BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam perkembangan penyebaran agama Islam tak lepas
dari peran kota-kota di dunia yang pernah dikuasai Islam pada masanya.
Kota-kota tersebut terdapat peninggalan-peninggalan Islam yang masih terjaga
sampai saat ini misalnya: taman kota, masjid, istana bahkan benteng dan
lain-lain.
Dalam konteks peradaban, Islam menampilkan peradaban
baru yang esistensinya berbeda dengan sebelumnya. Islam telah melahirkan
revolusi kebudayaan dan peradaban. Meskipun demikian pengaruh lokal adalah
proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Akan tetapi, pengaruh ini justru
memperkaya peradaban Islam itu sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
Kota-kota yang menjadi
pusat peradaban Islam:
1.
Mekkah.
2.
Madinah.
3.
Baghdad.
4.
Kairo (Mesir).
5.
Damaskus di Syiria.
6.
Kairawan.
7.
Isfahan di Persia.
8.
Delhi (India).
9.
Andalusia (Spanyol).
10.
Transoxania.
11.
Aceh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makkah Al-Mukarramah
Mekkah merupakan tempat lahirnya agama Islam, dimana
Nabi Muhammad lahir dan memperoleh wahyu Alquran di Kota Mekkah. Awalnya Mekkah
merupakan pusat peradaban jahiliyyah. Di
kota ini juga terdapat Ka’bah di
Masjidil Haram yang merupakan kiblat umat Islam dalam shalat. Makkah juga
menjadi pusat kajian ilmu-ilmu keagamaan, khususnya pusat kajian ilmu hadits
dan fiqih. Dari Madina setelah kekuatan
Nabi Muhammad dan para sahabat menjadi besar beliau merebut kembali kota Makkah
dengan cara menaklukkan kota itu secara damai, pada tahun 8 H (630 M) yang
dikenal Fathul Makkah, yaitu terbukanya kota Makkah.[1]
Mekkah pada masa nabi muhammad lebih dititik beratkan
pada menata masyarakatnya pada aqidah. sedangkan untuk ilmu-ilmu lain banyak
diterapkan di Madinah. Mekkah menjadi pusat Keagamaan umat islam dunia. Mereka
banyak berdatangan ke Mekkah untuk Haji dan umroh. serta memperdalam ilmu
agamanya[2]
B. Madinah Al-Munawwarah
Kota Madinah pada
awalnya bernama Yatsrib, dari Madinah Nabi meneruskan perjuangan menyabarkan
agama Islam. Di Madinah selama 13 tahun nabi membina dan mengembangkan
masysrakat Islam. Bahkan di Madinah ini, Nabi membangun sistem kehidupam
bermasysrakat Islam yang dicita-cikannya.
Di kota ini pula
terdapat masjid Nabi yang terkenal dengan dengan nama Masjid Nabawi. Di samping
masjid dibangun ruangan tertutup untuk para fakir miskin kaum muslimin. Masjid
diberi pintu dua, yaitu pintu Aisyah dan pintu Atiqah. Pada zaman Rasul dan
para khulafaur rasyidin. Masjid Madinah menjadi kantor besar yang didalamnya
diurus segala urusan pemerintahan. Di kota iniNabi Muhammad dimakamkan. Kota
Madinah merupakan kota suci umat Islam setelah Makkah. Dari kota ini lahir para
ilmuwan muslin dan para ulama yang menghiasi kota Madinah juga menjadi pusat
kajian keilmuankeagamaan Islam, khususnya ilmu hadits, ilmu fiqih, dan ilmu
tafsir Alquran.[3][3]
Peradaban Madinah
berkembang ketika nabi muhammad datang ke Kota itu, dimana onta nabi muhammad
berhenti disuatu bidang lahan untuk pembangunan masjid Nabawi. Pada saat itu kaum muslimin melakukan
berbagai aktifitasnya di dalam masjid ini, baik beribadah, memutuskan suatu
perkara, jual eli maupun perayaan-perayaan. tempat ini menjadi faktor pemersatu
umat. Selanjutnya kota ini menjadi pusat kekhalifahan sebagai penerus
Nabi Muhammad. Terdapat tiga khalifah yang memerintah dari kota ini yakni Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan. Pada masa Ali bin Abi Thalib pemerintahan
dipindahkan ke Kufah di Irak karena terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya khalifah Utsman.
Secara sistematik,
proses peradaban yang dilakukan oleh nabi pada masyarakat islam di yatsrib
adalah:
- Nabi Muhammad mengubah nama dari yasrib menjadi Madinah Al-munawarah. Perubahan nama itu bukan secara kebetulan, perubahan itu menggambarkan cita-cita nabi Muhammad Saw. yaitu membentuk suatu masyarakat yang tertib dan maju dan berperadaban.
- Membangun masjid bukan sebagai tempat ritual saja, tapi juga menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawaah dalam merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Masjid juga sebagai pusat pemerintahan.
- Nabi muhammad membentuk kegiatan Mu’akhat (persaudaraan) yang mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar
- Membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama islam
- Membentuk tentara untuk mengantisipasi gangguan yang dilakukan musuh.
