelah barat laut kota yang kemudian dikenal dengan Syahjahanabad. Setelah Delhi dihancurkan tentara Timur Lenk, kekuasaan raja-raja yang berkedudukan di Delhi merosot tajam. Ketika itulah dinasti Lodi mengambil kota agra sebagai ibu kota, sementara Delhi menjadi kota yang kurang penting[15][15]
            Kota Agra itu pula untuk pertama kalinya menjadi ibu kota kerajaan Mongol, ketika Zhahiruddin Babur mengalahkan dinasti Lodi. Raja mongol Syah Jehan (1628-1658) mendirikan kota Syahjahanabad. Syah Jehan mendirikan monumen yang sangat bersejarah yang sangat indah dan menjadi salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia, yaitu Taj Mahal, sebuah monumen untuk mengenang istri tercintanya Mumtaz Mahal.[16][16]
Setiap dinasti Islam uang berkuasa di India dan menjadikan Delhi sebagai ibu kotanya, seakan-akan mereka berlomba-lomba untuk membangun dan memperindah Istana, Benteng, Masjid, Madrasah dan Makam. Di Delhi dan sekitarnya banyak berdiri Makam-makam megah, bukan saja makam penguasa islam tetapi juga makam-makam para Wali. Kalau saja Timur Lenk tidak menghancurkan kota Delhi, tentu akan banyak sekali bangunan mewah dan indah yang dapat disaksikan. Delhi islam yang dapat kita saksikan sekarang adalah Delhi yang hanya dibangun oleh kerajaan Mughal.[17][17]

