BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Spanyol adalah salah satu negara tertua di dunia dan
juga bangsa penakluk pada masanya. Negara Spanyol terletak di Semenanjung
Iberia, di wilayah Barat Daya Eropa. Sebelah barat berbatasan dengan Portugal,
sebelah utara berbatasan dengan Prancis, sebelah timur berbatasan dengan Laut
Tengah, dan sebelah selatan berbatasan dengan Selat Gibreltar. Sekitar abad ke
16, Spanyol pernah menjadi negara adikuasa di dunia. Hal ini ditandai dengan
banyaknya wilayah yang ditaklukkan olehnya, seperti Meksiko, Peru, Argentina,
Kolombia, bahkan sampai ke Filipina. Penaklukannya ini menjadikan bahasa
Spanyol menjadi salah satu dari enam bahasa resmi di PBB dikarenakan banyaknya
enutur salah satu rumpun bahasa romance ini.
Tetapi, tahukah anda apa yang terjadi sebelum berbagai
ekspansi yang dilakukan oleh Spanyol? Mereka berekspansi sambil melakukan
kristenisasi. Apakah Kristen agama yang berpengaruh sebelum ekspansi tersebut?
Ternyata sebelum itu semua terjadi, Spanyol berada di bawah kendali umat Islam
dan tentu saja agama Islam adalah agama mayoritas di Spanyol kala itu. Lalu
bagaimana kehidupan Islam di Spanyol dari masa awal hingga akhir kekuasaan
Islam? Apa saja yang diwariskan peradaban Islam di sana? Berikut penjelasannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul makalah dari silabus yang diberikan,
ada beberapa hal yang patut dijadikan rumusan masalah dalam makalah ini.
1. Bagaimana proses
ekspansi Islam di Spanyol?
2. Apa arti penting
Spanyol bagi dunia Islam?
3. Siapa saja penguasa
terkenal kala itu?
4. Apa saja sumbangan
Spanyol Islam terhadap renaissance Eropa?
5. Bagaimana proses
kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengenal Andalusia
1. Letak Geografis
Andalusia
Negeri Andalusia pada hari ini terletak di Spanyol dan
Portugal. Atau juga biasa dikenal sebagai Semenanjung Iberia. Luas kedua negara
itu sekitar 600.000 km2, atau kurang dari 2/3
luas Mesir. Semenanjung Andalusia dipisahkan dengan Maroko oleh sebuah selat
yang semenjak era penaklukan Islam kemudian dikenal sebagai Selat Gibraltar
yang lebarnya sekitar 12,8 km antara Sabtah (Ceuta) dan Jabal Thariq
(Gibraltar).
Semenanjung Iberia terletak di bagian barat daya
Eropa, di atas daratan segitiga yang semakin menyempit saat kita berjalan ke
arah timur, dan semakin melebar saat kita berjalan menuju arah barat. Di bagian
selatan, ia berbatasan dengan Prancis dengan dibatasi barisan pegunungan yang
dikenal sebagai Pegunungan Bartat. Air laut mengelilingi wilayah ini dari
segala penjuru yang menyebabkan bangsa Arab menyebutnya sebagai Jazirah
Al-Andalusia atau Pulau Andalusia. Laut Tengah meliputinya dari arah timur
dan tenggara, kemudian Laut Atlantik meliputinya dari sisi barat laut, barat,
dan utara.
Sehingga Pengunungan Pirenia adalah satu-satunya
perbatasan darat yang menghubungkan semenanjung ini dengan Eropa, karena di
utara ia bertemu dengan Laut Atlantik dan di selatan ia bertemu dengan Laut
Tengah (Laut Mediterania). Pengunungan Pirenia yang menjadi pemisah antara
Prancis dan Spanyol membuat seolah-olah semenanjung itu membalikkan wajahnya
membelakangi Eropa dan mengarah ke arah Maroko. Adapun dari dalam semenanjung
itu sendiri, maka kita dihadapkan dengan sebuah dataran tinggi yang dikenal
sebagai Maseta, yang dilintasi oleh pegunungan secara horizontal, dipenuhi oleh
banyak sungai yang mengalir, seolah-olah ia hidup di atas jalur-jalur air.
2. Mengapa Dinamakan
Andalusia?
Konon ada beberapa suku-suku kanibal yang berasal dari
bagian Utara Skandinavia, dari kawasan Swedia, Denmark, Norwegia, dan
sekitarnya; mereka menyerang kawasan Andalusia dan hidup di sana dalam kurun
waktu yang cukup lama. Adapula yang berpendapat bahwa suku-suku itu datang dari
wilayah Jerman. Tapi yang penting bagi kita adalah kabilah-kabilah ini dikenal
dengan nama “Vandal” atau “Wandal” dalam bahasa Arab. Sehingga wilayah itu pun
dikenal sebagai “Vandalisia” mengikuti nama suku-suku yang hidup di sana.
Seiring berjalannya waktu, nama itupun berubah menjadi “Andalusia”.
3. Andalusia Pra Islam
a. Kondisi
Kebodohan dan Kemunduran di Kawasan Eropa
Eropa pada waktu itu hidup dalam masa-masa kebodohan
dan keterbelakangan yang luar biasa, yang biasa disebut dengan masa kegelapan (dark
age). Kezhaliman adalah sistem yang berlaku di sana. Para penguasa
menguasai harta dan kekayaan negeri, sementara rakyatnya hidup dalam kemiskinan
yang parah. Para penguasa menguasai
istana dan benteng, sementara rakyat kebanyakan bahkan tidak mempunyai tempat
berteduh dan rumah yang layak. Mereka benar-benar berada dalam kemiskinan yang
luar biasa. Bahkan mereka diperjualbelikan bersama dengan tanah. Moral
benar-benar mengalami degradasi. Kehormatan diinjak-injak, dan kehidupan sangat
jauh dari nilai-nilai yang normal.
Kondisi Eropa secara umum sebelum penaklukan Islam
diliputi oleh keterbelakangan, kezhaliman, dan kemiskinan yang parah, serta
sangat jauh dari sisi peradaban dan kemodernan sedikit pun. Kekacauan Eropa
yang parah itu berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Kecenderungan pada ilmu
pengetahuan di Eropa tidak muncul kecuali pada abad ke 11 dan 12 Masehi.
b. Bangsa Ghotic
Menguasai Andalusia
Di akhir abad ke-4 Masehi, bangsa Ghotic Barat di
bawah kepemimpinan Alarik berhasil menguasai bagian barat dari Imperium Romawi,
setelah mereka mempersembahkan berbagai bentuk bantuan yang mengantarkan Kaisar
Romawi, Theodosius menduduki singgasananya. Maka ketika Sang Kaisar meninggal
dunia pada tahun 395 M, Alarik—pemimpin suku Ghotic Barat itu pun menjadi
pemimpin terkuat di Eropa Barat dan Tengah. Tidak lama kemudian, ia segera
berusaha menguasai Roma—ibukota Imperium Romawi, dan ia benar-benar berhasil
menaklukkannya pada tahun 410 M dalam sebuah tragedi yang masih selalu dikenang
dalam sejarah Eropa.