Hubungan antara muslim
dengan muslim lainya berdasarkan piagam madinah terdapat 5 prinsip
i.
bertetngga bai
ii.
saling membantu
iii.
membela yang dianiyaya
iv.
saling menasehati
C. Baghdad
Menurut cerita rakyat,
daerah ini sebelumnya adalah tempat peristirahatan Kisra Anusyirwan, seorang
raja Persia yang masyhur, di musim panas. Baghdad sendiri mempunyai arti “Taman
Keadilan”. Masa keemasan Kota Baghdad terjadi pada masa pemerintahan Khalifah
Harun Al- Rasyid (786- 806 M) dan Al-Ma’mun (813-833 M).Peradaban yang dicapai
pada masa Khalifah Al- Manshur diantaranya pada pembangunan fisik, dengan
mendesain kota ini berbentuk bundar, yang di sekililingnya dibangun dinding
tembok yang besar dan tinggi. Di sebelah luar dinding tembok digali parit besar
yang berfungsi sebagai saluran air dan sekaligus sebagai benteng. Disediakannya
empat buah pintu gerbang di sekitar kota ini untuk setiap orang yang ingin
memasuki kota ini. Keempat pintu gerbang itu adalah Bab al- Kufah yang
terletak di sebelah barat daya, Bab al- Syam di barat laut, Bab al-
Bashrah di tenggara, dan Bab al- Khurasan di timur laut. Di
masing-masing pintu gerbang di bangun 28 menara untuk tempat pengawal negara
yang mengawasi keadaan di luar. Terdapat tempat peristirahatan dengan ukiran
indah dan menyenangkan pada setiap pintu gerbang bagian atas.
Baghdad didirikan pada
tahun 762M oleh khalifah Al-Manshur dari Dinasti Abasiyah. Satu tim ahli
dibentuk untuk memilih sebuah bidang tanah yang cukup luas, yang terletak
antara Sungai Tigris dan Sungai Euftar. istana khalifah terletak di
tengah-tengah kota Baghdad dengan gaya seni arsitektur Persia, yang dikenal
dengan Al-Qashr Az-Zahabi (Istana Emas). Istana ini dilengkapi dengan
bangunan masjid, tempat pengawal istana, polisi dan tempat tinggal putra-putri
serta keluarga khalifah.Kota Baghdad menjadi lebih masyhur lagi karena perannya
sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan islam di dunia setelah masa
Al-Manshur. Banyak buku filsafat yang sebelumnya dipandang sudah mati, yang
kemudian dihidupkan kembali dengan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Khalifah
Al- Ma’mun memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan beribu-ribu ilmu
pengetahuan yang bernama Bait Al-Hikmah. Banyak para ilmuwan dari
berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendalami ilmu pengetahuan.[5][5]
Sejak berdirinya
Baghdad sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam
Islam. Dari baghdad lahir karya-karya sastra indah diantaranya Alfu Lailah
wa Lailah (1001 malam). Dan juga para ilmuwan, ulama, filsuf, dan sastrawan
diantaranya: Al-Khawarizmi ( tokoh astronomi, matematika, penemu al jabar),
AL-Kindi (filsuf arab pertama), Al-Farabi (filsuf besar), Ar-Razi (filsuf, ahli
fisika, dan kedokteran), Imam Al-Ghazali (ilmuwan dan ulama ternama), Syaikh
Abdul Qadir Al-Jaelani (pendiri tarekat Qadariyah).Pada masa Abbasiyah di kota
Baghdad juga berdiri akademik dan sekolah tinggi. Perguruan tinggi yang
terkenal adalah An-Nizhamiyah, didirikan oleh Nizamul Mulk (5H) dan
perguruan Al-Mustanshiriyah yang didirikan oleh khalifat Al-Muntashir Billah
(7H).
Karena serangan bangsa
Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M kota ini hancur
berantakan. Pada tahun 1400 M, kota ini diserang oleh pasukan Timur Lenk, tahun
1508 M dihancurkan oleh tentara Kerajaan Safawi.[6][6]
D. Kairo (Mesir)
Setelah panglima Jauhar
As-Siqili menduduki Mesir pada tahun 358 H, Jauhar As-Siqili memulai
pembangunan kota baru untuk mendaji ibu kota Dinasti Fathimiyah. Kota ini
mula-mula diberi nama “Manshuriyah” dinisbatkan kepada Mansur Al-Mu’iz
Lidinilah. Setelah Mu’iz sendiri sampai di Mesir namanya diubah menjadi
Qahiriyah Mu’iziyah. Wilayah Dinasti Fathimiyah meliputi Afrika Utara, Sicilia,
dan Syiria.