J.      Andalusia (Spanyol)
a. Cordova
            Cordova adalah kota lama yang dibangun kembali dengan gaya Islam. Dari kota ini lahirlah filsuf Ibnu Rusyd (Averros). Kota ini pertama kali dimasuki Islam pada tahun 711 M oleh pasukan Islam dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ketika Abdurrahman Ad-Dakhil masuk ke Andalusia, telah menjadikan Cordova sebagai ibu kota dan kota yang indah. Ia menciptakan taman dengan dipenuhi tuffah (apel) dan pohon delima. Semasa pemerintahan Abdurrahman An-Nasir, Cordova diperindah dan diperluas. Pada masanya terdapat pula Universitas Cordova yang dijadikan satu dengan Masjid Cordova, pada saat itu Cordova menjasi kota budaya di daratan Eropa. Cordova, Konstantinopel dan Baghdad merupakan tiga pusat kebudayaan dunia.[18][18]
Sebagai ibu kota pemerintahan, Cordova di masa bani Umayyah mengalami perkembangan yang pesat. Banyak bangunan-bangunan baru yang didirikan seperti Istana dan Masjid-masjid. Kota ini diperluas dengan memperbesar tembok yang mengelilinginya. Sebuah jembatan dengan gaya arsitektur Islam yang mempunyai 16 lengkungan dalam gaya romawi, menghubungkan Cordova dengan daerah pinggiran diseberang sungai. Disebelah barat jembatan itu berdiri Istana al Caza. Perkembangan kota ini mencapai puncaknya pada abd. Al-Rahman al-Nashir dipertengahan abad ke-10 M. Pada masa pemerintahan Islam Cordova terkenal juga sebagai pusat kerajinan barang-barang dari perak, sulaman-sulaman dari sutra dan kulit yang mempunyai bentuk husus. Pada tahun 1236 M. Cordova direbut oleh tentara kristen dibawah pimpinan Ferdinand III dari castila. Setelah itu, supremasi islam di Spanyol mulai mengalami zaman kemunduran.
Pada masa pemerintahan bani Umayyah di Spanyol, Cordova menjadi pusat ilmu pengetahuan. Di kota ini berdiri Universitas Cordova. Banyak ilmuwan dari dunia Islam bagian timur yang tertarik untuk mengajar di Universitas ini. Disamping itu, di kota ini juga terdapat sebuah perpustakaan besar yang mempunyai koleksi buku kira-kira 400 judul. Daftar sebagian dari buku-buku itu terkumpul dalam 44 jilid buku besar. Kemajuan ilmu pengetahuan disana tidak dapat terlepas dari dua orang Kholifah pencinta ilmu yaitu, Abd. Al-Rahman al-Nashir dan anaknya al-Hakam. Yang disebut terakhir ini memerintahkan pegawainya untuk mencari dan membeli buku-buku ilmu pengetahuan, baik klasik maupun kontemporer. Bahkan, ia ikut langsung dalam pengumpulan buku itu. Ia menulis surat kepada penulis-penulis terkenal untuk mendapat karyanya dengan imbalan yang tinggi. Pada masanya lah tercapai apa yang dinamakan masa keemasan ilmu pengetahuan dan sastra di Spanyol Islam.
Cordoba telah menghasilkan banyak ulama untuk kita dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti Ibnu Abdil Barr, Ibn Hazm az-Zhahiri, Ibnu Rusyd, az-Zahrawi, al-Idrisi, al-Abbas bin Farnas, al-Qurthubi dan lainnya.Cordoba tetap dalam keunggulan seperti ini dibandingkan dengan kota-kota lain di Spanyol hingga runtuhnya masa dinasti Umayyah pada tahun 404 H atau 1013 M, ketika tentara Barbar memberontak dan menggulingkan kekhilafahan. Mereka menghancurkan istana-istana para Khalifah, meluluhlantahkan kota serta merampas keindahannya. Sejak saat itu padamlah sinar kemajuan di kota tersebut dan pindah ke kota selanjutnya, Asybiliah (Sevilla).
Masjid Jami’ terhitung sebagai satu karya besar dalam bidang seni bangunan yang didirikan pada masa Abdurrahman ad-Dakhil. Dan Masjid Cordoba tetap eksis hingga sekarang ini dengan seni dan artefak ala Islam lengkap dengan mihrab-mihrabnya. Akan tetapi sekarang telah berubah fungsi menjadi Gereja Katedral setelah Cordoba berhasil ditaklukkan dan setelah dirombak dengan membuang banyak kubah serta ornamen keislamannya.Sekalipun demikian, Masjid ini mampu mempertahankan sebagian keunggulannya, hingga jatuh ke tangan Fernando III pada tanggal 23 Syawwal 633 H.. Kaum muslimin dipaksa meninggalkannya dan usailah sudah lembaran kebudayaan kaum muslimin yang luar biasa, berlangsung selama 5 abad di kota tersebut.           
b. Granada
            Kota Granada terletak ditepi sungai genil di kaki gunung Sierra Nevada, berdekatan dengan pantai laut mediterania (Laut Tengah). Kota ini berada dibawah kekuasaan Islam hampir bersamaan dengan kota-kota lain di Spanyol yang ditaklukan oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair tahun 711 M. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol, kota ini disebut Andalusia Atas.
Pada masa itu, Granada mengalami perkembangan pesat. Setelah Bani Umayyah mengalami kemunduran, tahun 1031 M, dalam jangka 60 tahun, Granada diperintah oleh Dinasti Zirids. Setelah itu, Granada jatuh kebawah pemerintahan Al-Mubarithun, sebuah dinasti barbar di Afrika Utara pada tahun 1090-1149 M. Sejak abad ke13, Granada diperintah oleh Dinasti Nasrid selama lebih kurang 250 tahun. Granada terkenal dengan tembok dan 20 menara mengitarinya.Pada masa pemerintahan Muhammad V (1354-1391 M), Granada mencapai puncak kejayaannya, baik dalam bidang arsitektur maupun dalam bidang politik. Pada tahun 1492, kota ini jatuh ke tangan penguasa Kristen, raja Ferdinand dan Issabela. Selanjutnya, tahun 1610 M orang-orang Islam diusir dari kota ini oleh penguasa Kristen.[19][19]
            Granada merupakan kota besar di Andalusia, yang pernah menjadi kebanggaan kaum muslimin Andalusia. Kebesaran kota Granada terlihat pada peninggalannya yang berupa istana Alhambra yang didirikan oleh Muhammad bin Al-Ahmar dari Dinasti Ahmar. Granada menjadi kota terbesar ke lima di Spanyol.
            Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah Granada mengalami perkembangan pesat. Granada dikelilingi oleh tembok, adapun penduduknya terdiri dari campuran berbagai bangsa terutama bangsa Arab, Barbar dan Spanyol yang menganut tiga agama besar Islam, Kristen dan Yahudi.[20][20]