Dalam masa inilah, akhirnya Imperium Romawi
mengizinkan suku-suku Vandal (Wandal) yang ganas itu untuk tinggal di kawasan
Barat Laut semenanjung Iberia, dengan syarat mereka tidak mengganggu stabilitas
kawasan dan wilayah lain. Namun, karena jumlah suku Vandal ini begitu banyak
sementara Imperium Romawi demikian lemah, suku-suku itu pun mulai menguasai
hampir seluruh bagian pulau, bahkan juga mengancam negeri Ghalia (Prancis
sekarang), serta melakukan berbagai tindakan perusakan dan keganasan yang
besar.
Tidak membutuhkan waktu lama hingga Imperium Romawi
mulai melemah; hal yang kemudian membuat Ghotic Barat memerdekakan diri dari
kekuasaan Roma untuk menguasai semenanjung tersebut. Euric pun menggunakan
gelar raja pada tahun 467 M, dan ia dianggap sebagai pendiri negara Ghotic
Barat yang sebenarnya. Suku ini kemudian dikenal (hanya) dengan sebutan
“Ghotik” saja di setiap fase sejarah berikutnya. Sekitar satu tahun atau lebih
sedikit sebelum penaklukan Islam terhadap Spanyol, seorang petinggi militer
bernama Roderick melakukan kudeta terhadap kekuasaan dan memakzulkan Raja
Gheitista. Sehingga pada saat pertama terjadinya penaklukan Islam, Roderick-lah
yang menjadi penguasa negeri tersebut.
B. Penaklukan Andalusia
1. Penaklukan Andalusia,
Penaklukan Umawi yang Agung
Penaklukan Andalusia terjadi pada tahun 92 H. Artinya,
ia terjadi di masa kekhilafahan Umawiyah. Tepatnya di masa khalifah Al-Walid
bin Abdul Malik yang memimpin sejak tahun 86 H (705 M) hingga tahun 96 H (715 M). Ini berarti bahwa
penaklukan Andalusia ini terjadi pada pertengahan kekhilafahan Al-Walid
Al-Umawy.
a. Bersikap Adil
Terhadap Bani Umayyah (40-132 H/660-750 M)
Daulah Umayyah telah menaklukkan berbagai negeri di
dunia dengan Islam melalui empat penjuru di waktu yang bersamaan. Di antaranya
adalah dari Barat yang lalu mengantarkan ke Andalusia, namun di sana masih ada
lagi tiga penjuru lain; di kawasan negeri Sind (kawasan Afghanistan dan
sekitarnya) yang dipimpin oleh Muhammad bin Al-Qasim At-Tsaqafy, kawasan Ma
Wara’a An-Nahr (negeri Transoxania) hingga ke Cina yang dipimpin Qutaibah
bin Muslim Al-Bahiliy, kemudian kawasan negeri Kaukasus di Utara yang dipimpin
oleh Maslamah bin Abdul Malik Al-Marwany.
Akibatnya, orang-orang pun masuk Islam secara
berduyun-duyun. Matahari Islam pun bersinar terang di negeri-negeri yang
sebelumnya menyembah patung, berhala, api, dan para raja mereka. Semua ideologi
khufarat dan kebatilan pun tersingkir, dan manusia pun mulai melihat dengan
izin Allah melalui tangan Bani Umayyah cahaya Allah yang jelas itu. Mereka pun
menyambut Islam; secara berkelompok maupun individu. Kemudian tidak lama
setelah itu, mereka bergabung menjadi prajurit, pahlawan, ulama dan para
pelopornya. Di sepanjang perjalanan sejarah, umat Islam telah memetik buah dari
tanaman yang ditanam oleh Bani Umayyah. Berapa banyak pemimpin dan tokoh
terkemuka umat ini dalam bidang pengetahuan, fikih, tafsir, sastra, kedokteran,
geografi, teknik, kimia, dan filsafat yang berasal dari negeri-negeri yang
berhasil ditaklukkan oleh Bani Umayyah, seperti Al-Bukhari, Muslim,
At-Tirmidzi, Ath-Thabari, Ibnu Khaldun, Adz-Dzahabi, Ibnu Sina, Al-Farabi,
Al-Kindi, Al-Biruni, dan sederet panjang tokoh lain yang tidak dapat disebutkan
jumlahnya. Islam telah berhasil menaklukkan negeri mereka, kemudian hati
mereka. Kemudian dengan bantuan mereka, Islam pun dapat menaklukkan negeri dan
hati manusia lain yang jaih lebih banyak.
b. Bagaimana Sebelum
Penaklukan Andalusia? Kondisi Kaum Muslimin di Afrika Utara
Islam masuk ke kawasan utara Afrika 70 tahun sebelum
terjadinya penaklukan Andalusia, yaitu pada tahun 22 H (644 M). Pada mulanya,
di kawasan ini hidup berbagai suku besar yang dikenal sebagai suku Amazig atau
Barbar. Suku-suku ini adalah suku yang sangat kuat dan keras. Setelah masuk
Islam, merka sudah pernah murtad dari Islam lebih dari sekali sehingga beberapa
kali terjadi peperangan antara mereka dengan kaum muslimin, yang kemudian
berakhir dengan kekuasaan Islam di kawasan ini pada akhir tahun 85 atau 86 H
(704-705 M) di tangan Musa bin Nushair.
c. Musa bin
Nushair, Si Panglima Anak dari Panglima (19-97 H/640-716 M)
Musa bin Nushair adalah seorang panglima yang unggul,
penuh ketakwaan dan kewara’an. Dengan tangannya, Allah telah meneguhkan
pijakan-pijakan kaki Islam di kota-kota yang berjauhan jaraknya itu. Beliau
adalah seorang tabi’in. Ia telah meriwayatkan hadits dari beberapa orang
sahabat, seperti Tamim Ad-Dari. Tentangnya, Ibnu Khallikan mengatakan, “Ia
seorang yang cerdas, berakhlak mulia, pemberani, wara’ dan penuh ketakwaan
kepada Allah swt. Pasukannya tidak pernah terkalahkan sekalipun.”
Adapun ayahnya adalah Nushair bin Abdurrahman bin
Yazid. Juga seorang pemberani yang turut serta dalam Perang Yarmuk yang heroik.