Kota Kairo mengalami
puncak kejayaan pada masa Shalahuddin Al-Ayyubi. Dinasti Fathimiyah dapat
ditumbangkan oleh dinasti Ayyubiyah yang didirikan oleh Salahuddun Al-Ayyubi
seorang pahlawan dalam perang salib. Shalahuddin tetap mempertahankan
lembaga-lembaga ilmiyah yang didirikan oleh Dinasti Fathimiyyyah tetapi
mengubah orientasi keagamaannya dari Syi’ah menjadi Ahlus Sunnah. Kekuasaaan
Dinasti Ayyubiyah di Mesir di teruskan oleh Dinasti Mamalik. Dinasti ini
mampumempertahankan pusat kekuasaannya dari serangan bangsa Mongol dan bahkan
dapat mengalahkantentara Mongol di Ain Jalut di bawah pimpinan Baybars yang
berkuasa dari tahun 1260-1277 M. Pada
tahun 1517 M, Dinasti Mamalik dapat dikalahkan oleh Dinasti Usmani di Turki dan
sejak itu Kairo hanya dijadikan sebagai Ibukota provinsi Kerajaan Usmani.[7][7]
Bentuk kota Kairo ini
hampir merupakan segi empat. Di sekelilingnya dibangun pagar tembok besar
dan tinggi, yang sampai sekarang masih ditemui peninggalannya. Pagar tembok ini
memanjang dari Masjid Ibn Thulun sampai ke Qal’at Al- Jabal, memanjang
dari Jabal Al-Muqattam sampai ke tepi Sungai Nill.Setelah pembangunan kota
Kairo rampung lengkap dengan istananya, Jauhar As-Saqili mendirikan Masjid
Al-Azhar, 17 Ramadhan 359 H/970 M. Masjid ini berkembang menjadi sebuah
universitas besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Nama Al-Azhar
diambil dari Al-Zahra’, julukan Fathimiah, puteri Nabi Muhammad SAW dan istri
‘Ali ibn Abi Thalib, Imam pertama Syi’ah.
Dalam pemerintahannya
Al-Mu’iz melaksanakan tiga kebijaksanaan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang
administrasi, pembangunan ekonomi, dan toleransi beragama. Dalam bidang
administrasi, beliau mengangkat seorang wazir untuk melaksanakan tugas-tugas
kenegaraan. Dalam bidang ekonomi, beliau memberi gaji khusus kepada tentara,
personalia istana, dan pejabat pemerintahan lainnya. Dalam bidang agama, di
Mesir diadakan empat lembaga peradilan, dua untuk Madzhad Syi’ah dan dua untuk
Madzhab Sunni.
Pada masa Al-Aziz
menggunakan program baru dengan mendirikan masjid- masjid, istana, jembatan,
dan kanal- kanal baru. Pada masa Aziz Billah dan Hakim Bianrillah, terdapat
seorang mahaguru bernama Ibn Yunus menemukan pendulum dan ukuran waktu dengan
ayunannya. Karyanya Zij Al-Akbar Al-Hakimi diterjemahkan ke berbagi bahasa.
Beliau meninggal pada tahun 1009 M kemudian penemuan- penemuannya diteruskan
oleh Ibn Al-Nabdi (1040) dan Hasan Ibn Haitham, seorang astronom dan ahli
optika, yang tersebut terakhir ini menemukan sinar cahaya datang dari objek ke
mata dan bukan keluar dari mata lalu mengenai dunia luar.
Pada masa Al-Hakim
(996-1021 M) didirikan Bait Al-Hikmah, terinspirasi dari lembaga yang sama yang
didirikan oleh Al-Makmun di Baghdad. Di lembaga ini banyak sekali koleksi
buku-buku. Lembaga ini juga merupakan pusat pengkajian astronomi, kedokteran,
dan ajaran-ajaran islam terutama Syi’ah. Pada masa-masa selanjutnya, Dinasti
Fathimiah mulai mendapat gangguan-gangguan politik. Akan tetapi Kairo tetap
menjadi sebuah kota besar dan penting. Ketika jayanya, di Kairo telah memiliki
kurang lebih 20.000 toko milik khalifah. Kafilah-kafilah, tempat-tempat
pemandian dan sarana umum lainnya telah didirikan oleh khalifah. Istana
khalifah dihuni 30.000 orang, 12.000 orang diantaranya adalah pembantu dan
1.000 pengawal berkuda.[8][8]
E. Damaskus Di Syiria
Damaskus pada zaman
sebelum Islam adalah ibu kota Kerajaan Romawi Timur di Syiria. Damaskus merupakan kota lama yang dibangun kembali dalam zaman daulah Bani
Umayyah dan dijadikan ibu kota negara sejak pemerintahan Muawiyyah bin Abi
Sufyan, khalifah pertama Bani Umayyah. Di kota Damaskus banyak didirikan
gedung-gedung yang indah, yang berniali seni, disamping kotanya sendiri
dibangun sedemikian rupa teratur dan indahnya, dengan jalan-jalan yang lebih
rimbun, kanal-kanal yang bersimpang siur berfungsi sebagai jalan dan pengairan,
taman-taman rekreasi yang menakjubkan.Di Damaskus terdapat Masjid Damaskus yang
megah dan agung, masjid ini dibangun oleh Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik
dengan arsiteknya Abu Ubaidah bin Jarrah. [9][9]
F. Kairawan
Kairawan merupakan kota
baru yang terletak di Afrika Utara. Kota ini dibangun pada masa Dinasti
Umayyah. Sesuai dengan kota-kota Islam yang lain, Kairawan dibangun dengan gaya
arsitektur Islam, yang dilengkapi dengan berbagai gedung, masjid, taman, daerah
perdagangan, daerah industri, daerah militer dan sebagainya.