c. Sevilla
            Kota Sevilla dibangun pada masa Dinasti Al-Muwahhidin. Kota ini pernah menjadi ibu kota Andalusia. Semuala kota ini adalah rawa-rawa, pada masa Romawi kota ini bernama Romula Agusta kemudian berubah menjadi Hispah sebelum menjadi Asyibiliyah. Sevilla berada di bawah kekuasaan Islam, kurang lebih selama 500 tahun, tidak heran jika banyak dijumpai sisa-sisa peninggalan seni dan budaya Islam. Salah satu bangunan kebanggaan  umat Islam kini telah berubah dari masjid besar menjadi gereja yaitu Santa Maria de la Sede.[21][21]

K.    Tramsomania
1.      Samarkand
            Samarkand berada di sebelah sungai As-Saghad. Riwayat tentang kota Samarkand yang tertua disebutkan dalam berita-berita tentang peperangan-peperangan Iskandar Zulkarnain. Dalam beberapa catatan disebutkan bahwa kota Samarkand beberapa kali diduduki oleh Iskandar ketika ia dan pasukannya berperang melawan Spitamenes. Akan tetapi, menurut riwayat-riwayat tertua dalam bahasa Arab, Iskandarlah yang mendirikan kota Samarkand.
            Di Samarkand terdapat makan terkenal yang masih sangat dihormati dan dikunjungi orang, yaitu makan Qasim bin Abbas, yang dipandang sebagai pembawa agama Islam ke negri ini pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Di Samarkand juga terdapat malam ulama theology terkenal yaitu Abu Mansur Al-Maturidi yaitu pendiri aliran Maturidiyah penopang paham Ahlus Sunnah. Salah seorang walisongo yaitu Maulana Malik Ibrahin juga disebutkan konon berasal dari daerah Samarkand, karena ia berasal dari keturunan Ibrahim As-Samarkandi yang kemudian di Jawa dikenal dengan sebutan Ibrahim Asmarakandi.[22][22]

2.      Bukhara
            Bukhara diperkirakan sudah ada sebelum Islam, kota ini sudah ada ketika Iskandar Zulkarnaian datang ke sana. Pengaruh Persia sangat menonjol pada bangunan-bangunan kuno. Demukian pula pengaruh Cina. Sebelum Islam datang ke Bukhara penganut agama Budha cukup banyak. Berulang kali umat Islam mengadakan ekspedisi ke wilayah Bukhara ini, akan tetapi mengalami kegagalan. Barulah pada masa Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad menyerahkan urusan pemerintahan ke Samarkand dan Bukhara. Di kota ini terdapat makam yang dihormati dan menjadi tempat ziarah umat Islam, yaitu Makan Baharuddin An-Naqsyabandi, seorang pendiri aliran dalam bidang sufistik, yaitu tarekat Naqsyabandiyah. Di samping itu dari kota Bukhara lahir ulama hadits terkenal yaitu Imam Bukhori yang menulis kitab Shahih Bukhari. Kota Bukhara dikenal sebagai pusat ilmu-ilmu keagamaan Islam. Transoxania pernah dihancurkan oleh Jenghiz Khan dan dibangun kembali oleh Timur Lenk dan dijadikan ibu kota kerajaannnya.[23][23]