Kedudukan ayahnya begitu kuat di sisi Muawiyah. Jabatannya mencapai posisi
kepala polisi di masa Muawiyah saat ia menjabat sebagai gubernur di era Umar
dan Utsman r.a. Lalu dalam beberapa riwayat lain disebutkan bahwa ia bahkan
menjadi komandan pasukan pengawal pribadi Muawiyah sendiri.
d. Musa bin Nushair
Meneguhkan Pilar-pilar Islam di Afrika
Obsesi Musa bin Nushair sejak ia menjadi gubernur di
kawasan Maghribi adalah meneguhkan pilar-pilar Islam di kawasan ini, yang
penduduknya telah murtad meninggalkan Islam lebih dari sekali. Agar misi
tersebut berhasil, maka ia harus mengetahui mengapa orang-orang di kawasan itu
keluar dari Islam? Dan mengapa mereka kembali memerangi kaum muslimin setelah
sebelumnya mereka adalah orang-orang muslim?
Dalam pencariannya terhadap hal-hal yang menyebabkan
kemurtadan berkali-kali itu, Musa bin Nushair menemukan ada dua kesalahan yang
dilakukan oleh para pendahulunya:
1) Uqbah bin Nafi’ dan
kaum muslimin yang ikut bersamanya menaklukkan kawasan itu pertama kali secara
cepat, untuk kemudian segera masuk lebih jauh ke dalam kawasan tersebut agar
dapat menaklukkan tempat-tempat lain yang lebih banyak. Itu dilakukan tanpa
menyempurnakan dan menyiapkan basis perlindungan terhadap kepentingan mereka di
wilayah-wilayah yang mereka taklukkan.
2) Musa bin Nushair
menemukan bahwa penduduk kawasan ini sama sekali belum mempelajari Islam dengan
baik. Mereka belum mengenalinya sebagaimana mestinya. Maka ia pun mulai
mengajarkan Islam kepada mereka.
2. Musa bin Nushair dan
Keputusan Penaklukan
a. Ide Lama
Tentang Penaklukan Andalusia
Musa bin Nushair bukanlah orang pertama yang berpikir
untuk menaklukkan Andalusia. Ide untuk menaklukkan Andalusia adalah sebuah ide
lama. Pasukan-pasukan Islam di masa Utsman ibn Affan telah mampu sampai ke Konstantinopel
dan mengepungnya. Hanya saja mereka tidak dapat menaklukkannya. Utsman bin
Affan pun mengatakan, “Konstantinopel hanya akan dapat ditaklukkan dari arah
laut. Dan, jika kalian dapat menaklukkan Andalusia, niscaya kalian akan
mendapatkan pahala yang sama dengan mereka yang menaklukkan Konstantinopel di
akhir zaman.”
Maksudnya adalah bahwa agar kaum muslimin sukses
menaklukkan Konstantinopel, maka mereka harus menaklukkan Andalusia terlebih
dahulu, kemudian setelah itu barulah mereka mengarah menuju Konstantinopel di
timur Eropa.
b. Musa bin Nushair dan
Penghalang-penghalang Penaklukan Andalusia
Kedudukan Musa bin Nushair semakin kuar di Afrika
Utara, Islam pun menyebar dan orang-orang pun mulai bersemangat mempelajari
Islam. Ketika Musa bin Nushair meliaht buah dari hasil pekerjaannya, ia pun
mulai berpikir untuk menaklukkan Andalusia yang hanya dipisahkan dengan Afrika
Utara dengan sebuah selat yang setelah penaklukan Islam dikenal dengan nama
Selat Gibraltar. Tapi ada beberapa penghalang untuk melakukan itu, di
antaranya yang terpenting adalah:
1) Minimnya armada laut.
2) Adanya pulau Balyar
milik kaum Nasrani di belakang mereka.
3) Adanya pelabuhan
Sabtah (Ceuta) tepat di sisi selat Gibraltar yang berada dalam kekuasaan Kristen
yang mempunyai hubungan dengan raja-raja Andalusia.
4) Minimnya jumlah kaum
muslimin.
5) Banyaknya jumlah kaum
Kristen.
6) Letak geografis
Andalusia dan posisinya yang tidak dikenal oleh kaum muslimin.
c. Musa bin
Nushair dan Upaya Menghadapi berbagai Halangan
Langkah-langkah yang dilakukan Musa bin Nushair dalam
menghadapi berbagai halangan dalam penaklukan Andalusia adalah sebagai berikut.
1) Membangun beberapa
pelabuhan dan menyiapkan beberapa armada laut.
2) Mengajarkan Islam
kepada suku Barbar.
3) Mengangkat Thariq bin
Ziyad sebagai pemimpin pasukan.
4) Penaklukan kepulauan
Balyar dan penggabungan ke dalam wilayah kaum muslimin.
d. Peristiwa Sabtah
(Ceuta) dan Pertolongan Allah
Pertolongan Allah memang benar adanya. Hal ini
terbukti dengan apa yang dilakukan oleh penguasa Sabtah, Julian. Julian adalah
penguasa Kristen yang mempermudah kaum muslimin dalam menaklukkan Andalusia.
Dengan pengaturan Allah swt, pemikiran ini mengendap dan berkembang dengan baik
di otak Julian. Sementara di saat yang sama, Musa bin Nushair telah mengerahkan
semua potensi dan mulai mengalami kebingungan. Hingga akhirnya, tiba-tiba
Julian mengirim utusan menemui Thariq bin Ziyad, gubernur Tangier (yang
berjarak beberapa kilometer dari pelabuhan Sabtah), dengan tujuan melakukan
negosiasi. Adapun pengaturan ilahi dan kejutan sebenarnya terjadi dalam
poin-poin negosiasi dan permintaan yang menakjubkan ini, yang bunyinya sebagai
berikut:
1) Kami menyerahkan
Pelabuhan Sabtah kepada Anda (padahal kota ini telah menjadi persoalan besar
bagi kaum muslimin selama bertahun-tahun lamanya, tanpa ada solusi karena sudah
berada di luar kemampuan mereka).
2) Kami akan membantumu
dengan semua informasi terkait bumi Andalusia.
3) Sebagai imbalannya
adalah semua properti bangunan dan tanah milik Witiza yang selama ini dirampas
oleh Roderick. Witiza sendiri mempunyai 3000 properti yang seharusnya menjadi
milik keturunannya sepeninggalnya. Namun, Roderick merampasnya dari mereka.