Di kota Kairawan
terdapat Masjid Kairawan yang dibangun pada masa Khalifah Hisyam bin Abdul
Malik oleh Aqabah, gubernur Afrika Utara. Masjid ini adalah Masjid yang
termasyhur. Berkali-kali masjid ini mengalami perbaikan dan perlebaran oleh
para gubernur yang silih berganti menjabat, sehingga akhirnya menjadi satu
muslimin di Afrika Utara, terutama dengan kubahnya yang terkenal dengan
“Qubatul Bahwi”. Kota Kairawan kemudian
menjadi kota internasional, karena didalamnya berdiam bangsa-bangsa Arab,
Barbar, Persia, Romawi, dan lain-lain. Kairawan juga merupakan kota ilmu,
disamping sebagai kota militer.[10][10]
G. Isfahan Di Persia
Kota Isfahan merupakan ibu kota kerjaan Safawi. Kota Isfahan
merupakan tua yang didirikan oleh Yazdjird yang merupakan Raja Persia. Kota
Isfahan ini dikuasai Islam tahun 19H/640 M pada masa Umar bin Khattab. Kota ini
terletak diatas Kota Zanndah, dan diatasnya membenteng 3 buah jembatan yang
megah dan indah. Pada tahun 625 H/1228M terjadi pertempuran besar di Isfahan,
ketika tentara Mongol menyerbu negri-negri Islam dan menjadikan Isfahan sebagai
salah satu bagian wilayah kekuasaaan Mongol itu. Ketika Timur Lenk menyerbu
negri-negri Islam pada tahun 790H /1388 M, kota Isfahan ikut jatuh dibawah kekuasaan Timur Lenk setelah itu, kota
Isfahan dikuasai oleh kerajaan Turki Usmani pada tahun 955 H/1548 M. Pada tahun
1134 H/ 1721 M terjadi pertempuran antara Husain Shafawi dengan Mahmud
Al-Afghani, yang mengakhiri riwayat kerajaan Shafawi. Di kota ini berdiri
bangunan-bangunan indah seperti istana, sekolah-sekolah, masjid-masjid, menara,
pasar, dan rumah-rumah dengan ukuran arsitektur yang indah.[11][11]
H. Istanbul Di Turki
Kota
istanbul merupakan Ibu kota kerajaan Turki Usmani. Awalnya merupakan ibu kota
kerajaan Romawi Timur dengan nama Konstantinopel. Konstantinopel sebelumnya
sebuah kota bernama Bizantium, kemudian diganti dengan nama Kontsantipel oleh
kaisar Constantin, kaisar Romawi Timur. Konstantinopel jatuh ke tangan Islam
pada masa Dinasti Turki Usmani dibawah pimpinan Sultan Muhammad II yang
bergelar Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453, dan di jadukan ibukota kerajaan
Turki Usmani.
Oleh
Sultan Muhammad Al-Fatih, kota Konstantinopel yang artinya kota Constantin, di
ubah namanya menjadi Istanbul yang artinya kota Islam. Wilayah kekuasaannya
meliputi sebagian besar Eropa Timur, Asia kecil, dan Aftika Urata. Bahkan
daerah-daerah yang lebih jauh juga mengakui kekuasaan Istanbul. Dalam bidang
arsitektur, masjid-masjid yang dibangun membuktikan kemajuannya. Masjid
merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam, tempat kaum Muslimin menjalankan
kewajiban ibadahnya. Gereja Aya Sophia, setelah ditaklukkan kaum Muslimin
diubah menjadi masjid Agung yang terpenting di Istanbul. Pengaruh jatuhnya
Kontantinopel besar sekali bagi Turki Usmani. Kota tua itu adalah pusat
kerajaan Bizantium yang menyimpan banyak ilmu pengetahuan dan menjadi pusat
agama Kristen ortodoks.
Istanbul
merupakan pusat peradaban Islam pada masa kekuasaan Turki Usmani yang
terpenting bukan karena keindahan kota akan tetepi, karena di kota bekas pusat
kekuasaan Romawi Timur terdapat pusat-pusat kajian keilmuan yang mendorong
puncak kejayaan peradaban umat Islam.[12][12]
Setelah Muhammad
Al-Fatih menjadikan Istambul sebgai ibu kota kerajaan Turki Usmani, beliau
melakukan penataan hal-ihwal orang-orang Kristen Yunani(Romawi). Dalam penataan
tersebut beliau tetap memberikan kebebasan kepada pihak gereja, seperti yang
dilakukan para pendahulunya dan mengakui agama lain sesuai dengan ajaran islam
yang menghormati keyakinan suatu agama. Penduduk Istanbul memang heterogen
dalam bidang agama. Menurut sensus tahun 1477, penduduk Istanbul berdasarkan
agama adalah sebagai berikut: Muslim 8951 rumah tangga (60 %),
penganut Kristen Ortodoks (Yunani) 3151 rumah tangga( 21,5%), Yahudi 1647 rumah
tangga (11%), lain-lain 1054 rumah tangga (7,5% ).