L.     Aceh
            Aceh mewakili pusat dunia Islam di Asia Tenggara. Pada masa kejayaannya Aceh merupakan pusat peradaban di wilayah dunia Islam bagia Timur, yaitu Asia Tenggara. Bahkan aceh merupakan pintu transmisi jalur perjalanan penyebaran agama Islam ke seluruh wilayah, Aceh terkenal dengan sebutan Serambi Mekah. Aceh merupakan pintu gerbang masuknya Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Di Aceh pernah berdiri kerajaan-kerajaan Islam yang pertama, yaitu kerajaan Peurlak, Kerajaan Samudra Pasai dan Kerajaan Aceh Darussalam.
            Beberapa ulama Aceh yang terkenal dengan karya-karyanya adalah Nuruddin Ar-Raniri, Hamzah Fansuri, Abdurrauf Singkel, Syamsuddin Sumatrani, dll. Aceh  juga merupakan kekuatan yang sangat ditakuti semasa penjajahan belanda, karena Aceh memiliki kekuatan yang sangat dahsyat dalam menghadapi penjajahan Belanda.[24][24]






BAB III
PENUTUP
A.                Kesimpulan
Peradaban-peradaban islam yang telah di alami di daerah uang menjadi pusat-pusat peradan Islam di dunia Islam memiliki kontribusi besar dalam berbagai bidang seperti: pendidikan dan ilmu pengetahuan, politik dan pemerintahan, ekonomi, arsitektur.
Peradaban dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan Kota Baghdad memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan beribu-ribu ilmu pengetahuan yang bernama Bait Al-Hikmah, Perguruan Mustanshiriyah, serta para ilmuwan yaitu Al- Khawarizmi, Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Abu Hanifah, Syafi’i, Ahmad ibn Hambal, Al- Ghazali, Abd Al-Qadir Al-Jilani, Ibn Muqaffa’, dan lain-lain.Peradaban dalam bidang politik dan pemerintahan di Kairo dengan pelaksanaaan tiga kebijaksanaan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang administrasi, pembangunan ekonomi, dan toleransi beragama.
Kota-kota yang menjadi pusat pemerintahan Islam terdapat masjid-masjid yang menjadi bukti kota itu menjadi pemerintahan Islam. Dan membuktikan bahwa Islam sangatlah kuat pada masanya dengan bukti kota-kota besar di Eropa bisa dikuasai Islam bahkan menjadi pusat ilmu pengetahuan, ekonomi, arsitektur dan politik








DAFTAR PUSTAKA
Munir Amin,Samsul, 2009. Sejarah peradaban Islam.  Jakarta: Amzah.
Supriadi,Dedi,2008. Sejarah Peradaban Islam,  Bandung: Pustaka setia.
Yatim,Badri.2003. Sejarah Peradaban Islam,Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.





[1][1]Samsul Munir, Sejarah peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm 281-282
[2][2]Dedi Supriadi. Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka setia, 2008) hlm 63

[3][3]Samsul Munir., Op. Cit., 282-284
[4][4]Dedi Supardi., Op. Cit., hlm 64-65
[5][5]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003),  hlm. 277-281
[6][6] Samsul Munir., Op. Cit., hlm 285
[7][7]Ibid., hlm 286
[8][8]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003) hlm.281-283
[9][9]Samsul Munir., Op. Cit., hlm 287
[10][10]Ibid., hlm 288
[11][11]Ibid., hlm 289-290
[12][12]Ibid., hlm 290-291
[13][13]Badri Yatim, Op., Cit., hal.287-289
[14][14]Samsul Munir., Op.Cit., hlm 291
[15][15]Badri Yatim,Op.Cit., hlm. 290-291.
[16][16]Samsul Munir, Op. Cit., hlm 292
[17][17] Badri Yatim, Op. Cit., hlm. 291

[18][18] Samsul Munir, Op. Cit., hlm 293-294
[19][19]Badri Yatim, Op. Cit., hlm. 294-295.
[20][20]Samsul Munir, Op. Cit., hlm 295-296
[21][21]Ibid., hlm 294
[22][22]Ibid., hlm 29296-297
[23][23]Ibid., hlm 297-298
[24][24]Ibid., hlm 299-300

1 komentar:

MAKALAH KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum mempunyai tujuan dan sas...