Dengan penawaran ini, Julian si Penguasa Sabtah
bermaksud menyerahkan Sabtah kepada kaum muslimin, serta membantu mereka untuk
sampai ke Andalusia. Kemudian saat nanti kaum muslimin menguasai Andalusia,
maka ia akan tunduk dan patuh kepada mereka, dengan syarat kaum muslimin mau
mengembalikan properti kekayaan Witiza.
e. Pasukan Tharif
bin Malik; Pasukan Pertama Kaum Muslimin Menuju Andalusia
Surat izin dari Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik pun
tiba. Musa bin Nushair segera menyiapkan sebuah pasukan kecil yang terdiri dari
500 prajurit dan dipimpin oleh Tharif bin Malik. Tharif sendiri juga berasal
dari Suku Amazig (Barbar). Tharif biin Malik meninggalkan Maroko dengan
memimpin 500 prajurit kaum muslimin (400 orang pasukan infanteri dan 100 orang
pasukan kavaleri) menuju Andalusia. Ia pun tiba di sana pada bulan Ramadhan 91
H (710 M). Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Tharif melakukan beberapa
penyerangan dan berhasil mengambil banyak harta rampasan perang bahkan tawanan.
3. Thariq bin Ziyad
Menaklukkan Andalusia
Setahun setelah misi intelijen yang sukses dipimpin
oleh Tharif bin Malik, dan setelah Musa bin Nushair menetapkan strategi
penaklukan, maka pada bulan Sya’ban tahun 92 H (Juni 711 M), bergeraklah
pasukan yang terdiri dari 7.000 prajurit Islam yang dipimpin oleh panglima
Thariq bin Ziyad.
Sejarah mencatat bahwa panglima Thariq setelah seluruh
pasukan selesai mendarat di wilayah tersebut, membakar seluruh alat
penyeberangan. Ia pun mengucapkan pidato singkat yang bersejarah: Al-aduwwu
amamakum wal bahru wara’akum fakhtar ayyuma syi’tum (musuh di depan kamu,
lautan di belakang kamu, silakan pilih mana yang kamu kehendaki). Sorak-sorai
pasukan yang berkekuatan 7.000 orang pada tahun 92 H/711 M, yang memilih maju
ke depan, telah meninggalkan jejak besar di dalam sejarah Islam. Raja Roderick
maju dengan pasukan berkekuatan 100.000 orang. Jumlah pasukannya besar, tetapi
semangat tempurnya telah dikalahkan oleh kemewahan hidup selama ini.
Pertempuran di Guadalete pada tahun 711 M, di pinggir sungai Guadalquivir,
telah menentukan nasib kerajaan Visigoth. Raja Roderick tewas di tempat itu.
Sikap penduduk yang apatis, karena dihisap dan diperas dengan beban-beban pajak
yang berat, dan bantuan aktif dari pihak Yahudi, yang menderita siksaan dan
penindasan selama ini, sekaligus telah menyebabkan pasukan panglima Thariq bin
Ziyad bagaikan berlari-lari layaknya ke berbagai penjuru semenanjung Iberia.
Sebuah faktor lainnya sangat menentukan bagi mempercepat kemenangan itu ialah
disiplin yang ketat dari pasukan besar tersebut, memperlakukan penduduk dengan
baik pada setiap wilayah yang dikuasai, memperlihatkan ketaatan dan kepatuhan
menjalankan kebaktian-kebaktian keagamaan setiap harinya.
Sebelum Thariq menaklukkan kota Toledo, ia meminta
tambahan pasukan kepada Musa bin Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan
tambahan pasukan sebanyak 5.000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq
seluruhnya 12.000 orang, jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Ghotic yang
jauh lebih besar, yaitu 100.000 orang. Selanjutnya Musa bin Nushair berangkat
ke Spanyol dengan pasukan sebanyak 10.000 orang yang terdiri dari orang Arab
dan Arab-Syiria. Ia menaklukkan kota-kota yang tidak diganggu oleh Thariq,
seperti Medina, Sedonia, dan Carmona. Lalu menaklukkan Sevilla, dan kemudian
menghadapi perlawanan yang sengit di dekat kota Merida. Setelah berhasil
menaklukakn musuh, Musa bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya keduanya
berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya
dari Zaragoza hingga Navarre.
Setelah itu masih juga terdapat berbagai penyerangan,
seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang
terdapat di Laut Tengah, seperti Mallorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes,
Siprus, dan sebagian dari Sicilia. Menurut Prof. Dr. Hamka, kekuasaan islam di
Spanyol dibagi kepada tiga masa.
a.
Suatu provinsi dari kerajaan Bani Umayyah di Damaskus, diperintah oleh wakil
khalifah yang dikirim ke sana, mulai tahun 93 H sampai 138 H.
b.
Diperintah oleh para amir yang berdiri sendiri, terpisah dari khalifah Bani
Abbas di Bagdad, dimulai oleh Amir Abdurrahman ad-Dakhil pada tahun 138 H
sampai 315 H.
c.
Abdurrahman An-Nashir memaklumkan dirinya menjadi Andalusia, yaitu mulai tahun
315 H sampai 422 H.
Dalam kurun waktu 7,5 abad, Islam Spanyol telah
berkembang dengan pesat yang pada gilirannya mampu membawa dampak yang sangat
besar bagi dunia keilmuan dan pengetahuan yang terjadi di Eropa pada umumnya.
Dunia Islam di Spanyol mengalami kemajuan dalam ilmu
pengetahuan dan kebudayaan, semenjak diperintah oleh para Amir keturunan Bani
Umayyah yang berdiri sendiri terpisah dari pemerintahan Bani Abbasiyah di
Bagdad, dimulai dari Abdurrahman Ad-Dakhil. Pada tahun 756 M, kekayaan
pengetahuan dan intelektual di Spanyol sangatlah besar pengaruhnya di Eropa,
baik filsafat, sains, fikih, musik, kesenian, bahasa, sastra, maupun
pembangunan fisik.
Will Durant, penulis The Story of Civilization mengatakan,
“Di seluruh sejarahnya, negeri Andalusia tidak pernah sekali pun menyaksikan keadilan
dan kebebasan seperti pada masa bangsa Arab menaklukkannya.” Thomas Arnold
dalam The Preaching of Islam mengatakan, “Pada hakikatnya, politik
toleransi keagamaan yang diperlihatkan kaum penakluk di depan agama Kristen
telah berandil besar dalam memudahkan penguasaan mereka atas negeri ini
(Spanyol).”
C. Faktor-faktor yang
Menyebabkan Islam Mudah Masuk ke Spanyol
Dari segi sosial, penduduk Spanyol termasuk masyarakat
yang rusak. Mereka menganut sistem pembagian kelas. Ada beberapa kelas sosial.
a) Kelas bangsawan,
yaitu keluarga Raja Visigoth.
b) Kelas agamawan.
c) Kelas pedagang,
petani, penguasa kecil (setingkat gubernur).
d) Kelas pekerja atau buruh
tani.
e) Kelas budak dan
tawanan perang.
f) Kelas sosial
lain yang memiliki pengaruh cukup besar di kalangan penduduk Spanyol, yakni
kaum Yahudi.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam tampak
begitu mudah. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal
dan internal yang menguntungkan. Faktor eksternal tersebut ialah kondisi
sosial, politik, dan ekonomi negeri yang berada dalam keadaan yang menyedihkan;
tidak toleran terhadap agama lain; memberhentikan Witiza; dan konflik antara
kerajaan Goth dengan Julian. Hal ini menjadikan Witiza dan Julian berada di
pihak muslim dan ikut menyukseskan penaklukan umat Islam di Spanyol. Juga,
tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak memiliki
semangat perang.