Sebagai ibu kota, di
sinilh tempat berkembangnya kebudayaan Turki yang merupakan perpaduan
bermacam-macam kebudayaan. Bangsa Turki Utsmani banyak mengambil ajaran etika
dan politik dari bangsa Persia. Sebagai bangsa berasal dari Asia Tengah, Turki
memang suka berasimilasi dan senang bergaul dengan bangsa lain. Dalam bidang
kemiliteran dan pemerintahan, kebudayan Bizantium banyak mempengaruhi kerajaan
Turki Utsmani ini. Namun, jauh sebelum mereka berasimilasi dengan bangsa-bangsa
tersebut, sejak pertama kali mereka masuk islam bngsa Arab sudah menjadi guru
mereka dalam bidang agama, ilmu, prinsip-prinsip kemasyarakatan dn hukum. Huruf
Arab dijadikn huruf resmikerajaan. Kekuasaan tertinggi memang berada di tangan
Sultan, tetapi roda pemerintahan dijalankan oleh Shadr Al-A’zham (Perdana
menteri) yang berkedudukan di ibu kota. Jabatan-jabatan penting, termasuk
perdana menteri, seringkali justru diserahkan kepada orang-orang asal Eropa,
dengan syarat menyatakan diri secara formal masuk islam.
Dalambidang arsitektur,
masjid-masjid yang dibangun di sana membuktikan kemajuannya. Masjid memang
merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam, tempat kaum muslimin mendapat
fasilitas lengkap untuk menjalankan kewajiban agamanya, Gereja Aya Sophia,
setelah penaklukan diubah menjadi sebuah masjid agung yang terpenting di
Istambul. Gambar-gambar makhluk hidup yang ada sebelumnya ditutup, mihrab
didirikan, dindingnya dihiasi dengan kaligrafi yang indah, dan menara-menara
dibangun. Masjid-masjid penting lainnya adalah Masjid Agung Al-Muhammadi atau
Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Abu Ayyub Al-Anshari (tempat
penaklukan para Sultan Utsmani), Masjid Bayazid dengan gaya Persia, dan Masjid
Sulaiman Al-Qanuni.
Di
samping masjid, para sultan juga mendirikn istana-istana dan vila-vila yang
megah, sekolah, asrama, rumah sakit, panti asuhan, penginapan, pemandian umum,
pusat-pusat Tharekat, dan lain- lain. Rumah-rumah dan vila yang mewah juga
dimiliki oleh pedagang-pedagang kaya. Istana dan vila biasanya dilengkapi
dengan taman dan tembok di sekelilingnya. Jalan- jalan yang menghubungkan
antara satu daerah dengan daerah lain, terutama dengan ibu kota dibangun.[13][13]
I. Delhi (India)
Delhi
merupakan ibukota kerajaan Islam India sejak tahun 608 H/1211 M. Sebagai
ibukota kerajaan Islam Delhi menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Islan
dianak benua India. Delhi terletak di sebalah sungai Jamna. Mula-mula Delhi
dikuasai islam, ditaklukkan oleh Quthb Ad-Din Aybak. Tahun 602 H/ 1204 M oleh
Quthb Ad-Din Aybak dijadikan ibukota kerajaan Islam Mongol. Zhahiruddin Babur
raja Dinasti Mongol pertama, merebut Delhi dari tangan Dinasti Lodi. [14][14]
Sebelum Islam masuk kesana, Delhi
berada di bawah kekuasaan keturunan Johan Rajput. Dinasti Mamluk ini berkuasa
sampai tahun 689 H(1290), kemudian diganti oleh dinasti Khaji (1296-1326M),
kemudian diganti oleh dinasti Tughlug (1320-1413M). Setiap dinasti Islam
memperluas kota itu dengan mendirikan “kota-kota” baru di Delhi semula, yaitu
kota yang berada di dalam benteng Lalkot. Delhi sekarang mencakup semua kota-kota
baru itu. Semuanya dikenal sebagai ”Tujuh Kota Delhi”. Dinasti Mamluk
memperluas tembok kota Hindu dengan apa yang dikenal kota Kil’a Ray Pithora.
Inilah kota pertama dari tujuh kota Delhi tersebut. Sementara itu Dinasti
Khalji menambah bangunan Masjid dengan atap yang indah dan beberapa menara
lagi. Kesebelah barat, dinasti ini memperluas benteng Lalkot yang lama dengan
maksud mempertahankan kota dari serangan bangsa Mongol. Dengan demikian ia
memindahkan ibukota ke Siri, sekitar 2 km. Inilah kota yang kedua. Di dalam
kota, dinasti ini mendirikan sebuah istana megah tersendiri.
