Rabu, 07 Juni 2017

MAKALAH EKSPANSI ISLAM KE SPANYOL



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Spanyol adalah salah satu negara tertua di dunia dan juga bangsa penakluk pada masanya. Negara Spanyol terletak di Semenanjung Iberia, di wilayah Barat Daya Eropa. Sebelah barat berbatasan dengan Portugal, sebelah utara berbatasan dengan Prancis, sebelah timur berbatasan dengan Laut Tengah, dan sebelah selatan berbatasan dengan Selat Gibreltar. Sekitar abad ke 16, Spanyol pernah menjadi negara adikuasa di dunia. Hal ini ditandai dengan banyaknya wilayah yang ditaklukkan olehnya, seperti Meksiko, Peru, Argentina, Kolombia, bahkan sampai ke Filipina. Penaklukannya ini menjadikan bahasa Spanyol menjadi salah satu dari enam bahasa resmi di PBB dikarenakan banyaknya enutur salah satu rumpun bahasa romance ini.
Tetapi, tahukah anda apa yang terjadi sebelum berbagai ekspansi yang dilakukan oleh Spanyol? Mereka berekspansi sambil melakukan kristenisasi. Apakah Kristen agama yang berpengaruh sebelum ekspansi tersebut? Ternyata sebelum itu semua terjadi, Spanyol berada di bawah kendali umat Islam dan tentu saja agama Islam adalah agama mayoritas di Spanyol kala itu. Lalu bagaimana kehidupan Islam di Spanyol dari masa awal hingga akhir kekuasaan Islam? Apa saja yang diwariskan peradaban Islam di sana? Berikut penjelasannya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan judul makalah dari silabus yang diberikan, ada beberapa hal yang patut dijadikan rumusan masalah dalam makalah ini.
1.      Bagaimana proses ekspansi Islam di Spanyol?
2.      Apa arti penting Spanyol bagi dunia Islam?
3.      Siapa saja penguasa terkenal kala itu?
4.      Apa saja sumbangan Spanyol Islam terhadap renaissance Eropa?
5.      Bagaimana proses kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Mengenal Andalusia
1.      Letak Geografis Andalusia
Negeri Andalusia pada hari ini terletak di Spanyol dan Portugal. Atau juga biasa dikenal sebagai Semenanjung Iberia. Luas kedua negara itu sekitar 600.000 km2, atau kurang dari 2/3 luas Mesir. Semenanjung Andalusia dipisahkan dengan Maroko oleh sebuah selat yang semenjak era penaklukan Islam kemudian dikenal sebagai Selat Gibraltar yang lebarnya sekitar 12,8 km antara Sabtah (Ceuta) dan Jabal Thariq (Gibraltar).
Semenanjung Iberia terletak di bagian barat daya Eropa, di atas daratan segitiga yang semakin menyempit saat kita berjalan ke arah timur, dan semakin melebar saat kita berjalan menuju arah barat. Di bagian selatan, ia berbatasan dengan Prancis dengan dibatasi barisan pegunungan yang dikenal sebagai Pegunungan Bartat. Air laut mengelilingi wilayah ini dari segala penjuru yang menyebabkan bangsa Arab menyebutnya sebagai Jazirah Al-Andalusia atau Pulau Andalusia. Laut Tengah meliputinya dari arah timur dan tenggara, kemudian Laut Atlantik meliputinya dari sisi barat laut, barat, dan utara.
Sehingga Pengunungan Pirenia adalah satu-satunya perbatasan darat yang menghubungkan semenanjung ini dengan Eropa, karena di utara ia bertemu dengan Laut Atlantik dan di selatan ia bertemu dengan Laut Tengah (Laut Mediterania). Pengunungan Pirenia yang menjadi pemisah antara Prancis dan Spanyol membuat seolah-olah semenanjung itu membalikkan wajahnya membelakangi Eropa dan mengarah ke arah Maroko. Adapun dari dalam semenanjung itu sendiri, maka kita dihadapkan dengan sebuah dataran tinggi yang dikenal sebagai Maseta, yang dilintasi oleh pegunungan secara horizontal, dipenuhi oleh banyak sungai yang mengalir, seolah-olah ia hidup di atas jalur-jalur air.
2.      Mengapa Dinamakan Andalusia?
Konon ada beberapa suku-suku kanibal yang berasal dari bagian Utara Skandinavia, dari kawasan Swedia, Denmark, Norwegia, dan sekitarnya; mereka menyerang kawasan Andalusia dan hidup di sana dalam kurun waktu yang cukup lama. Adapula yang berpendapat bahwa suku-suku itu datang dari wilayah Jerman. Tapi yang penting bagi kita adalah kabilah-kabilah ini dikenal dengan nama “Vandal” atau “Wandal” dalam bahasa Arab. Sehingga wilayah itu pun dikenal sebagai “Vandalisia” mengikuti nama suku-suku yang hidup di sana. Seiring berjalannya waktu, nama itupun berubah menjadi “Andalusia”.
3.      Andalusia Pra Islam
a.       Kondisi Kebodohan dan Kemunduran di Kawasan Eropa
Eropa pada waktu itu hidup dalam masa-masa kebodohan dan keterbelakangan yang luar biasa, yang biasa disebut dengan masa kegelapan (dark age). Kezhaliman adalah sistem yang berlaku di sana. Para penguasa menguasai harta dan kekayaan negeri, sementara rakyatnya hidup dalam kemiskinan yang parah. Para penguasa  menguasai istana dan benteng, sementara rakyat kebanyakan bahkan tidak mempunyai tempat berteduh dan rumah yang layak. Mereka benar-benar berada dalam kemiskinan yang luar biasa. Bahkan mereka diperjualbelikan bersama dengan tanah. Moral benar-benar mengalami degradasi. Kehormatan diinjak-injak, dan kehidupan sangat jauh dari nilai-nilai yang normal.