Sedangkan faktor internalnya ialah beberapa tokoh di
dalam tubuh penguasa yang ikut membantu mengalahkan Roderick, serta ajaran
Islam yang ditunjukkan oleh para tentara Islam, yakni toleransi, persaudaraan,
dan tolong-menolong. Terlebih lagi sikap toleransi antar umat beragama yang
ditunjukkan oleh Islam menjadikan penduduk Spanyol mau menerima Islam di negeri
mereka.
D. Perkembangan Islam di Spanyol
Sejak pertama kali Islam menginjakkan kaki di tanah
Spanyol hingga masa jatuhnya, Islam memainkan peran yang sangat besar. Islam di
Spanyol telah berkuasa selama tujuh setengah abad. Berikut adalah
periode-periode Islam di kawasan Andalusia (Spanyol).
1. Periode Pertama (92
H-138 H)
Periode ini terjadi ketika Andalusia berada di bawah
kekuasaan Dinasti Umayyah; dimulai sejak upaya-upaya penaklukan pertama (92 H)
hingga keruntuhan Dinasti Umayyah dan masuknya Abdurrahman ad-Dakhil ke
Andalusia (138 H). Pada periode ini, terjadi perselisihan yang sangat sengit
antara suku Arab dan suku Barbar.
2. Periode Kedua
(138-172 H)
Pada periode ini Andalusia berada di bawah pimpinan
Abdurrahman ad-Dakhil. Berbagai ancaman dari dalam dan dari luar pun terjadi
dan semuanya mampu diatasi oleh ad-Dakhil. Hal lain seperti serangan bangsa
Norman dan pemberontakan kaum Musta’rib pun terjadi pada masa ini.
Alhamdulillah, semuanya mampu diatasi oleh ad-Dakhil.
3. Periode Ketiga
(238-300 H)
Pada periode ini umat Islam di Andalusia mulai
mengalami kemunduran. Hal ini ditandai dengan timbulnya perpecahan di antara
mereka dan munculnya dinasti-dinasti kecil, seperti Dinasti Bani Hajjaj di
Sevilla, keluarga Barbar yang paling masyhur, yakni keluarga Dzun Nun, dan
sosok Ibnu Hafsun yang sangat berbahaya. Namun, mereka semua berhasil ditumpas
oleh Abdurrahman III.
4. Periode Keempat
(300-368 H)
Abdurrahman III mampu mempersatukan seluruh
kerajaan-kerajaan kecil di Andalusia dan menjadi khalifah Andalusia bersatu
pada tahun 313 H. Ancaman kerajaan Kristen juga terjadi dan berhasil ditangani
oleh khalifah Abdurrahman III. Pada masa ini, Abdurrahman III memerintahkan
untuk membangun Medinat az-Zahra’.
5. Periode Kelima
(368-399 H)
Pada masa ini, khalifah tidak lain hanyalah simbol
belaka. Hal ini dikarenakan kekuasaan yang sebenarnya berada di tangan para
menteri.
6. Periode Keenam
(399-422 H)
Pada periode ini, Dinasti di Andalusia kembali terpecah
dan tercerai-berai. Hal ini diakibatkan fanatisme kesukuan yang ada di
tengah-tengah mereka. Parahnya, mereka sering meminta bantuan kaum Kristen di
utara untuk menyerang dinasti Islam lain yang berseberangan dengannya.
7. Periode Ketujuh (422-482
H)
Periode ini disebut sebagai periode Muluk at-Thawa’if,
yakni periode dimana banyaknya kerajaaan-kerajaan kecil sehingga setiap kota
atau wilayah mempunyai raja atau penguasa sendiri. Barbar menguasai wilayah
selatan dan Shaqalibah menguasai wilayah timur, sementara wilayah-wilayah lain
dikuasai orang-orang kaya baru atau sejumlah bekas tawanan perang. Ada sekitar
dua puluh keluarga di dua puluh kota yang memiliki kekuasaan dan pemerintahan
mandiri. Di antaranya terdapat raja-raja kecil (Muluk at-Thawa’if) yang masyhur
kala itu.
a. Bani ‘Abbad di
Sevilla.
b. Bani Hamud
al-Idarisah di Malaga dan Algeciras.
c. Bani Ziri di
Granada.
d. Bani Hud di Zaragoza.
e. Bani an-Nun di
Toledo, yang merupakan dinasti terkuat di antara semua dinasti Muluk
at-Thawa’if yang ada.
Ada banyak ulama dan sastrawan yang membawa Andalusia
pada puncak kejayaannya di masa ini. Bahkan, iklim Andalusia berubah menjadi
iklim sastra. Meskipun demikian, kerajaan Kristen yang merupakan koalisi dari
kerajaan Asturias, Leon dan Castilla dan dipimpin oleh Alfonso VI berusaha
untuk merebut wilayah Islam dan menyerang Muluk at-Thawa’if.
8. Periode Kedelapan
(484-539 H)
Di periode ini, Dinasti Murabithun memiliki pengaruh
yang besar. Dinasti ini terletak di Afrika Utara dan berpusat di Marrakesh.
Yusuf bin Tasyfin (khalifah Dinasti Murabithun) selalu dimintai bantuan oleh
Muluk at-Thawa’if dalam menghadapi pasukan Kristen. Bahkan, Yusuf berhasil
mengalahkan mereka di Perang Zallaqah. Dikarenakan banyak penduduk yang
melaporkan bahwasanya raja-raja kecil tersebut banyak yang semena-mena, Yusuf
memutuskan untuk mengalahkan mereka dan menggabungkan Andalusia ke dalam
wilayahnya. Namun, sebagian pembesar Andalusia tidak senang terhadap Murabithun
karena mereka beranggapan bahwa Murabithun tidak memahami nilai plus mereka
dalam hal sastra. Lalu, mereka melancarkan pemberontakan dan Andalusia kembali
terpecah-pecah.