Pada dinasti Tughlug, raja pertama
mendirikan Tughlughabad, kota sekitar 8 km di sebelah timur Kil’a Ray Pithora,
yang kemudian dijadikan sebagai pusat pemerintahan Pada tahun 730 H/1320 M. Di
tengah kota didirikan masjid, perumahan, perkantoran, dan jalan-jalan yang
dikelilingi oleh benteng yang kuat. Muhammad Ibn Tughlug juga melaksanakan
sebuah proyek raksasa, yaitu mendirikan Adilabad yang kemudian dikenal dengan
kota Jahanpah. Hal yang sama juga dilakukan oleh Fairuz Tughlug dengan
mendirikan kota fairuzabad, sekita 3 km disebelah barat laut kota yang kemudian
dikenal dengan Syahjahanabad. Setelah Delhi dihancurkan tentara Timur Lenk,
kekuasaan raja-raja yang berkedudukan di Delhi merosot tajam. Ketika itulah
dinasti Lodi mengambil kota agra sebagai ibu kota, sementara Delhi menjadi kota
yang kurang penting[15][15]
Kota
Agra itu pula untuk pertama kalinya menjadi ibu kota kerajaan Mongol, ketika
Zhahiruddin Babur mengalahkan dinasti Lodi. Raja mongol Syah Jehan (1628-1658)
mendirikan kota Syahjahanabad. Syah Jehan mendirikan monumen yang sangat
bersejarah yang sangat indah dan menjadi salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia,
yaitu Taj Mahal, sebuah monumen untuk mengenang istri tercintanya Mumtaz Mahal.[16][16]
Setiap dinasti Islam
uang berkuasa di India dan menjadikan Delhi sebagai ibu kotanya, seakan-akan
mereka berlomba-lomba untuk membangun dan memperindah Istana, Benteng, Masjid,
Madrasah dan Makam. Di Delhi dan sekitarnya banyak berdiri Makam-makam megah,
bukan saja makam penguasa islam tetapi juga makam-makam para Wali. Kalau saja
Timur Lenk tidak menghancurkan kota Delhi, tentu akan banyak sekali bangunan
mewah dan indah yang dapat disaksikan. Delhi islam yang dapat kita saksikan
sekarang adalah Delhi yang hanya dibangun oleh kerajaan Mughal.[17][17]
J. Andalusia (Spanyol)
a. Cordova
Cordova
adalah kota lama yang dibangun kembali dengan gaya Islam. Dari kota ini
lahirlah filsuf Ibnu Rusyd (Averros). Kota ini pertama kali dimasuki Islam pada
tahun 711 M oleh pasukan Islam dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ketika
Abdurrahman Ad-Dakhil masuk ke Andalusia, telah menjadikan Cordova sebagai ibu
kota dan kota yang indah. Ia menciptakan taman dengan dipenuhi tuffah (apel)
dan pohon delima. Semasa pemerintahan Abdurrahman An-Nasir, Cordova diperindah
dan diperluas. Pada masanya terdapat pula Universitas Cordova yang dijadikan
satu dengan Masjid Cordova, pada saat itu Cordova menjasi kota budaya di
daratan Eropa. Cordova, Konstantinopel dan Baghdad merupakan tiga pusat
kebudayaan dunia.[18][18]
Sebagai ibu kota pemerintahan,
Cordova di masa bani Umayyah mengalami perkembangan yang pesat. Banyak
bangunan-bangunan baru yang didirikan seperti Istana dan Masjid-masjid. Kota
ini diperluas dengan memperbesar tembok yang mengelilinginya. Sebuah jembatan
dengan gaya arsitektur Islam yang mempunyai 16 lengkungan dalam gaya romawi,
menghubungkan Cordova dengan daerah pinggiran diseberang sungai. Disebelah
barat jembatan itu berdiri Istana al Caza. Perkembangan kota ini mencapai
puncaknya pada abd. Al-Rahman al-Nashir dipertengahan abad ke-10 M. Pada masa
pemerintahan Islam Cordova terkenal juga sebagai pusat kerajinan barang-barang
dari perak, sulaman-sulaman dari sutra dan kulit yang mempunyai bentuk husus.
Pada tahun 1236 M. Cordova direbut oleh tentara kristen dibawah pimpinan
Ferdinand III dari castila. Setelah itu, supremasi islam di Spanyol mulai
mengalami zaman kemunduran.
Pada masa pemerintahan
bani Umayyah di Spanyol, Cordova menjadi pusat ilmu pengetahuan. Di kota ini
berdiri Universitas Cordova. Banyak ilmuwan dari dunia Islam bagian timur yang
tertarik untuk mengajar di Universitas ini. Disamping itu, di kota ini juga
terdapat sebuah perpustakaan besar yang mempunyai koleksi buku kira-kira 400
judul. Daftar sebagian dari buku-buku itu terkumpul dalam 44 jilid buku besar.
Kemajuan ilmu pengetahuan disana tidak dapat terlepas dari dua orang Kholifah
pencinta ilmu yaitu, Abd. Al-Rahman al-Nashir dan anaknya al-Hakam. Yang
disebut terakhir ini memerintahkan pegawainya untuk mencari dan membeli
buku-buku ilmu pengetahuan, baik klasik maupun kontemporer. Bahkan, ia ikut
langsung dalam pengumpulan buku itu. Ia menulis surat kepada penulis-penulis
terkenal untuk mendapat karyanya dengan imbalan yang tinggi. Pada masanya lah
tercapai apa yang dinamakan masa keemasan ilmu pengetahuan dan sastra di
Spanyol Islam.