Kondisi Eropa secara umum sebelum penaklukan Islam diliputi oleh keterbelakangan, kezhaliman, dan kemiskinan yang parah, serta sangat jauh dari sisi peradaban dan kemodernan sedikit pun. Kekacauan Eropa yang parah itu berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Kecenderungan pada ilmu pengetahuan di Eropa tidak muncul kecuali pada abad ke 11 dan 12 Masehi.
b.      Bangsa Ghotic Menguasai Andalusia
Di akhir abad ke-4 Masehi, bangsa Ghotic Barat di bawah kepemimpinan Alarik berhasil menguasai bagian barat dari Imperium Romawi, setelah mereka mempersembahkan berbagai bentuk bantuan yang mengantarkan Kaisar Romawi, Theodosius menduduki singgasananya. Maka ketika Sang Kaisar meninggal dunia pada tahun 395 M, Alarik—pemimpin suku Ghotic Barat itu pun menjadi pemimpin terkuat di Eropa Barat dan Tengah. Tidak lama kemudian, ia segera berusaha menguasai Roma—ibukota Imperium Romawi, dan ia benar-benar berhasil menaklukkannya pada tahun 410 M dalam sebuah tragedi yang masih selalu dikenang dalam sejarah Eropa.
Dalam masa inilah, akhirnya Imperium Romawi mengizinkan suku-suku Vandal (Wandal) yang ganas itu untuk tinggal di kawasan Barat Laut semenanjung Iberia, dengan syarat mereka tidak mengganggu stabilitas kawasan dan wilayah lain. Namun, karena jumlah suku Vandal ini begitu banyak sementara Imperium Romawi demikian lemah, suku-suku itu pun mulai menguasai hampir seluruh bagian pulau, bahkan juga mengancam negeri Ghalia (Prancis sekarang), serta melakukan berbagai tindakan perusakan dan keganasan yang besar.
Tidak membutuhkan waktu lama hingga Imperium Romawi mulai melemah; hal yang kemudian membuat Ghotic Barat memerdekakan diri dari kekuasaan Roma untuk menguasai semenanjung tersebut. Euric pun menggunakan gelar raja pada tahun 467 M, dan ia dianggap sebagai pendiri negara Ghotic Barat yang sebenarnya. Suku ini kemudian dikenal (hanya) dengan sebutan “Ghotik” saja di setiap fase sejarah berikutnya. Sekitar satu tahun atau lebih sedikit sebelum penaklukan Islam terhadap Spanyol, seorang petinggi militer bernama Roderick melakukan kudeta terhadap kekuasaan dan memakzulkan Raja Gheitista. Sehingga pada saat pertama terjadinya penaklukan Islam, Roderick-lah yang menjadi penguasa negeri tersebut.
B.     Penaklukan Andalusia
1.      Penaklukan Andalusia, Penaklukan Umawi yang Agung
Penaklukan Andalusia terjadi pada tahun 92 H. Artinya, ia terjadi di masa kekhilafahan Umawiyah. Tepatnya di masa khalifah Al-Walid bin Abdul Malik yang memimpin sejak tahun 86 H (705 M)  hingga tahun 96 H (715 M). Ini berarti bahwa penaklukan Andalusia ini terjadi pada pertengahan kekhilafahan Al-Walid Al-Umawy.
a.       Bersikap Adil Terhadap Bani Umayyah (40-132 H/660-750 M)
Daulah Umayyah telah menaklukkan berbagai negeri di dunia dengan Islam melalui empat penjuru di waktu yang bersamaan. Di antaranya adalah dari Barat yang lalu mengantarkan ke Andalusia, namun di sana masih ada lagi tiga penjuru lain; di kawasan negeri Sind (kawasan Afghanistan dan sekitarnya) yang dipimpin oleh Muhammad bin Al-Qasim At-Tsaqafy, kawasan Ma Wara’a An-Nahr (negeri Transoxania) hingga ke Cina yang dipimpin Qutaibah bin Muslim Al-Bahiliy, kemudian kawasan negeri Kaukasus di Utara yang dipimpin oleh Maslamah bin Abdul Malik Al-Marwany.
Akibatnya, orang-orang pun masuk Islam secara berduyun-duyun. Matahari Islam pun bersinar terang di negeri-negeri yang sebelumnya menyembah patung, berhala, api, dan para raja mereka. Semua ideologi khufarat dan kebatilan pun tersingkir, dan manusia pun mulai melihat dengan izin Allah melalui tangan Bani Umayyah cahaya Allah yang jelas itu. Mereka pun menyambut Islam; secara berkelompok maupun individu. Kemudian tidak lama setelah itu, mereka bergabung menjadi prajurit, pahlawan, ulama dan para pelopornya. Di sepanjang perjalanan sejarah, umat Islam telah memetik buah dari tanaman yang ditanam oleh Bani Umayyah. Berapa banyak pemimpin dan tokoh terkemuka umat ini dalam bidang pengetahuan, fikih, tafsir, sastra, kedokteran, geografi, teknik, kimia, dan filsafat yang berasal dari negeri-negeri yang berhasil ditaklukkan oleh Bani Umayyah, seperti Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, Ath-Thabari, Ibnu Khaldun, Adz-Dzahabi, Ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Kindi, Al-Biruni, dan sederet panjang tokoh lain yang tidak dapat disebutkan jumlahnya. Islam telah berhasil menaklukkan negeri mereka, kemudian hati mereka. Kemudian dengan bantuan mereka, Islam pun dapat menaklukkan negeri dan hati manusia lain yang jaih lebih banyak.
b.      Bagaimana Sebelum Penaklukan Andalusia? Kondisi Kaum Muslimin di Afrika Utara
Islam masuk ke kawasan utara Afrika 70 tahun sebelum terjadinya penaklukan Andalusia, yaitu pada tahun 22 H (644 M). Pada mulanya, di kawasan ini hidup berbagai suku besar yang dikenal sebagai suku Amazig atau Barbar. Suku-suku ini adalah suku yang sangat kuat dan keras. Setelah masuk Islam, merka sudah pernah murtad dari Islam lebih dari sekali sehingga beberapa kali terjadi peperangan antara mereka dengan kaum muslimin, yang kemudian berakhir dengan kekuasaan Islam di kawasan ini pada akhir tahun 85 atau 86 H (704-705 M) di tangan Musa bin Nushair.
c.       Musa bin Nushair, Si Panglima Anak dari Panglima (19-97 H/640-716 M)
Musa bin Nushair adalah seorang panglima yang unggul, penuh ketakwaan dan kewara’an. Dengan tangannya, Allah telah meneguhkan pijakan-pijakan kaki Islam di kota-kota yang berjauhan jaraknya itu. Beliau adalah seorang tabi’in. Ia telah meriwayatkan hadits dari beberapa orang sahabat, seperti Tamim Ad-Dari. Tentangnya, Ibnu Khallikan mengatakan, “Ia seorang yang cerdas, berakhlak mulia, pemberani, wara’ dan penuh ketakwaan kepada Allah swt. Pasukannya tidak pernah terkalahkan sekalipun.”
Adapun ayahnya adalah Nushair bin Abdurrahman bin Yazid. Juga seorang pemberani yang turut serta dalam Perang Yarmuk yang heroik. Kedudukan ayahnya begitu kuat di sisi Muawiyah. Jabatannya mencapai posisi kepala polisi di masa Muawiyah saat ia menjabat sebagai gubernur di era Umar dan Utsman r.a. Lalu dalam beberapa riwayat lain disebutkan bahwa ia bahkan menjadi komandan pasukan pengawal pribadi Muawiyah sendiri.
d.      Musa bin Nushair Meneguhkan Pilar-pilar Islam di Afrika
Obsesi Musa bin Nushair sejak ia menjadi gubernur di kawasan Maghribi adalah meneguhkan pilar-pilar Islam di kawasan ini, yang penduduknya telah murtad meninggalkan Islam lebih dari sekali. Agar misi tersebut berhasil, maka ia harus mengetahui mengapa orang-orang di kawasan itu keluar dari Islam? Dan mengapa mereka kembali memerangi kaum muslimin setelah sebelumnya mereka adalah orang-orang muslim?
Dalam pencariannya terhadap hal-hal yang menyebabkan kemurtadan berkali-kali itu, Musa bin Nushair menemukan ada dua kesalahan yang dilakukan oleh para pendahulunya:
1)      Uqbah bin Nafi’ dan kaum muslimin yang ikut bersamanya menaklukkan kawasan itu pertama kali secara cepat, untuk kemudian segera masuk lebih jauh ke dalam kawasan tersebut agar dapat menaklukkan tempat-tempat lain yang lebih banyak. Itu dilakukan tanpa menyempurnakan dan menyiapkan basis perlindungan terhadap kepentingan mereka di wilayah-wilayah yang mereka taklukkan.
2)      Musa bin Nushair menemukan bahwa penduduk kawasan ini sama sekali belum mempelajari Islam dengan baik. Mereka belum mengenalinya sebagaimana mestinya. Maka ia pun mulai mengajarkan Islam kepada mereka.
2.      Musa bin Nushair dan Keputusan Penaklukan
a.       Ide Lama Tentang Penaklukan Andalusia
Musa bin Nushair bukanlah orang pertama yang berpikir untuk menaklukkan Andalusia. Ide untuk menaklukkan Andalusia adalah sebuah ide lama. Pasukan-pasukan Islam di masa Utsman ibn Affan telah mampu sampai ke Konstantinopel dan mengepungnya. Hanya saja mereka tidak dapat menaklukkannya. Utsman bin Affan pun mengatakan, “Konstantinopel hanya akan dapat ditaklukkan dari arah laut. Dan, jika kalian dapat menaklukkan Andalusia, niscaya kalian akan mendapatkan pahala yang sama dengan mereka yang menaklukkan Konstantinopel di akhir zaman.”
Maksudnya adalah bahwa agar kaum muslimin sukses menaklukkan Konstantinopel, maka mereka harus menaklukkan Andalusia terlebih dahulu, kemudian setelah itu barulah mereka mengarah menuju Konstantinopel di timur Eropa.
b.      Musa bin Nushair dan Penghalang-penghalang Penaklukan Andalusia
Kedudukan Musa bin Nushair semakin kuar di Afrika Utara, Islam pun menyebar dan orang-orang pun mulai bersemangat mempelajari Islam. Ketika Musa bin Nushair meliaht buah dari hasil pekerjaannya, ia pun mulai berpikir untuk menaklukkan Andalusia yang hanya dipisahkan dengan Afrika Utara dengan sebuah selat yang setelah penaklukan Islam dikenal dengan nama Selat Gibraltar. Tapi ada beberapa penghalang untuk melakukan itu, di antaranya  yang terpenting adalah:
1)      Minimnya armada laut.
2)      Adanya pulau Balyar milik kaum Nasrani di belakang mereka.
3)      Adanya pelabuhan Sabtah (Ceuta) tepat di sisi selat Gibraltar yang berada dalam kekuasaan Kristen yang mempunyai hubungan dengan raja-raja Andalusia.
4)      Minimnya jumlah kaum muslimin.
5)      Banyaknya jumlah kaum Kristen.
6)      Letak geografis Andalusia dan posisinya yang tidak dikenal oleh kaum muslimin.
c.       Musa bin Nushair dan Upaya Menghadapi berbagai Halangan
Langkah-langkah yang dilakukan Musa bin Nushair dalam menghadapi berbagai halangan dalam penaklukan Andalusia adalah sebagai berikut.
1)      Membangun beberapa pelabuhan dan menyiapkan beberapa armada laut.
2)      Mengajarkan Islam kepada suku Barbar.
3)      Mengangkat Thariq bin Ziyad sebagai pemimpin pasukan.
4)      Penaklukan kepulauan Balyar dan penggabungan ke dalam wilayah kaum muslimin.
d.      Peristiwa Sabtah (Ceuta) dan Pertolongan Allah
Pertolongan Allah memang benar adanya. Hal ini terbukti dengan apa yang dilakukan oleh penguasa Sabtah, Julian. Julian adalah penguasa Kristen yang mempermudah kaum muslimin dalam menaklukkan Andalusia. Dengan pengaturan Allah swt, pemikiran ini mengendap dan berkembang dengan baik di otak Julian. Sementara di saat yang sama, Musa bin Nushair telah mengerahkan semua potensi dan mulai mengalami kebingungan. Hingga akhirnya, tiba-tiba Julian mengirim utusan menemui Thariq bin Ziyad, gubernur Tangier (yang berjarak beberapa kilometer dari pelabuhan Sabtah), dengan tujuan melakukan negosiasi. Adapun pengaturan ilahi dan kejutan sebenarnya terjadi dalam poin-poin negosiasi dan permintaan yang menakjubkan ini, yang bunyinya sebagai berikut:
1)      Kami menyerahkan Pelabuhan Sabtah kepada Anda (padahal kota ini telah menjadi persoalan besar bagi kaum muslimin selama bertahun-tahun lamanya, tanpa ada solusi karena sudah berada di luar kemampuan mereka).
2)      Kami akan membantumu dengan semua informasi terkait bumi Andalusia.
3)      Sebagai imbalannya adalah semua properti bangunan dan tanah milik Witiza yang selama ini dirampas oleh Roderick. Witiza sendiri mempunyai 3000 properti yang seharusnya menjadi milik keturunannya sepeninggalnya. Namun, Roderick merampasnya dari mereka.
Dengan penawaran ini, Julian si Penguasa Sabtah bermaksud menyerahkan Sabtah kepada kaum muslimin, serta membantu mereka untuk sampai ke Andalusia. Kemudian saat nanti kaum muslimin menguasai Andalusia, maka ia akan tunduk dan patuh kepada mereka, dengan syarat kaum muslimin mau mengembalikan properti kekayaan Witiza.
e.       Pasukan Tharif bin Malik; Pasukan Pertama Kaum Muslimin Menuju Andalusia
Surat izin dari Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik pun tiba. Musa bin Nushair segera menyiapkan sebuah pasukan kecil yang terdiri dari 500 prajurit dan dipimpin oleh Tharif bin Malik. Tharif sendiri juga berasal dari Suku Amazig (Barbar). Tharif biin Malik meninggalkan Maroko dengan memimpin 500 prajurit kaum muslimin (400 orang pasukan infanteri dan 100 orang pasukan kavaleri) menuju Andalusia. Ia pun tiba di sana pada bulan Ramadhan 91 H (710 M). Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Tharif melakukan beberapa penyerangan dan berhasil mengambil banyak harta rampasan perang bahkan tawanan.
3.      Thariq bin Ziyad Menaklukkan Andalusia
Setahun setelah misi intelijen yang sukses dipimpin oleh Tharif bin Malik, dan setelah Musa bin Nushair menetapkan strategi penaklukan, maka pada bulan Sya’ban tahun 92 H (Juni 711 M), bergeraklah pasukan yang terdiri dari 7.000 prajurit Islam yang dipimpin oleh panglima Thariq bin Ziyad.
Sejarah mencatat bahwa panglima Thariq setelah seluruh pasukan selesai mendarat di wilayah tersebut, membakar seluruh alat penyeberangan. Ia pun mengucapkan pidato singkat yang bersejarah: Al-aduwwu amamakum wal bahru wara’akum fakhtar ayyuma syi’tum (musuh di depan kamu, lautan di belakang kamu, silakan pilih mana yang kamu kehendaki). Sorak-sorai pasukan yang berkekuatan 7.000 orang pada tahun 92 H/711 M, yang memilih maju ke depan, telah meninggalkan jejak besar di dalam sejarah Islam. Raja Roderick maju dengan pasukan berkekuatan 100.000 orang. Jumlah pasukannya besar, tetapi semangat tempurnya telah dikalahkan oleh kemewahan hidup selama ini. Pertempuran di Guadalete pada tahun 711 M, di pinggir sungai Guadalquivir, telah menentukan nasib kerajaan Visigoth. Raja Roderick tewas di tempat itu. Sikap penduduk yang apatis, karena dihisap dan diperas dengan beban-beban pajak yang berat, dan bantuan aktif dari pihak Yahudi, yang menderita siksaan dan penindasan selama ini, sekaligus telah menyebabkan pasukan panglima Thariq bin Ziyad bagaikan berlari-lari layaknya ke berbagai penjuru semenanjung Iberia. Sebuah faktor lainnya sangat menentukan bagi mempercepat kemenangan itu ialah disiplin yang ketat dari pasukan besar tersebut, memperlakukan penduduk dengan baik pada setiap wilayah yang dikuasai, memperlihatkan ketaatan dan kepatuhan menjalankan kebaktian-kebaktian keagamaan setiap harinya.
Sebelum Thariq menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa bin Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5.000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang, jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Ghotic yang jauh lebih besar, yaitu 100.000 orang. Selanjutnya Musa bin Nushair berangkat ke Spanyol dengan pasukan sebanyak 10.000 orang yang terdiri dari orang Arab dan Arab-Syiria. Ia menaklukkan kota-kota yang tidak diganggu oleh Thariq, seperti Medina, Sedonia, dan Carmona. Lalu menaklukkan Sevilla, dan kemudian menghadapi perlawanan yang sengit di dekat kota Merida. Setelah berhasil menaklukakn musuh, Musa bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya dari Zaragoza hingga Navarre.
Setelah itu masih juga terdapat berbagai penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, seperti Mallorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Siprus, dan sebagian dari Sicilia. Menurut Prof. Dr. Hamka, kekuasaan islam di Spanyol dibagi kepada tiga masa.
a.         Suatu provinsi dari kerajaan Bani Umayyah di Damaskus, diperintah oleh wakil khalifah yang dikirim ke sana, mulai tahun 93 H sampai 138 H.
b.        Diperintah oleh para amir yang berdiri sendiri, terpisah dari khalifah Bani Abbas di Bagdad, dimulai oleh Amir Abdurrahman ad-Dakhil pada tahun 138 H sampai 315 H.
c.         Abdurrahman An-Nashir memaklumkan dirinya menjadi Andalusia, yaitu mulai tahun 315 H sampai 422 H.
Dalam kurun waktu 7,5 abad, Islam Spanyol telah berkembang dengan pesat yang pada gilirannya mampu membawa dampak yang sangat besar bagi dunia keilmuan dan pengetahuan yang terjadi di Eropa pada umumnya.
Dunia Islam di Spanyol mengalami kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan, semenjak diperintah oleh para Amir keturunan Bani Umayyah yang berdiri sendiri terpisah dari pemerintahan Bani Abbasiyah di Bagdad, dimulai dari Abdurrahman Ad-Dakhil. Pada tahun 756 M, kekayaan pengetahuan dan intelektual di Spanyol sangatlah besar pengaruhnya di Eropa, baik filsafat, sains, fikih, musik, kesenian, bahasa, sastra, maupun pembangunan fisik.
Will Durant, penulis The Story of Civilization mengatakan, “Di seluruh sejarahnya, negeri Andalusia tidak pernah sekali pun menyaksikan keadilan dan kebebasan seperti pada masa bangsa Arab menaklukkannya.” Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan, “Pada hakikatnya, politik toleransi keagamaan yang diperlihatkan kaum penakluk di depan agama Kristen telah berandil besar dalam memudahkan penguasaan mereka atas negeri ini (Spanyol).”
C.     Faktor-faktor yang Menyebabkan Islam Mudah Masuk ke Spanyol
Dari segi sosial, penduduk Spanyol termasuk masyarakat yang rusak. Mereka menganut sistem pembagian kelas. Ada beberapa kelas sosial.
a)      Kelas bangsawan, yaitu keluarga Raja Visigoth.
b)      Kelas agamawan.
c)      Kelas pedagang, petani, penguasa kecil (setingkat gubernur).
d)     Kelas pekerja atau buruh tani.
e)      Kelas budak dan tawanan perang.
f)       Kelas sosial lain yang memiliki pengaruh cukup besar di kalangan penduduk Spanyol, yakni kaum Yahudi.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam tampak begitu mudah. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan. Faktor eksternal tersebut ialah kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri yang berada dalam keadaan yang menyedihkan; tidak toleran terhadap agama lain; memberhentikan Witiza; dan konflik antara kerajaan Goth dengan Julian. Hal ini menjadikan Witiza dan Julian berada di pihak muslim dan ikut menyukseskan penaklukan umat Islam di Spanyol. Juga, tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak memiliki semangat perang.
Sedangkan faktor internalnya ialah beberapa tokoh di dalam tubuh penguasa yang ikut membantu mengalahkan Roderick, serta ajaran Islam yang ditunjukkan oleh para tentara Islam, yakni toleransi, persaudaraan, dan tolong-menolong. Terlebih lagi sikap toleransi antar umat beragama yang ditunjukkan oleh Islam menjadikan penduduk Spanyol mau menerima Islam di negeri mereka.
D.    Perkembangan Islam di Spanyol
Sejak pertama kali Islam menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga masa jatuhnya, Islam memainkan peran yang sangat besar. Islam di Spanyol telah berkuasa selama tujuh setengah abad. Berikut adalah periode-periode Islam di kawasan Andalusia (Spanyol).
1.      Periode Pertama (92 H-138 H)
Periode ini terjadi ketika Andalusia berada di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah; dimulai sejak upaya-upaya penaklukan pertama (92 H) hingga keruntuhan Dinasti Umayyah dan masuknya Abdurrahman ad-Dakhil ke Andalusia (138 H). Pada periode ini, terjadi perselisihan yang sangat sengit antara suku Arab dan suku Barbar.
2.      Periode Kedua (138-172 H)
Pada periode ini Andalusia berada di bawah pimpinan Abdurrahman ad-Dakhil. Berbagai ancaman dari dalam dan dari luar pun terjadi dan semuanya mampu diatasi oleh ad-Dakhil. Hal lain seperti serangan bangsa Norman dan pemberontakan kaum Musta’rib pun terjadi pada masa ini. Alhamdulillah, semuanya mampu diatasi oleh ad-Dakhil.
3.      Periode Ketiga (238-300 H)
Pada periode ini umat Islam di Andalusia mulai mengalami kemunduran. Hal ini ditandai dengan timbulnya perpecahan di antara mereka dan munculnya dinasti-dinasti kecil, seperti Dinasti Bani Hajjaj di Sevilla, keluarga Barbar yang paling masyhur, yakni keluarga Dzun Nun, dan sosok Ibnu Hafsun yang sangat berbahaya. Namun, mereka semua berhasil ditumpas oleh Abdurrahman III.
4.      Periode Keempat (300-368 H)
Abdurrahman III mampu mempersatukan seluruh kerajaan-kerajaan kecil di Andalusia dan menjadi khalifah Andalusia bersatu pada tahun 313 H. Ancaman kerajaan Kristen juga terjadi dan berhasil ditangani oleh khalifah Abdurrahman III. Pada masa ini, Abdurrahman III memerintahkan untuk membangun Medinat az-Zahra’.
5.      Periode Kelima (368-399 H)
Pada masa ini, khalifah tidak lain hanyalah simbol belaka. Hal ini dikarenakan kekuasaan yang sebenarnya berada di tangan para menteri.
6.      Periode Keenam (399-422 H)
Pada periode ini, Dinasti di Andalusia kembali terpecah dan tercerai-berai. Hal ini diakibatkan fanatisme kesukuan yang ada di tengah-tengah mereka. Parahnya, mereka sering meminta bantuan kaum Kristen di utara untuk menyerang dinasti Islam lain yang berseberangan dengannya.
7.      Periode Ketujuh (422-482 H)
Periode ini disebut sebagai periode Muluk at-Thawa’if, yakni periode dimana banyaknya kerajaaan-kerajaan kecil sehingga setiap kota atau wilayah mempunyai raja atau penguasa sendiri. Barbar menguasai wilayah selatan dan Shaqalibah menguasai wilayah timur, sementara wilayah-wilayah lain dikuasai orang-orang kaya baru atau sejumlah bekas tawanan perang. Ada sekitar dua puluh keluarga di dua puluh kota yang memiliki kekuasaan dan pemerintahan mandiri. Di antaranya terdapat raja-raja kecil (Muluk at-Thawa’if) yang masyhur kala itu.
a.       Bani ‘Abbad di Sevilla.
b.      Bani Hamud al-Idarisah di Malaga dan Algeciras.
c.       Bani Ziri di Granada.
d.      Bani Hud di Zaragoza.
e.       Bani an-Nun di Toledo, yang merupakan dinasti terkuat di antara semua dinasti Muluk at-Thawa’if yang ada.
Ada banyak ulama dan sastrawan yang membawa Andalusia pada puncak kejayaannya di masa ini. Bahkan, iklim Andalusia berubah menjadi iklim sastra. Meskipun demikian, kerajaan Kristen yang merupakan koalisi dari kerajaan Asturias, Leon dan Castilla dan dipimpin oleh Alfonso VI berusaha untuk merebut wilayah Islam dan menyerang Muluk at-Thawa’if.
8.      Periode Kedelapan (484-539 H)
Di periode ini, Dinasti Murabithun memiliki pengaruh yang besar. Dinasti ini terletak di Afrika Utara dan berpusat di Marrakesh. Yusuf bin Tasyfin (khalifah Dinasti Murabithun) selalu dimintai bantuan oleh Muluk at-Thawa’if dalam menghadapi pasukan Kristen. Bahkan, Yusuf berhasil mengalahkan mereka di Perang Zallaqah. Dikarenakan banyak penduduk yang melaporkan bahwasanya raja-raja kecil tersebut banyak yang semena-mena, Yusuf memutuskan untuk mengalahkan mereka dan menggabungkan Andalusia ke dalam wilayahnya. Namun, sebagian pembesar Andalusia tidak senang terhadap Murabithun karena mereka beranggapan bahwa Murabithun tidak memahami nilai plus mereka dalam hal sastra. Lalu, mereka melancarkan pemberontakan dan Andalusia kembali terpecah-pecah.
9.      Periode Kesembilan (539-620 H)
Pada periode ini dinasti yang paling menonjol adalah Dinasti Muwahhidun di Afrika Utara. Hal ini dikarenakan Ibnu Tumart, pemimpin Dinasti Muwahhidun menaklukkan Dinasti Murabithun dan menjadikan Marrakesh sebagai pusat kekuasaan. Ketika penguasa Andalusia meminta bantuan kepada mereka, mereka memutuskan mengirim pasukan, namun mereka bermaksud untuk menaklukkannya dan berhasil. Pada era ini, dinasti Muwahhidun di bawah pimpinan al-Manshur Billah Ya’qub bin Yusuf bin Abdul Mukmin berhasil mengalahkan pasukan Salib di Perang Alarcos. Namun, umat Islam di Andalusia berhasil dikalahkan di Perang Las Navas de Tolosa (al-‘Iqab), yakni perang antara pasukan muslim dengan pasukan Salib yang merupakan gabungan dari kerajaan Prancis, Jerman, Inggris, dan Italia. Satu persatu wilayah Islam berhasil ditaklukkan dan yang tersisa hanyalah wilayah Granada.
10.  Periode Kesepuluh (620-897 H)
Pada masa ini yang berkuasa hanyalah kerajaan Granada, sekaligus kerajaan terakhir bangsa Arab di negeri Andalusia. Kota-kota penting seperti Valencia, Cordoba, Murcia, dan Sevilla berhasil ditaklukkan pasukan Salib. Kali ini, Bani Ahmar, sebagai pemimpin di Granada tidak memiliki ambisi lain selain mempertahankan dinasti. Kerajaan Granada semakin melemah diakibatkan konflik internal sedangkan Kerajaan Kristen semakin kuat akibat penyatuan kerajaan melalui pernikahan Raja Ferdinand (Raja Aragon) dengan Ratu Isabella (Ratu Castilla). Konflik internal yang terjadi justru mempercepat berakhirnya Kerajaan Granada di Andalusia dan akhirnya kerajaan Granada benar-benar kalah. Lalu, pihak Kristen mengajukan perjanjian Granada yang berisi:
a.       Jaminan Keamanan bagi jiwa, keluarga, dan harta umat Islam.
b.      Umat Islam tetap tinggal di rumah dan kampungnya.
c.       Syariat agama bebas dijalankan sebagaimana sebelumnya.
d.      Masjid tetap berdiri di tempatnya semula.
e.       Tidak seorang pun dipaksa untuk meninggalkan agamanya.
f.       Muslim yang ingin bepergian ke negeri Kristen dijamin keselamatan jiwa dan hartanya.
g.      Tawanan-tawanan muslim harus dibebaskan.
h.      Umat Islam berhak pergi mengungsi ke Afrika, kapan pun mereka mau, beserta harta dan keluarganya.
E.     Gerakan Pemusnahan Islam dari Andalusia
Meskipun perjanjian Granada telah disetujui, namun itu semua hanya tulisan di atas kertas, karena realita yang terjadi justru malah sebaliknya. Berbagai tragedi umat Islam di Andalusia adalah:
1.      Pada Muharram 907 H, keluar dekrit kerajaan yang melarang umat Islam tinggal di Granada. Mereka juga dilarang berkomunikasi satu sama lain. Siapa yang melanggar dekrit maka diancam hukuman mati atau harta bendanya disita.
2.      Pada 13 Ramadhan 908 H (12 Februari 1502 M), keluar dekrit yang mewajibkan setiap muslim dewasa (laki-laki usia 14 tahun dan perempuan usia 12 tahun) agar secepatnya pergi meninggalkan kota Granada sebelum bulan Mei tahun ini. Mereka yang ingin pergi dari Granada tidak diperbolehkan membawa harta, dan tidak boleh menuju ke Afrika Utara karena itu negara Islam.
3.      Pada 19 Rabiul Awal 909 H (12 September 1502 M), keluar dekrit yang melarang seluruh muslim menggunakan harta sebelum berlaku dua tahun. Mereka juga dilarang pergi meninggalkan Kerajaan Castilla kecuali menuju Kerajaan Aragon dan Portugal karena keduanya negeri non-Islam.
4.      Pada 6 Jumadil Awal 920 H (12 Maret 1524 H), keluar titah Paus untuk memaksa umat Islam memeluk Kristen Katolik. Siapa saja yang membangkang maka harus keluar dari Spanyol (Andalusia) atau menjadi budak seumur hidup. Keluar juga titah Paus untuk mengubah fungsi masjid menjadi gereja. Meskipun banyak muslim yang berpindah ke agama Katolik, mereka tetap disiksa dan diusir keluar dari negeri.
5.      Pada 1007 H (1599 M), keluar dekrit yang memerintahkan pemuda atau orang dewasa muslim yang telah memeluk Kristen (mutanashshirin) agar dijadikan budak. Harta mereka disita dan anak-anak mereka ditangkap untuk diserahkan kepada lembaga-lembaga keagamaan Kristen.
6.      Pada 22 September 1609 M (1018 H), keluar dekrit yang memerintahkan pengusiran seluruh mutanashshirin ke negeri Barbar dalam waktu tiga hari setelah dekrit keluar. Saat itu, jumlah mereka yang diusir lebih dari satu juta orang.
Pihak Kristen melemparkan dakwaan-dakwaan aneh pada umat Islam yang masih tinggal di sana. Hukuman selalu menanti dan serupa di setiap keadaan, seperti dibakar hidup-hidup, dicambuk, harta mereka disita, serta diarak mengelilingi kota dengan punggung ditempeli papan bertuliskan nama dan tuduhannya. Di antara dakwaan aneh yang sering diarahkan kepada umat Islam adalah terlalu banyak mandi, mengafani mayat dengan kain baru, menyebut nama Nabi saw, memperoleh Al-Quran, mendapatkan lembaran atau kertas-kertas bertulisan Arab, membuat lagu-lagu Arab, menolak makan daging babi atau minum khamr, berwudu, mengerjakan shalat, dan berpuasa.
F.      Kemajuan Peradaban Islam di Andalusia
1.      Kemajuan Intelektual
a.       Filsafat
Perkembangan filsafat di Andalusia dimulai sejak abad ke-8 hingga abad ke-10. Tokoh utama dan pertama dalam sejarah filsafat Arab Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad bin As-Sayigh yang dikenal dengan Ibnu Bajjah. Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr bin Thufail. Serta tokoh filsafat Islam Spanyol lainnya adalah Ibnu Rusyd yang di Eropa dikenal dengan nama Averros dari Cordoba (1126-1198 M). Di samping itu, Ibnu Rusyd juga dikenal sebagai ulama fikih dan penulis buku kedokteran Al-Kulliyah fi Ath-Thib.
b.      Sains
Sains yang terdiri dari ilmu-ilmu kedokteran, fisika, matematika, astronomi, kimia, botani, zoologi, geologi, ilmu obat-obatan, juga berkembang dengan baik. Beberapa tokoh sains dalam bidang Astronomi, yaitu Abbas bin Farnas, Ibrahim bin Yahya an-Naqqash, Ibnu Safar, Al-Bitruji. Dalam bidang obat-obatan antara lain, Ahmad bin Iyas dari Cordoba, Ibnu Juljul, Ibnu Hazm, Ibnu Abdurrahman bin Syuhaid. Adapun di bidang kedokteran yaitu Ummul Hasan binti Abi Ja’far, seorang tokoh dokter wanita. Dalam bidang geografi, yaitu Ibnu Jubar dari Valencia (1145-1228 M), Ibnu Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) pengeliling dunia sampai Samudra Pasai (Sumatra) dan Cina. Sedangkan Ibnu Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah, penulis buku Muqaddimah.
c.       Bahasa dan Sastra
Pada masa Islam di Spanyol banyak yang ahli dan mahir dan mahir dalam bahasa Arab, di antaranya ialah Ibnu Sayyidih, Muhammad bin Malik, pengarang Alfiyah (tata bahasa Arab), Ibnu Khuruf, Ibnu Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan bin Usfur dan Abu Hayyan Al-Gharnathi. Dalam bidang sastra banyak bermunculan seperti Ahl Al-Jazirah karya Ibnu Bassam, Kitab Al-Qalaid karya Al-Fath bin Khaqan, dan lain-lain.
d.      Musik dan Kesenian
Tokoh seni dan musik antara lain adalah Al-Hasan bin Nafi yang mendapat gelar Zaryab. Zaryab juga terkenal sebagai pencipta lagu-lagu.
2.      Bidang Keilmuan Keagamaan
a.       Tafsir
Salah satu mufasir yang terkenal dari Andalusia adalah Al-Qurthubi. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh Al-Anshari Al-Khazraji Al-Andalusi (wafat 1273 M). Adapun karyanya dalam bidang tafsir adalah Al-Jami’u li Ahkam AlQuran, kitab tafsir yang terdiri dari 20 jilid ini dikenal dengan nama Tafsir Al-Qurthubi.
b.      Fikih
Dalam bidang fikih, Spanyol Islam dikenal sebagai pusat penganut mazhab Maliki. Adapun yang memperkenalkan mazhab ini di Spanyol adalah Ziyad bin Abd Ar-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibnu Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam bin Abdurrahman. Para ahli fikih lainnya adalah Abu Bakr bin Al-Quthiyah, Muniz bin Sa’id Al-Baluthi, Ibnu Rusyd, penulis kitab Bidayah Al-Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtasid, Asy-Syatibi, penulis buku Al-Muwafaqat fi Ushul Asy-Syari’ah (ushul fikih), dan Ibnu Hazm.
3.      Kemajuan di Bidang Arsitektur Bangunan
a.       Cordoba
Cordoba adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam yang kemudian diambil alih oleh Dinasti Umayyah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam. Pohon-pohon yang megah diimpor dari Timur. Di seputar ibukota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan. Setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan dipuncaknya terpancang istana Damsik. Di antara kebanggaan kota Cordoba lainnya adalah Masjid Cordoba. Kota Cordoba memiliki 491 masjid.
b.      Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana Al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana Az-Zahra, istana Al-Gazar, dan menara Girilda.
c.       Sevilla
Kota Sevilla dibangun pada masa pemerintahan Al-Muwahidin. Sevilla pernah menjadi ibu kota yang indah bersejarah. Semula kota ini adalah rawa-rawa. Pada masa Romawi kota ini bernama Romula Agusta, kemudian diubah menjadi Asyibiliyah (Sevilla). Sevilla telah berada di bawah kekuasaan Islam selama lebih kurang 500 tahun. Salah satu bangunan masjid yang didirikan pada tahun 1171 pada masa pemerintahan Sultan Yusuf Abu Ya’kub, kini telah berubah dari masjid menjadi gereja dengan nama Santa Maria de la Sede. Kota Sevilla jatuh ke tangan Raja Ferdinand pada tahun 1248 M.
d.      Toledo
Toledo merupakan kota penting di Andalusia sebelum dikuasai Islam. Ketika Romawi menguasai kota Toledo, kota ini dijadikan ibu kota kerajaan. Dan ketika Thariq bin Ziyad menguasai Toledo tahun 712 M, kota ini dijadikan pusat kegiatan umat Islam terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan penerjamahan. Toledo jatuh dari tangan umat Islam setelah direbut oleh Raja Alfonso VI dari Castilla. Beberapa peninggalan bangunan masjid di Toledo kini dijadikan gereja oleh umat Kristen.
Adapun menurut Badri Yatim, sebab-sebab yang menjadikan kemunduran dan kehancuran Islam Spanyol antara lain disebabkan:
a.       Konflik penguasa Islam dengan penguasa Kristen.
b.      Tidak adanya ideologi pemersatu.
c.       Karena kesulitan ekonomi.
d.      Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan.
e.       Karena letaknya yang terpencil dari pusat wilayah dunia Islam yang lain.
G.    Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa
Tokoh Spanyol Islam yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran di Eropa adalah Ibnu Rusyd, yang dikenal di Eropa dengan Averros (1120-1198 M). Averros dikenal sebagai orang yang melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap ajaran pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Pengaruh Averros demikian besar di Eropa, sehingga muncul gerakan Averroeisme (Ibnu Rusydisme) yang menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.
Dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Beberapa buku karya Ibnu Rusyd dicetak di Venesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Karya-karya Ibnu Rusyd  juga diterbitkan pada abad ke-16 di Napoli, Bologna, Lyons, dan Strasbourg, dan di awal abad ke-17 di Jenewa. Pengaruh-pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibnu Rusyd ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda Kristen Eropa yang belajar di berbagai universitas Islam di Spanyol, seperti Universitas Cordoba, Sevilla, Malaga, Granada, dan Salamanca. Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam Bahasa Latin.
Demikian juga bahasa Arab telah berpengaruh besar di Eropa. Selama Islam berada di Andalusia, telah banyak nama-nama benda yang dikenal di Barat berasal dari bahasa Arab. Karena lamanya Islam di sana, tidak kurang dari 7.000 kata-kata Spanyol ang berasal dari bahasa Arab.
H.    Transmisi Ilmu-ilmu Keislaman ke Eropa
1.      Melalui Perang Salib
Dengan adanya Perang Salib ini banyak membaw keuntungan bagi benua Eropa. Perhubungan orang Kristen dengan orang Timur Tengah memberikan kemajuan dalam berbagai bidang. Ketika kembali ke Eropa kapal-kapal mereka membawa barang-barang berharga seperti kain tenun sutera, bejana dari porselin, dan lain-lain. Sedangkan dari jenis tumbuh-tumbuhan yang dibawa ke Eropa antara lain sejenis biji-bijian, tanaman padi, pepohonan jeruk, semangka, bawang putih, tumbuhan obat-obatan, tumbuhan yang mengandung zat pewarna dan rempah-rempah.
2.      Melalui Negeri Sicilia
Ada dua jembatan penyeberangan filsafat Islam ke Eropa, pertama melalui orang-orang Islam Andalusia (Spanyol), kedua melalui orang-orang Sicilia. Sebenarnya tidak hanya filsafat, tetapi juga matematika, astronomi, maupun obat-obatan. Sumbangan Sicilia dan Italia sebagai tempat penyeberangan ilmu keislaman ke Eropa memang tidak sehebat Andalusia, nama seperti Gerard of Cremona (1114-1187 M) berasal dari Italia, banyak melakukan penerjemahan dari buku-buku yang asalnya berbahasa Arab.
3.      Melalui Andalusia
Semasa Islam di Andalusia, ada sejumlah perguruan tinggi terkenal di sana. Perguruan-perguruan tinggi itu antara lain Universitas Cordoba, Sevilla, Malaga, dan Granada. Di kota Cordoba di samping memiliki universitas, juga memiliki gedung perpustakaan terbesar dan terindah pada masanya dengan bukunya lebih kurang 400.000 jilid dengan katalognya 44 jilid. Banyak peminat yang belajar ke universitas itu dari berbagai penjuru. Adapun nama-nama lain seperti Adelard dari Bath, Robert dari Chester, Hernan dari Cathiria, dan Gerard dari Cremona. Adapun orang-orang Nasrani setempat yang menaruh perhatian terhadap perpindahan keilmuan antara lain: Dominicus Gondisalvi, Hugh dari Santalla, Petrus Alphosi, John Seville, Savasonda dan Abraham Ezra. Mereka banyak menerjemahkan karya-karya para sarjana Islam di Barcelona, Tarazona, Segovia, Leon, Pamlona, dan daerah selatan Prancis seperti Toulouse, Beziers, dan Marseille.













BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan berbagai pemaparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa:
1.      Islam sangat berpengaruh dalam memajukan peradaban Eropa sehingga menjadikan mereka beralih dari zaman kegelapan (dark age) ke zaman pencerahan (renaissance age).
2.      Jika Islam yang menjadi mayoritas, semua umat agama lain akan hidup tenteram di bawah naungan Islam. Tetapi jika Islam adalah minoritas, maka umat Islam akan senantiasa ditindas.
3.      Meskipun rasa benci mereka begitu kuat terhadap Islam, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa mereka sangar mencintai hasil-hasil temuan Islam dan menerjemahkannya ke bahasa mereka.
4.      Umat Islam tidak akan pernah bisa dibinasakan, kecuali jika umat Islam melibatkan pihak non-Islam untuk bersama dengannya memerangi sesama umat Islam.
5.      Meskipun terpecah secara politik, tetapi umat Islam di Andalusia memiliki kemajuan yang luar biasa di bidang ilmu pengetahuan, sastra, dan sebagainya.
B.     Saran
1.      Perbanyaklah membaca sejarah agar wawasan kita senantiasa bertambah. Terlebih lagi sebagai umat Islam harus tahu lebih banyak akan sejarah Islam itu sendiri.
2.      Bagi orang yang suka bertaklid buta terhadap Eropa dan menganggap Eropa adalah lambang kemajuan umat, itu adalah suatu pemahaman yang keliru. Jadi, pahamilah sejarah Eropa itu sendiri sebelum menyimpulkan demikian.
3.      Presiden Soekarno mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat sejarahnya. Ini berhubungan dengan nasionalisme. Namun jika diterapkan dalam hal Islam, maka dengan mempelajari Islam beserta sejarahnya, maka itu akan dapat mengangkat derajat Islam.
4.      Searah tentang sesuatu memiliki versi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, jika ingin memahami tentang suatu peristiwa sejarah, baca dan pahami berbagai sumber yang membahas tentang sejarah tersebut. Hal ini dikarenakan perbedaan sudut pandang setiap penulis sejarah dalam menceritakan suatu sejarah.
5.      Jika ingin mengetahui sejarah tentang sesuatu, khususnya sejarah Islam dan lebih khususnya lagi sejarah Islam di Andalusia, pelajarilah bahasa Spanyol. Ini dikarenakan bahasa Spanyol adalah bahasa yang dominan dan banyak dituturkan oleh masyarakat setempat selain bahasa Catalan, Basque, Potugis, dan sebagainya. Ini akan memudahkan kita dalam menggali informasi lebih dalam mengenai sejarah Islam di Andalusia.
















DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Qasim A dan Muhammad A. Saleh. 2014. Buku Pintar Sejarah Islam. Jakarta: Zaman.
http://www.iep.utm.edu/ibnrushd/, diakses 29 Maret 2015.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum mempunyai tujuan dan sas...