9. Periode Kesembilan
(539-620 H)
Pada periode ini dinasti yang paling menonjol adalah
Dinasti Muwahhidun di Afrika Utara. Hal ini dikarenakan Ibnu Tumart, pemimpin
Dinasti Muwahhidun menaklukkan Dinasti Murabithun dan menjadikan Marrakesh
sebagai pusat kekuasaan. Ketika penguasa Andalusia meminta bantuan kepada
mereka, mereka memutuskan mengirim pasukan, namun mereka bermaksud untuk
menaklukkannya dan berhasil. Pada era ini, dinasti Muwahhidun di bawah pimpinan
al-Manshur Billah Ya’qub bin Yusuf bin Abdul Mukmin berhasil mengalahkan
pasukan Salib di Perang Alarcos. Namun, umat Islam di Andalusia berhasil
dikalahkan di Perang Las Navas de Tolosa (al-‘Iqab), yakni perang antara
pasukan muslim dengan pasukan Salib yang merupakan gabungan dari kerajaan
Prancis, Jerman, Inggris, dan Italia. Satu persatu wilayah Islam berhasil
ditaklukkan dan yang tersisa hanyalah wilayah Granada.
10. Periode Kesepuluh (620-897 H)
Pada masa ini yang berkuasa hanyalah kerajaan Granada,
sekaligus kerajaan terakhir bangsa Arab di negeri Andalusia. Kota-kota penting
seperti Valencia, Cordoba, Murcia, dan Sevilla berhasil ditaklukkan pasukan
Salib. Kali ini, Bani Ahmar, sebagai pemimpin di Granada tidak memiliki ambisi
lain selain mempertahankan dinasti. Kerajaan Granada semakin melemah
diakibatkan konflik internal sedangkan Kerajaan Kristen semakin kuat akibat
penyatuan kerajaan melalui pernikahan Raja Ferdinand (Raja Aragon) dengan Ratu
Isabella (Ratu Castilla). Konflik internal yang terjadi justru mempercepat
berakhirnya Kerajaan Granada di Andalusia dan akhirnya kerajaan Granada
benar-benar kalah. Lalu, pihak Kristen mengajukan perjanjian Granada yang
berisi:
a. Jaminan
Keamanan bagi jiwa, keluarga, dan harta umat Islam.
b. Umat Islam tetap
tinggal di rumah dan kampungnya.
c. Syariat agama
bebas dijalankan sebagaimana sebelumnya.
d. Masjid tetap berdiri
di tempatnya semula.
e. Tidak seorang
pun dipaksa untuk meninggalkan agamanya.
f. Muslim yang
ingin bepergian ke negeri Kristen dijamin keselamatan jiwa dan hartanya.
g. Tawanan-tawanan
muslim harus dibebaskan.
h. Umat Islam berhak
pergi mengungsi ke Afrika, kapan pun mereka mau, beserta harta dan keluarganya.
E. Gerakan Pemusnahan Islam
dari Andalusia
Meskipun perjanjian Granada telah disetujui, namun itu
semua hanya tulisan di atas kertas, karena realita yang terjadi justru malah sebaliknya.
Berbagai tragedi umat Islam di Andalusia adalah:
1. Pada Muharram 907 H,
keluar dekrit kerajaan yang melarang umat Islam tinggal di Granada. Mereka juga
dilarang berkomunikasi satu sama lain. Siapa yang melanggar dekrit maka diancam
hukuman mati atau harta bendanya disita.
2. Pada 13 Ramadhan 908
H (12 Februari 1502 M), keluar dekrit yang mewajibkan setiap muslim dewasa
(laki-laki usia 14 tahun dan perempuan usia 12 tahun) agar secepatnya pergi
meninggalkan kota Granada sebelum bulan Mei tahun ini. Mereka yang ingin pergi
dari Granada tidak diperbolehkan membawa harta, dan tidak boleh menuju ke
Afrika Utara karena itu negara Islam.
3. Pada 19 Rabiul Awal
909 H (12 September 1502 M), keluar dekrit yang melarang seluruh muslim
menggunakan harta sebelum berlaku dua tahun. Mereka juga dilarang pergi
meninggalkan Kerajaan Castilla kecuali menuju Kerajaan Aragon dan Portugal
karena keduanya negeri non-Islam.
4. Pada 6 Jumadil Awal
920 H (12 Maret 1524 H), keluar titah Paus untuk memaksa umat Islam memeluk
Kristen Katolik. Siapa saja yang membangkang maka harus keluar dari Spanyol
(Andalusia) atau menjadi budak seumur hidup. Keluar juga titah Paus untuk
mengubah fungsi masjid menjadi gereja. Meskipun banyak muslim yang berpindah ke
agama Katolik, mereka tetap disiksa dan diusir keluar dari negeri.
5. Pada 1007 H (1599 M),
keluar dekrit yang memerintahkan pemuda atau orang dewasa muslim yang telah
memeluk Kristen (mutanashshirin) agar dijadikan budak. Harta mereka
disita dan anak-anak mereka ditangkap untuk diserahkan kepada lembaga-lembaga
keagamaan Kristen.
6. Pada 22 September
1609 M (1018 H), keluar dekrit yang memerintahkan pengusiran seluruh mutanashshirin
ke negeri Barbar dalam waktu tiga hari setelah dekrit keluar. Saat itu, jumlah
mereka yang diusir lebih dari satu juta orang.
Pihak Kristen melemparkan dakwaan-dakwaan aneh pada
umat Islam yang masih tinggal di sana. Hukuman selalu menanti dan serupa di
setiap keadaan, seperti dibakar hidup-hidup, dicambuk, harta mereka disita,
serta diarak mengelilingi kota dengan punggung ditempeli papan bertuliskan nama
dan tuduhannya. Di antara dakwaan aneh yang sering diarahkan kepada umat Islam
adalah terlalu banyak mandi, mengafani mayat dengan kain baru, menyebut nama
Nabi saw, memperoleh Al-Quran, mendapatkan lembaran atau kertas-kertas
bertulisan Arab, membuat lagu-lagu Arab, menolak makan daging babi atau minum khamr,
berwudu, mengerjakan shalat, dan berpuasa.
F. Kemajuan Peradaban
Islam di Andalusia
1. Kemajuan Intelektual
a. Filsafat
Perkembangan filsafat di Andalusia dimulai sejak abad
ke-8 hingga abad ke-10. Tokoh utama dan pertama dalam sejarah filsafat Arab
Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad bin As-Sayigh yang dikenal dengan Ibnu
Bajjah. Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr bin Thufail. Serta tokoh filsafat
Islam Spanyol lainnya adalah Ibnu Rusyd yang di Eropa dikenal dengan nama
Averros dari Cordoba (1126-1198 M). Di samping itu, Ibnu Rusyd juga dikenal
sebagai ulama fikih dan penulis buku kedokteran Al-Kulliyah fi Ath-Thib.
b. Sains
Sains yang terdiri dari ilmu-ilmu kedokteran, fisika,
matematika, astronomi, kimia, botani, zoologi, geologi, ilmu obat-obatan, juga
berkembang dengan baik. Beberapa tokoh sains dalam bidang Astronomi, yaitu
Abbas bin Farnas, Ibrahim bin Yahya an-Naqqash, Ibnu Safar, Al-Bitruji. Dalam
bidang obat-obatan antara lain, Ahmad bin Iyas dari Cordoba, Ibnu Juljul, Ibnu
Hazm, Ibnu Abdurrahman bin Syuhaid. Adapun di bidang kedokteran yaitu Ummul
Hasan binti Abi Ja’far, seorang tokoh dokter wanita. Dalam bidang geografi, yaitu
Ibnu Jubar dari Valencia (1145-1228 M), Ibnu Batuthah dari Tangier (1304-1377
M) pengeliling dunia sampai Samudra Pasai (Sumatra) dan Cina. Sedangkan Ibnu
Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah, penulis buku Muqaddimah.
c.