Cordoba telah
menghasilkan banyak ulama untuk kita dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan
seperti Ibnu Abdil Barr, Ibn Hazm az-Zhahiri, Ibnu Rusyd, az-Zahrawi,
al-Idrisi, al-Abbas bin Farnas, al-Qurthubi dan lainnya.Cordoba tetap dalam
keunggulan seperti ini dibandingkan dengan kota-kota lain di Spanyol hingga
runtuhnya masa dinasti Umayyah pada tahun 404 H atau 1013 M, ketika tentara
Barbar memberontak dan menggulingkan kekhilafahan. Mereka menghancurkan
istana-istana para Khalifah, meluluhlantahkan kota serta merampas keindahannya.
Sejak saat itu padamlah sinar kemajuan di kota tersebut dan pindah ke kota
selanjutnya, Asybiliah (Sevilla).
Masjid Jami’ terhitung
sebagai satu karya besar dalam bidang seni bangunan yang didirikan pada masa
Abdurrahman ad-Dakhil. Dan Masjid Cordoba tetap eksis hingga sekarang ini
dengan seni dan artefak ala Islam lengkap dengan mihrab-mihrabnya. Akan tetapi
sekarang telah berubah fungsi menjadi Gereja Katedral setelah Cordoba berhasil
ditaklukkan dan setelah dirombak dengan membuang banyak kubah serta ornamen
keislamannya.Sekalipun demikian, Masjid ini mampu mempertahankan sebagian
keunggulannya, hingga jatuh ke tangan Fernando III pada tanggal 23 Syawwal 633
H.. Kaum muslimin dipaksa meninggalkannya dan usailah sudah lembaran kebudayaan
kaum muslimin yang luar biasa, berlangsung selama 5 abad di kota tersebut.
b. Granada
Kota
Granada terletak ditepi sungai genil di kaki gunung Sierra Nevada, berdekatan
dengan pantai laut mediterania (Laut Tengah). Kota ini berada dibawah kekuasaan
Islam hampir bersamaan dengan kota-kota lain di Spanyol yang ditaklukan oleh
tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair
tahun 711 M. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol, kota ini disebut
Andalusia Atas.
Pada masa itu, Granada
mengalami perkembangan pesat. Setelah Bani Umayyah mengalami kemunduran, tahun
1031 M, dalam jangka 60 tahun, Granada diperintah oleh Dinasti Zirids. Setelah
itu, Granada jatuh kebawah pemerintahan Al-Mubarithun, sebuah dinasti barbar di
Afrika Utara pada tahun 1090-1149 M. Sejak abad ke13, Granada diperintah oleh
Dinasti Nasrid selama lebih kurang 250 tahun. Granada terkenal dengan tembok
dan 20 menara mengitarinya.Pada masa pemerintahan Muhammad V (1354-1391 M),
Granada mencapai puncak kejayaannya, baik dalam bidang arsitektur maupun dalam
bidang politik. Pada tahun 1492, kota ini jatuh ke tangan penguasa Kristen,
raja Ferdinand dan Issabela. Selanjutnya, tahun 1610 M orang-orang Islam diusir
dari kota ini oleh penguasa Kristen.[19][19]
Granada
merupakan kota besar di Andalusia, yang pernah menjadi kebanggaan kaum muslimin
Andalusia. Kebesaran kota Granada terlihat pada peninggalannya yang berupa
istana Alhambra yang didirikan oleh Muhammad bin Al-Ahmar dari Dinasti Ahmar.
Granada menjadi kota terbesar ke lima di Spanyol.
Pada
masa pemerintahan Dinasti Umayyah Granada mengalami perkembangan pesat. Granada
dikelilingi oleh tembok, adapun penduduknya terdiri dari campuran berbagai
bangsa terutama bangsa Arab, Barbar dan Spanyol yang menganut tiga agama besar
Islam, Kristen dan Yahudi.[20][20]
c. Sevilla
Kota
Sevilla dibangun pada masa Dinasti Al-Muwahhidin. Kota ini pernah menjadi ibu
kota Andalusia. Semuala kota ini adalah rawa-rawa, pada masa Romawi kota ini
bernama Romula Agusta kemudian berubah menjadi Hispah sebelum menjadi
Asyibiliyah. Sevilla berada di bawah kekuasaan Islam, kurang lebih selama 500
tahun, tidak heran jika banyak dijumpai sisa-sisa peninggalan seni dan budaya
Islam. Salah satu bangunan kebanggaan
umat Islam kini telah berubah dari masjid besar menjadi gereja yaitu
Santa Maria de la Sede.[21][21]
K. Tramsomania
1. Samarkand
Samarkand
berada di sebelah sungai As-Saghad. Riwayat tentang kota Samarkand yang tertua
disebutkan dalam berita-berita tentang peperangan-peperangan Iskandar
Zulkarnain. Dalam beberapa catatan disebutkan bahwa kota Samarkand beberapa
kali diduduki oleh Iskandar ketika ia dan pasukannya berperang melawan
Spitamenes. Akan tetapi, menurut riwayat-riwayat tertua dalam bahasa Arab,
Iskandarlah yang mendirikan kota Samarkand.
Di
Samarkand terdapat makan terkenal yang masih sangat dihormati dan dikunjungi
orang, yaitu makan Qasim bin Abbas, yang dipandang sebagai pembawa agama Islam
ke negri ini pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Di Samarkand juga terdapat
malam ulama theology terkenal yaitu Abu Mansur Al-Maturidi yaitu pendiri aliran
Maturidiyah penopang paham Ahlus Sunnah. Salah seorang walisongo yaitu Maulana
Malik Ibrahin juga disebutkan konon berasal dari daerah Samarkand, karena ia
berasal dari keturunan Ibrahim As-Samarkandi yang kemudian di Jawa dikenal
dengan sebutan Ibrahim Asmarakandi.[22][22]
2. Bukhara
Bukhara
diperkirakan sudah ada sebelum Islam, kota ini sudah ada ketika Iskandar
Zulkarnaian datang ke sana. Pengaruh Persia sangat menonjol pada
bangunan-bangunan kuno. Demukian pula pengaruh Cina. Sebelum Islam datang ke
Bukhara penganut agama Budha cukup banyak. Berulang kali umat Islam mengadakan
ekspedisi ke wilayah Bukhara ini, akan tetapi mengalami kegagalan. Barulah pada
masa Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad menyerahkan urusan pemerintahan
ke Samarkand dan Bukhara. Di kota ini terdapat makam yang dihormati dan menjadi
tempat ziarah umat Islam, yaitu Makan Baharuddin An-Naqsyabandi, seorang
pendiri aliran dalam bidang sufistik, yaitu tarekat Naqsyabandiyah. Di samping
itu dari kota Bukhara lahir ulama hadits terkenal yaitu Imam Bukhori yang menulis
kitab Shahih Bukhari. Kota Bukhara dikenal sebagai pusat ilmu-ilmu keagamaan
Islam. Transoxania pernah dihancurkan oleh Jenghiz Khan dan dibangun kembali
oleh Timur Lenk dan dijadikan ibu kota kerajaannnya.[23][23]
L. Aceh
Aceh
mewakili pusat dunia Islam di Asia Tenggara. Pada masa kejayaannya Aceh
merupakan pusat peradaban di wilayah dunia Islam bagia Timur, yaitu Asia
Tenggara. Bahkan aceh merupakan pintu transmisi jalur perjalanan penyebaran
agama Islam ke seluruh wilayah, Aceh terkenal dengan sebutan Serambi Mekah.
Aceh merupakan pintu gerbang masuknya Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Di
Aceh pernah berdiri kerajaan-kerajaan Islam yang pertama, yaitu kerajaan
Peurlak, Kerajaan Samudra Pasai dan Kerajaan Aceh Darussalam.
Beberapa
ulama Aceh yang terkenal dengan karya-karyanya adalah Nuruddin Ar-Raniri,
Hamzah Fansuri, Abdurrauf Singkel, Syamsuddin Sumatrani, dll. Aceh juga merupakan kekuatan yang sangat ditakuti
semasa penjajahan belanda, karena Aceh memiliki kekuatan yang sangat dahsyat
dalam menghadapi penjajahan Belanda.[24][24]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Peradaban-peradaban islam yang telah
di alami di daerah uang menjadi pusat-pusat peradan Islam di dunia Islam
memiliki kontribusi besar dalam berbagai bidang seperti: pendidikan dan ilmu
pengetahuan, politik dan pemerintahan, ekonomi, arsitektur.
Peradaban dalam bidang pendidikan
dan ilmu pengetahuan Kota Baghdad memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan
beribu-ribu ilmu pengetahuan yang bernama Bait Al-Hikmah, Perguruan
Mustanshiriyah, serta para ilmuwan yaitu Al- Khawarizmi, Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi,
Abu Hanifah, Syafi’i, Ahmad ibn Hambal, Al- Ghazali, Abd Al-Qadir Al-Jilani,
Ibn Muqaffa’, dan lain-lain.Peradaban dalam bidang politik dan pemerintahan di
Kairo dengan pelaksanaaan tiga kebijaksanaan besar, yaitu pembaharuan dalam
bidang administrasi, pembangunan ekonomi, dan toleransi beragama.
Kota-kota yang menjadi pusat
pemerintahan Islam terdapat masjid-masjid yang menjadi bukti kota itu menjadi
pemerintahan Islam. Dan membuktikan bahwa Islam sangatlah kuat pada masanya
dengan bukti kota-kota besar di Eropa bisa dikuasai Islam bahkan menjadi pusat
ilmu pengetahuan, ekonomi, arsitektur dan politik
DAFTAR PUSTAKA
Munir Amin,Samsul,
2009. Sejarah peradaban Islam. Jakarta:
Amzah.
Supriadi,Dedi,2008. Sejarah
Peradaban Islam, Bandung: Pustaka
setia.
Yatim,Badri.2003. Sejarah
Peradaban Islam,Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Izin copas kak buat tugas sekolah..
BalasHapus