Bahasa dan Sastra
Pada masa Islam di Spanyol
banyak yang ahli dan mahir dan mahir dalam bahasa Arab, di antaranya ialah Ibnu
Sayyidih, Muhammad bin Malik, pengarang Alfiyah (tata bahasa Arab), Ibnu
Khuruf, Ibnu Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan bin Usfur dan Abu Hayyan
Al-Gharnathi. Dalam bidang sastra banyak bermunculan seperti Ahl Al-Jazirah karya Ibnu Bassam, Kitab Al-Qalaid karya Al-Fath bin Khaqan, dan lain-lain.
d.
Musik dan Kesenian
Tokoh seni dan musik antara
lain adalah Al-Hasan bin Nafi yang mendapat gelar Zaryab. Zaryab juga terkenal
sebagai pencipta lagu-lagu.
2.
Bidang Keilmuan Keagamaan
a.
Tafsir
Salah satu mufasir yang
terkenal dari Andalusia adalah Al-Qurthubi. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah
Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh Al-Anshari Al-Khazraji Al-Andalusi
(wafat 1273 M). Adapun karyanya dalam bidang tafsir adalah Al-Jami’u li Ahkam AlQuran, kitab tafsir yang terdiri dari 20 jilid ini dikenal dengan nama Tafsir Al-Qurthubi.
b.
Fikih
Dalam bidang fikih, Spanyol
Islam dikenal sebagai pusat penganut mazhab Maliki. Adapun yang memperkenalkan
mazhab ini di Spanyol adalah Ziyad bin Abd Ar-Rahman. Perkembangan selanjutnya
ditentukan oleh Ibnu Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam bin Abdurrahman.
Para ahli fikih lainnya adalah Abu Bakr bin Al-Quthiyah, Muniz bin Sa’id
Al-Baluthi, Ibnu Rusyd, penulis kitab Bidayah Al-Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtasid, Asy-Syatibi, penulis
buku Al-Muwafaqat fi Ushul Asy-Syari’ah (ushul fikih), dan Ibnu Hazm.
3.
Kemajuan di Bidang Arsitektur Bangunan
a.
Cordoba
Cordoba adalah ibu kota
Spanyol sebelum Islam yang kemudian diambil alih oleh Dinasti Umayyah. Jembatan
besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman
dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam. Pohon-pohon yang megah diimpor
dari Timur. Di seputar ibukota berdiri istana-istana yang megah yang semakin
mempercantik pemandangan. Setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan
dipuncaknya terpancang istana Damsik. Di antara kebanggaan kota Cordoba lainnya
adalah Masjid Cordoba. Kota Cordoba memiliki 491 masjid.
b.
Granada
Granada adalah tempat
pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya
terkenal di seluruh Eropa. Istana Al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat
dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Kisah tentang kemajuan
pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana Az-Zahra,
istana Al-Gazar, dan menara Girilda.
c.
Sevilla
Kota Sevilla dibangun pada
masa pemerintahan Al-Muwahidin. Sevilla pernah menjadi ibu kota yang indah
bersejarah. Semula kota ini adalah rawa-rawa. Pada masa Romawi kota ini bernama
Romula Agusta, kemudian diubah menjadi Asyibiliyah (Sevilla). Sevilla telah
berada di bawah kekuasaan Islam selama lebih kurang 500 tahun. Salah satu
bangunan masjid yang didirikan pada tahun 1171 pada masa pemerintahan Sultan
Yusuf Abu Ya’kub, kini telah berubah dari masjid menjadi gereja dengan nama
Santa Maria de la Sede. Kota Sevilla jatuh ke tangan Raja Ferdinand pada tahun
1248 M.
d.
Toledo
Toledo merupakan kota
penting di Andalusia sebelum dikuasai Islam. Ketika Romawi menguasai kota
Toledo, kota ini dijadikan ibu kota kerajaan. Dan ketika Thariq bin Ziyad
menguasai Toledo tahun 712 M, kota ini dijadikan pusat kegiatan umat Islam
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan penerjamahan. Toledo jatuh dari
tangan umat Islam setelah direbut oleh Raja Alfonso VI dari Castilla. Beberapa
peninggalan bangunan masjid di Toledo kini dijadikan gereja oleh umat Kristen.
Adapun menurut Badri Yatim,
sebab-sebab yang menjadikan kemunduran dan kehancuran Islam Spanyol antara lain
disebabkan:
a.
Konflik penguasa Islam dengan penguasa Kristen.
b.
Tidak adanya ideologi pemersatu.
c.
Karena kesulitan ekonomi.
d.
Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan.
e.
Karena letaknya yang terpencil dari pusat wilayah dunia Islam yang lain.
G.
Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa
Tokoh Spanyol Islam yang
sangat berpengaruh terhadap pemikiran di Eropa adalah Ibnu Rusyd, yang dikenal
di Eropa dengan Averros (1120-1198 M). Averros dikenal sebagai orang yang
melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas
pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang
berpikiran bebas. Ia mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam
terhadap ajaran pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Pengaruh Averros
demikian besar di Eropa, sehingga muncul gerakan Averroeisme (Ibnu Rusydisme)
yang menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang
dibawa gerakan Averroeisme ini.
Dari gerakan Averroeisme
inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 dan rasionalisme pada
abad ke-17 M. Beberapa buku karya Ibnu Rusyd dicetak di Venesia tahun 1481,
1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Karya-karya Ibnu Rusyd juga diterbitkan pada abad ke-16 di Napoli,
Bologna, Lyons, dan Strasbourg, dan di awal abad ke-17 di Jenewa.
Pengaruh-pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibnu Rusyd ke
Eropa berawal dari banyaknya pemuda Kristen Eropa yang belajar di berbagai
universitas Islam di Spanyol, seperti Universitas Cordoba, Sevilla, Malaga,
Granada, dan Salamanca. Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah
berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa
pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah
melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan
kembali ke dalam Bahasa Latin.
Demikian juga bahasa Arab
telah berpengaruh besar di Eropa. Selama Islam berada di Andalusia, telah
banyak nama-nama benda yang dikenal di Barat berasal dari bahasa Arab. Karena
lamanya Islam di sana, tidak kurang dari 7.000 kata-kata Spanyol ang berasal
dari bahasa Arab.
H.
Transmisi Ilmu-ilmu Keislaman ke Eropa
1.
Melalui Perang Salib
Dengan adanya Perang Salib
ini banyak membaw keuntungan bagi benua Eropa. Perhubungan orang Kristen dengan
orang Timur Tengah memberikan kemajuan dalam berbagai bidang. Ketika kembali ke
Eropa kapal-kapal mereka membawa barang-barang berharga seperti kain tenun
sutera, bejana dari porselin, dan lain-lain. Sedangkan dari jenis
tumbuh-tumbuhan yang dibawa ke Eropa antara lain sejenis biji-bijian, tanaman
padi, pepohonan jeruk, semangka, bawang putih, tumbuhan obat-obatan, tumbuhan
yang mengandung zat pewarna dan rempah-rempah.
2.
Melalui Negeri Sicilia
Ada dua jembatan
penyeberangan filsafat Islam ke Eropa, pertama melalui orang-orang Islam Andalusia
(Spanyol), kedua melalui orang-orang Sicilia. Sebenarnya tidak hanya filsafat,
tetapi juga matematika, astronomi, maupun obat-obatan. Sumbangan Sicilia dan
Italia sebagai tempat penyeberangan ilmu keislaman ke Eropa memang tidak
sehebat Andalusia, nama seperti Gerard of Cremona (1114-1187 M) berasal dari
Italia, banyak melakukan penerjemahan dari buku-buku yang asalnya berbahasa
Arab.
3.
Melalui Andalusia
Semasa Islam di Andalusia,
ada sejumlah perguruan tinggi terkenal di sana. Perguruan-perguruan tinggi itu
antara lain Universitas Cordoba, Sevilla, Malaga, dan Granada. Di kota Cordoba
di samping memiliki universitas, juga memiliki gedung perpustakaan terbesar dan
terindah pada masanya dengan bukunya lebih kurang 400.000 jilid dengan
katalognya 44 jilid. Banyak peminat yang belajar ke universitas itu dari
berbagai penjuru. Adapun nama-nama lain seperti Adelard dari Bath, Robert dari
Chester, Hernan dari Cathiria, dan Gerard dari Cremona. Adapun orang-orang
Nasrani setempat yang menaruh perhatian terhadap perpindahan keilmuan antara
lain: Dominicus Gondisalvi, Hugh dari Santalla, Petrus Alphosi, John Seville,
Savasonda dan Abraham Ezra. Mereka banyak menerjemahkan karya-karya para
sarjana Islam di Barcelona, Tarazona, Segovia, Leon, Pamlona, dan daerah
selatan Prancis seperti Toulouse, Beziers, dan Marseille.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan berbagai
pemaparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa:
1.
Islam sangat berpengaruh dalam memajukan peradaban Eropa sehingga menjadikan
mereka beralih dari zaman kegelapan (dark age) ke zaman pencerahan (renaissance age).
2.
Jika Islam yang menjadi mayoritas, semua umat agama lain akan hidup tenteram di
bawah naungan Islam. Tetapi jika Islam adalah minoritas, maka umat Islam akan
senantiasa ditindas.
3.
Meskipun rasa benci mereka begitu kuat terhadap Islam, tapi tidak dapat
dipungkiri bahwa mereka sangar mencintai hasil-hasil temuan Islam dan
menerjemahkannya ke bahasa mereka.
4.
Umat Islam tidak akan pernah bisa dibinasakan, kecuali jika umat Islam
melibatkan pihak non-Islam untuk bersama dengannya memerangi sesama umat Islam.
5.
Meskipun terpecah secara politik, tetapi umat Islam di Andalusia memiliki
kemajuan yang luar biasa di bidang ilmu pengetahuan, sastra, dan sebagainya.
B.
Saran
1.
Perbanyaklah membaca sejarah agar wawasan kita senantiasa bertambah. Terlebih
lagi sebagai umat Islam harus tahu lebih banyak akan sejarah Islam itu sendiri.
2.
Bagi orang yang suka bertaklid buta terhadap Eropa dan menganggap Eropa adalah
lambang kemajuan umat, itu adalah suatu pemahaman yang keliru. Jadi, pahamilah
sejarah Eropa itu sendiri sebelum menyimpulkan demikian.
3.
Presiden Soekarno mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat
sejarahnya. Ini berhubungan dengan nasionalisme. Namun jika diterapkan dalam
hal Islam, maka dengan mempelajari Islam beserta sejarahnya, maka itu akan
dapat mengangkat derajat Islam.
4.
Searah tentang sesuatu memiliki versi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, jika
ingin memahami tentang suatu peristiwa sejarah, baca dan pahami berbagai sumber
yang membahas tentang sejarah tersebut. Hal ini dikarenakan perbedaan sudut
pandang setiap penulis sejarah dalam menceritakan suatu sejarah.
5.
Jika ingin mengetahui sejarah tentang sesuatu, khususnya sejarah Islam dan
lebih khususnya lagi sejarah Islam di Andalusia, pelajarilah bahasa Spanyol.
Ini dikarenakan bahasa Spanyol adalah bahasa yang dominan dan banyak dituturkan
oleh masyarakat setempat selain bahasa Catalan, Basque, Potugis, dan
sebagainya. Ini akan memudahkan kita dalam menggali informasi lebih dalam
mengenai sejarah Islam di Andalusia.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Qasim A dan
Muhammad A. Saleh. 2014. Buku Pintar Sejarah
Islam. Jakarta: Zaman.
http://www.proyectopv.org/1-verdad/linvasionmusulmana.htm, diakses 29 Maret
2015.
http://www.iep.utm.edu/ibnrushd/, diakses 29 Maret
2015.
http://gestindelamemoria-felix.blogspot.com/2011/10/etapas-de-la-presencia-musulmana-en.html, diakses 29 Maret
2015.
http://www.libreria-mundoarabe.com/Boletines/n%BA83%20Jun.10/MusulmanesJudiosEspa%F1aMedieval1.htm, diakses 29 Maret
2015.
http://historiasdelahistoria.com/2008/06/23/%C2%BFdescienden-los-andaluces-de-los-moros, diakses 29 Maret
2015.
http://es.wikipedia.org/wiki/Islam_en_Espa%C3%B1a, diakses 29 Maret
2015.
http://www.revistadelibros.com/articulos/la-conquista-islamica, diakses 29 Maret
2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar