Rabu, 07 Juni 2017

MAKALAH MANAJEMEN RADIO DAN TV DAKWAH



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Belum lama ini masyarakat Indonesia dibuat terpana dengan munculnya film Ayat-Ayat Cinta atau yang biasa disebut AAC. Film yang berbackground Islami ini, laku keras di masyarakat. Tak kurang dari tiga juta orang telah menonton film tersebut. Tidak hanya remaja yang antusias untuk menonton film beraroma cinta itu, akan tetapi orang-orang ternama di negeri ini. Sebut saja, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan Istri, kemudian mantan Presiden Republik Indonesia B.J. Habibie dan Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla pun juga ikut dalam hipnotis film tersebut.
Film yang menceritakan tentang alunan percintaan antara mahasiswa asal Indonesia yang sedang kuliah di Al-Azhar, Kairo, Mesir, dengan empat wanita sekaligus itu, membuat hati dari setiap insan yang mencoba menontonnya berdegup kencang mengikuti jalur cerita fenomenal itu. Karena begitu fenomenalnya, hingga ada seorang lelaki yang meninggal ketika sedang menyaksikan film AAC ini. Lelaki itu meninggal akibat serangan jantung yang menerpanya sejak dulu. Dan yang lebih menariknya lagi, sang Istri yang sedianya duduk di sampingnya, tidak mengetahui bahwa suaminya telah meninggal. Sang Istri terhipnotis penuh dengan alur cerita cinta syahdu itu.
Betapa spektakulernya film ini, di saat kejadian atau peristiwa meninggalnya seorang lelaki itu berdengung kencang di masyarakat, akan tetapi peristiwa ini tak mempengaruhi niat masyarakat untuk menonton film AAC ini. Ratusan antrian panjang yang memadati ruangan bioskop menjadi bukti bahwa kharisma film ini memang menggelora di hati penontonnya.
Sengatan-sengatan syahdu yang mewarnai film yang rencananya akan dilanjutkan lagi dengan serial film AAC 2 ini, seketika memberi pandangan bahwa daya tarik visual yang ditampilkan lewat layar lebar itu memunculkan respon sangat kuat bagi penglihatan. Dengan adanya hal itu, maka nantinya hati akan menyambung respon awal dari penglihatan. Dan hasil akhirnya adalah aspek psikologis dari setiap individu akan tergoyahkan. Inilah yang nantinya akan membawa perubahan bagi tingkah laku atau sikap bagi penontonnya.
Namun bagaimana jadinya jika yang dimunculkan adalah film yang berbau hinaan ataupun sindiran bagi penonton. Akhir-akhir ini ada film dokumenter yang isinya secara tidak langsung menghujat dan menghina umat Islam di seluruh dunia. film ini dibuat oleh anggota parlemen Belanda yang bernama Geert Willders.
Dengan adanya film Fitna yang saat ini telah tersebar di internet, secara tidak langsung memancing emosi yang berlebihan di sebagian besar umat Islam. Berbagai demo menentang dan menghujat habis-habisan kepada sang pembuat film itu pun dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia, seperti Indonesia, Malaysia, Pakistan, Brunei Darussalam, Arab Saudi dan negara-negara Islam lainnya. Di Indonesia sendiri, protes terhadap film Fitna diprotes keras oleh organisasi-organisasi Islam seperti, Muhammadiyah, PB NU, pelajar, mahasiswa dan ormas-ormas Islam lainnya.
Tidak hanya berasal dari kalangan ormas-ormas Islam dan pelajar saja yang memprotes film Fitna karangan Wilders ini, akan tetapi Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pun ikut memprotes sekaligus mencekal film tersebut. Bahkan, tak lama setelah film ini beredar di internet, pemerintah secara resmi melarang penanyangan film itu di Indonesia.
Sebenarnya film ini tidak hanya mendapat protes dan peringatan dari umat Islam saja, akan tetapi Pemerintah Belanda pun juga ikut memperingati Greet Wilders agar tidak membuat film yang melecehkan Al-Qur’an itu. Berbagai tindakan keras dilakukan oleh Pemerintah Belanda agar film ini tidak menyebar luas di masyarakatnya. Salah satu tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda yakni stasiun-stasiun televisi yang ada di Belanda sudah menyatakan boikot atas penayangan film Fitna. Belum tamat sampai di situ peringatan keras atas penolakan film Fitna yang telah menggetarkan informasi dunia ini. Pihak PBB, NATO dan Komisi Eropa pun ikut mencekal film Fitna ini. Alasan yang paling urgen yaitu jika film Fitna ini ditayang, maka nantinya akan membawa dampak buruk bagi kedamaian dan keharmonisan dunia.
Dengan adanya dua penjelasan film di atas, kita dapat mencermati atau memahami bahwasanya media elektronik seperti televisi memang menjadi salah satu kegiatan komunikasi yang efektif. Akan tetapi dari semua komunikasi yang ditampilkan di televisi itu tidak semuanya mengandung nilai-nilai positif.
Di lain pihak, kita sebagai umat Islam yang memiliki tugas penting untuk selalu menyeru manusia kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, sepatutnya berusaha dengan keras agar dakwah yang kita lakukan tidak sampai menyakiti perasaan orang lain. Berkaitan dengan studi kasus di atas, kita sebagai da’i haruslah bisa memanfaatkan segala sarana dakwah yang ada pada saat ini. Contohnya media elektronik, seperti radio, televisi, film, handphone dan internet. Namun satu yang perlu dicatat, dalam mempergunakan media elektronik sebagai sarana pendukung dakwah, haruslah mengetahui secara pasti mana yang baik dan buruk untuk kita syiarkan kepada khalayak ramai.
Oleh karena itu, untuk membahas secara luas mengenai komunikasi penyiaran dakwah melalui media elektronik yang benar, maka pada tahap selanjunya akan dijelaskannya mengenai hal tersebut.

B.       Rumusan Masalah
1.         Bagaimana manajemen penyiaran dakwah melalui media elektronik?
2.         Bagaimana manajemen penyiaran TV dakwah?
3.         Bagaimana manajemen penyiaran Radio dakwah?



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Manajemen Penyiaran Dakwah Melalui Media Elektronik
Berbicara mengenai komunikasi penyiaran dakwah melalui media elektronik adalah salah satu bentuk formulasi dakwah yang efektif di masa kini. Namun patut diperhatikan, media elektronik memang memiliki jangkauan yang luas untuk kita menyiarkan dakwah, akan tetapi formulasi dakwah ini bisa saja tidak efektif apabila jalinan komunikasi di dalamnya tidak sesuai dengan keinginan khalayak ramai.
Oleh karena itu, sebelum kita menginjak lebih jauh untuk menerawang jauh tentang efektifitas media elektronik sebagai formulasi dakwah, sebelumnya kita akan mengkaji dahulu apa itu komunikasi, dan bagaimana komunikasi yang baik itu.
Komunikasi bersala dari kata bahasa Latin, ‘communis’ yang berarti ‘membuat kebersamaan’ atau ‘membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata bahasa Latin ‘communico’ yang berarti membagi (Cherry dalam Stuart, 1983).
Everett M. Rogers, seorang pakar sosiologi pedesaan AS membuat definisi komunikasi: “Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.
Definisi tersebut kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrencer Kincaid (1981) yang menyatakan: “Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”.
Komunikasi jika kita pandang dari segi tujuannya yaitu untuk mengexplorasikan identitas diri. Selain itu untuk menanam dan menciptakan hubungan yang harmonis dengan orang lain. Dan yang paling urgen yaitu agar mempengaruhi orang lain untuk berperilaku dan berpikir sesuai kehendak kita.
Adapun fungsi dari komunikasi itu sendiri yaitu sebagai pererat jalinan hubungan dengan orang lain. Selain itu sebagai alat ampuh untuk mengungkap segala hasrat yang ada dalam benak hati kita. Entah seperti apapun bentuk pengungkapan hasrat dalam hati tersebut. Mungkin bisa saja dengan duduk manis sambil tersenyum, berdiri lesu sambil mengusap air mata, dan masih banyak lagi ungkapan hati yang kita timbulkkan melalui komunikasi menggunakan bahasa tubuh (non verbal).
Tapi yang pasti, fungsi umum yang selalu menjadi landasan berkomunikasi yaitu, seperti yang dijelaskan oleh Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson bahwa ada dua fungsi umum: pertama, kelangsungan hidup diri-sendiri yang meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.
Bisa dilihat dari pernyataan pakar tersebut di atas, bahwasanya dorongan kita untuk berkomunikasi adalah untuk memenuhi kebutuhan pribadi (self need) dan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan (environmental need).
Pada hakikatnya apa yang dikatakan pakar di atas benar. Kita sebagai makhluk sosial yang setiap waktunya saling memerlukan antara satu sama lain, tidak bisa lepas dari keterikatan hubungan komunikasi. Komunikasi di bangun untuk menyamakan persepsi antara satu dengan lainnya. Untuk menyamakan persepsi ini diperlukan suatu strategi yang mana menjadi senjata ampuh dari tujuan komunikasi yang akan dicapai. Strategi tersebutlah yang nantinya dapat membuat lawan bicara akan mengikuti segala hal yang kita inginkan. Baik buruknya komunikasi tergantung bagaimana komunikasi itu disusun lewat strategi komunikasi apik yang kita sampaikan.
Mengenai komunikasi yang baik itu diperlukan lima unsur pokok yang harus dipenuhi. Lima unsur pokok tersebut, antara lain: komunikator, pesan, komunikan, media dan efek.
Komunikator; pihak yang menyampaikan pesan baik itu verbal ataupun nonverbal. Pesan yang disampaikan komunikator bisa langsung secara perorangan (interpersonal), bisa pula dalam suatu rapat/pertemuan (small group atau public communication), dan bisa pula melalui media massa (mass communication).
Pesan; sebagai penafsiran lambang atau stimuli. Sebagai suatu proses penafsiran sangat tergantung pada penjelasan psikologis tentang komunikasi manusia. Selain itu pesan mencerminkan keadaan internal individu yakni perilaku, dalam bentuk tertentu, suatu manifestasi yang mencuat keluar dari konsep kotak hitam tentang sikap, keyakinan, nilai, citra, emosi dan sebagainya.
Komunikan; sering disebut juga penerima pesan. Pihak yang menerima pesan dari komunikator. Posisi komunikan sangat strategis karena merupakan sasaran dari komunikasi. Oleh sebab itu, dalam komunikasi dikenal paradigma “kenalilah pihak lain”, artinya komunikator harus memahami kondisi komunikannya. Jika komunikannya memiliki ‘adat’ tertentu, maka komunikator hendaknya menyesuaikan diri dengan ‘adat’ tersebut.
Media; suatu alat ataupun sarana komunikasi yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesannya kepada komunikan. Media tersebut bisa berbentuk cetak ataupun elektronik, seperti koran, majalah, radio, televisi, handphone dan internet.
Efek; efek komunikasi menyangkut penambahan wawasan, perubahan sikap, dan tindakan yang dihasilkan oleh proses komunikasi ialah terjadinya suatu perkosaan yang dilakukan seorang remaja terhadap rekannya setelah sang remaja menonton film televisi yang salah satu adegannya menggambarkan perkosaan.
Itulah lima unsur komunikasi yang baik. Dengan adanya lima unsur inilah nantinya komunikasi yang kita bangun akan berjalan sesuai yang kita harapkan. Setelah komunikasi kita jelaskan sebagai awal mula dari terbentuknya dakwah. Kemudian langkah selanjutnya kita menjelaskan penyiaran. Karena penyiaran merupakan aspek penting untuk mengexpose segala komunikasi pesan dakwah yang kita sampaikan kepada khalayak.
Penyiaran awalnya berasal dari kata siar yang berarti menyebarluaskan informasi melalui pemancar. Kata siar ditambah akhiran an, membentuk kata benda, yang memiliki makna ‘apa yang disiarkan’ (J.B. Wahyudi, 1994).
Siaran dapat berupa siaran audio (radio), dapat pula dalam bentuk siaran radio visual gerak dan sinkron, seperti pada televisi siaran. Perangkat kerasnya terdiri atas: sarana dan prasarana, pemancar dan perangkatnya. Meliputi gedung dan jalan, studio, kamera elektronika, sistem lampu dan suara, dekorasi, sub dan master control dan alat-alat pendukung lainnya.
Kegiatan penyiaran ialah pembuatan dan proses menyiarkan acara siaran radio dan televisi serta pengelolaan operasional perangkat lunak dan keras, yang meliputi segi idiil, kelembagaan dan sumberdaya manusia, untuk memungkinkan terselenggaranya siaran radio dan televisi.
Salah satu unsur utama dari penyiaran itu adalah manusia. Manusia harus bekerjasama atas dasar saling pengertian, menghargai dan mengingatkan (asih, asah, asuh) untuk menghasilkan output siaran yang berkualitas.
Kegiatan penyiaran pada intinya merencanakan dan memproduksi rangkaian mata acara dalam bentuk audio/suara atau visual/gambar yang ditransmisikan dalam bentuk signal suara atau gambar, baik melalui udara maupun melalui kabel ataupun serat optic yang dapat diterima oleh pesawat penerima (radio/televisi) di rumah-rumah.
Perlu diketahui pula bahwa penyiaran sebagai suatu proses kerjasama antara-manusia penyiaran, memerlukan proses manajemen yang sesuai dengan sifat bidang kerja penyiaran, sebagai media komunikasi massa elektronika.
Setelah mengetahui tentang apa itu penyiaran, dari sini kita sudah mulai menemukan titik terang bagaimana menyiarkan dakwah yang tepat sesuai aturan-aturan konkrit yang baik dan benar. Selanjutnya, kita membahas mengenai dakwah melalui media elektronik.
Pengertian dakwah secara etimologi yaitu sebagai bentuk masdar dari kata yad’u (fiil mudhari’) dan da’a (fiil madzi) yang artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to in vite), mengajak (to summer), menyeru (to propo), mendorong (to urge) dan memohon (to pray).
Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajaran tersebut disebut da’i (isim fail) artinya orang yang menyeru. Tetapi karena proses memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu maka pelakunya dikenal juga dengan istilah mubaligh.
Dengan demikian secara etimologi lughatan pengertian dakwah dan tabligh itu merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.
Secara terminologi yaitu dapat dirangkai sebagai berikut: pertama, dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar, sengaja dan berencana guna mempengaruhi pihak lain agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengamalan ajaran agama tanpa adanya unsur paksaan. Kedua, usaha yang dilakukan antara lain berupa: ajakan untuk beriman dan mentaati Allah/ memeluk Islam serta amar ma’ruf nahi munkar. Ketiga, dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhai Allah SWT. Keempat, lapangan dakwah sangat luas yaitu meliputi semua aktivitas manusia secara totalitas baik sebagai individu, sebagai abdi Tuhan, sebagai anggota masyarakat bahkan sebagai warga alam semesta.
Dakwah adalah suatu formulasi yang tepat untuk mengajak manusia ke jalan yang dirahmati-Nya. Untuk melakukan proses ke jenjang itu, diperlukan suatu komunikasi yang efektif, guna memudahkan dakwah kita. dakwah dan komunikasi selamanya tidak akan pernah berpisah. Karena pada dasarnya dakwah dan komunikasi memiliki titik temu di antara keduanya. Pengembangan metode dakwah dan metode pengembangan dakwah beserta ilmunya, sebagaimana komunikasi dan ilmunya dapat merambah ke dalam bidang-bidang lain, dalam upaya mewujudkan nilai pesan yang ingin dihasilkan.
Memperhatikan uraian di atas, tentu saja dapatlah diterima jika kemudian muncul jenis disiplin baru yang dinamakan “komunikasi dakwah”. Tujuannya tidak jauh dari tujuan dakwah. Namun terkombinasi dengan tujuan komunikasi, yaitu: pertama, bagi setiap pribadi muslim, dengan melakukan dakwah berarti bertujuan untuk melaksanakan salah satu kewajiban agama, dan memenuhi kebutuhan eksistensi dirinya dalam agama. Kedua, tujuan dari komunikasi dakwah ini, adalah terjadinya perubahan tingkah laku, sikap atau perbuatan yang sesuai dengan pesan kerisalahan Al-Qur’an dan Sunnah.
Dengan adanya pola tersebut, maka seharusnya dakwah dan keilmuan dakwah dapat bersentuhan dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang, yang nantinya dapat mewarnai profesi kemasyarakatan dan kemanusiaan. Apabila hal ini dapat terwujud, maka nampak bahwa dakwah adalah bentuk komunikasi yang khas, atau bisa disebut sebagai komunikasi-plus.
Berbicara mengenai dakwah adalah bentuk komunikasi-plus, di sini sudah menuju pada inti pembahasan kita yakni komunikasi penyiaran dakwah melalui media elektronik. Pada dasarnya komunikasi penyiaran dakwah melalui media elektronik seperti saat ini sudah banyak dilakukan oleh para da’i-da’i di seluruh penjuru dunia. Tak terkecuali di Indonesia, da’i-da’i kondang seperti Aa Gym, Arifin Ilham, Jefri Al-Bukhori dan lainnnya memaksimalkan media elektronik untuk dakwahnya. Para da’i tersebut memiliki berbagai cara untuk menyiarkan dakwahnya melalui media elektronik. Salah satu contohnya yang ditunjukkan Aa Gym. Beliau menyiarkan dakwahnya melalui saluran telepon atau SMS.
Pada dasarnya melakukan dakwah seperti ini memiliki keuntungan dan kerugian. Karena kalau kita berkaca dengan cakupan audien pasti lebih banyak memperoleh sambutan dari masyarakat, akan tetapi walaupun begitu feedback yang ditunjukkan oleh masyarakat pastinya kabur dari genggaman da’i, karena dalam konteks ini audien tidak berhadapan langsung dengan sang da’i.
Mengenai macam-macam media elektronik yang dapat dimanfaatkan para da’i masa kini untuk menyiarkan dakwahnya berkutat pada radio, televisi, film dan internet. Sebenarnya masih banyak lagi sarana ataupun media-media elektronik yang dipakai untuk menyiarkan dakwah, seperti handphone, telegram, dan faximile. Namun sarana itu saat ini sudah dinilai kurang marak dari hangar-bingar dakwah melalui media elektronik.

B.       Manajemen Radio Dakwah
Berdakwah atau menyerukan kebaikan tidak hanya terbatas diatas mimbar saja, dan pada masa yang moderen ini radio merupakan salah satu sarana atau media yang bisa digunakan untuk memperluas dakwah. Dalam bukunya Asep kusnawan (Komunikasi penyiaran Islam: 2004), Ada beberapa factor efektivitas siaran baik itu disebabkan daya kekuatan yang dimilikinya. Diantaranya adalah daya langsung, daya tembus, dan daya tarik.
1.         Daya Langsung
Tabligh atau berdakwah melalui siaran radio dalam ragka mencapai sasaran yakni pendengar tidak harus mengalami proses yang kompleks. Setiap materi dakwah tinggal diucapkan didepan micropoun radio. Pelaksanaannyapun berlangsung dengan mudah dan cepat. Setiap informasi atau berita yang terjadi, saat itupun dapat disiarkan secara langsung. Bahkan suatu peristiwa dapat diikuti oleh pendengar pada saat peristiwa itu berlangsung.
2.         Daya Tembus
Daya tembus yang dimaksud disiniu adalah siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan. Selain waktu, jarak pun tidak menjadi masalah tergantung pada daya pancar pemancar. Yang pasti adalah bagaimanapun jauhnya tempat yang dituju oleh tabligh lewat siaran radio siaran, dapat ditembusnya selama masih dalam jangkauan pemancar.
3.         Daya Tarik
Factor selanjutnya yang menjadikan radio tetap diminati adalah adanya daya tarik, yaitu sifat tabligh atau dakwah yang serba hidup atas tiga unsure yang ada pada radio itu sendiri.
a.         Musik
Salah satu hal yang menjadi daya tarik bagi dakwah melalui radio adalah hadirnya musik. Tidak sedikit orang mendengarkan radio dengan motifasi mencari hiburan atau mendengarkan musik. Maka dari itulah petugas yang berurusan langsung dengan radio siaran berusaha agar segala macam program selalu ada nuansa hiburan didalamnya.
Jika berdakwah melalui radio, hiburan masih bisa dipertahankan dengan mendesain hiburan itu sedemikian rupa dan tidak kontra dengan program yang sedang mengudara. Jenis hiburanya atau musiknya bisa memilih lagu-lagu yang bernuansa atau bernafaskan Islami.
4.         Sifat Radio Siaran
Auditif, yang dimaksud dengan auditif adalah keberadaan siaran radio hanya untuk didengar. Siaran yang sampai ke telinga pendengar pun hanya sepintas lalu saja. Dengan adanya sifat radio itu, maka ada positif dan negativenya berdakwah melaui radio. Seorang da’i tidak bisa melihat langsung dampak dari materi dakwah yang teah disampaikannya terlebih jika tidak adanya sesi tanya jawab.
Ganguan, sebanagi media massa radio tidak luput dari kekurangan yaitu terjadinya ganguan. Beberapa kemungkinan ganguan yang bisa terjadi antara lain factor bahasa, ganguan pada chanel, serta ganguan factor mekanik atau yang berhubungan dengan peralatan (mesin).
Siaran radio tidak semulus dan sesempurna komunikasi antara dua orang yang berhadap-hadapan, sebab ia dilakukan melalui media dan medianya itu sendiri rentan terhadap ganguan. Ganguan yang sifatnya alamiah, diantaranmya sinar matahari yang mempengaruhi kejelasan siaran radio. Siaran juga terkadang dipengaruhi oleh cuaca dan turun naik gelombang atau ganguan teknis yang berupa tumpang tindih gelombang. Selain itu masih banyak ganguan yang lain terlebih jika radio tersebut sederhana sehingga berbagai kelemahan penagkapan siaran terjadi.
5.         Unsur-unsur Radio
Siaran radio sebagai output stasiun penyiaran yang dikelola oleh organisasi penyiar, merupakan hasil perpaduan antara kreativitas manusia dan kemampuan sarana, atau antara perangkat keras dengan perangkat lunak.
Perangkat keras diantaranya:
a.         Sarana dan prasarana
b.        Pemancar dan perangkatnya
Perangkat lunak:
a.         Manusia sebagai pengelola
b.        Program
6.         Memahami Tugas dan Pekerjaan Penyiar
Menjadi penyiar merupakan satu pekerjaan yang khas. Pekerjaan itu perlu dipelajari sepeti pekerjaan lainya, serta dibutuhkanya keterampilan atau kecakapan tersendiri. Menurut ahli radio, Ben G. Hennke dalam Onong Uchjana Efendi (1978:124), keahlian penyiar meliputi:
a.         Komunikasi gagasan (communication of ideas)
b.        Komunikasi kepribadian (communication of personality)
c.         Proyeksi kepribadian (projection of personality)
- Keaslian (naturaless)
- Kelincahan (vitality)
- Keramahan (friendliness)
- Kesanggupan menyesuaikan diri (adaptability)
d.        Pengucapan (pronouncation)
e.         Control suara (voice controle)
- Pola titi nada (pitch)
- Kerasnya suara (loudess)
- Tempo (time)
- Kadar suara (quality) (Asep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam, 2004: 51-61)

C.      Manajemen Telivisi Dakwah
Tidak dipungkiri, dewasa ini telivisi merupakan media massa yang sangat popular di tengah masyarakat. Ia ada hampir disetiap tempat-tempat umum, kantor, rumah bahkan kamar. Oleh karena itu setiap informasi yang disampaikan melalui media telivisi akan sangat mudah sampai ketengah kaangan masyarakat.demikian juga pula yang disampaikan melalui telivisi adalah pesan-pesan dakwah atau tabligh maka dengan cepat tersosialisasikan.
Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini ada sekitar 20-23 juta rumah tangga yang memiliki pesawat TV. Tidak kurang dari 18 jam sehari berbagai acara dan informasi dijejalkan pada pemirsa di seluruh tanah air. Itu berarti hanya ada enam jam sehari waktu yang masih kosong. Itu pun ketika jam tayang relative sama. Ketika sudah mulai banyak stasiun TV yang non-stop, berarti waktu kosong melihat TV semakin mengecil.
Jika rillnya demikian, sudah saatnya kita memikirkan bagaimana caranya mengambil bagian dalam waktu yang cukup dominan pada kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan hal-hal tertentu yang benar dalam bingkai dakwah. Selama ini banyak umat Islam hanya menjadi orang yang menikmati hasil karya orang lain. Kalaupun ada yang sudah mampu memberikan warna itupun belum begitu besar. Ketika umat Islam bisa lebih menempati bagian-bagian tekhnologi, tidaklah mustahil komunikasi penyiaran dakwah akan berkibar dengan sukses.
1.         Unsur-unsur dalam Siaran Televisi
Dalam suatu siaran telivisi terdapat sejumlah unsure. Masing-masing unsure tersebut tidak hanya memiliki tugas dan tangung jawab masing-masing, tetapi juga berada dalam suatu sisitem kerja yang terkoordinasi yang semuanya berangkat untuk menyajikan acara penyiaran sebaik mungkin untuk yang mengkonsumsi acara televise (pemirsa).
2.         Proses Penyajian Acara
Dalam sebuah penyajian acara, seorang da’i atau mubaligh televise akan berhubungan erat dengtan berbagai pihak yang terlibat didalam proses penyajian suatu acara siaran televise, diantaranya prosedur, pengarah acara, asisten pengarah acara dan masih banyak lagi orang-orang yang akan terlibat didalam sebuah produksi televisi. Berbeda dengan penyiaran radio, televisi memiliki kesulitan dan kerumitan yang lebih dari radio. Maka dari itulah orang-orang atau sumber daya manusia yang menaganinya pun haruslah banyak dan memiliki disiplin ilmu tersendiri.
3.         Pola Acara Siaran Televisi
Dunia penyiaran memiliki dampak yang sangat luas di masyarakat, sehingga perencanaan menjadi sangat penting untuk menentukan acara yang akan dirasakan. Perencanaan meliputi pengadaan materi siaran (produksi) serta penyiran materi siaran tersebut. Pengadaan mata acara (pogram) dalam siaran dapat diperoleh melalui:
a.         Diproduksi sendiri
b.        Diproduksi dengan melibatkan pihak lain
c.         Hasil pertukaran program dengan stasiun lain
d.        Dibeli dari usaha rumah poduksi (production house)
e.         Merelai dari stasiun produksi lain
Hal yang harus ada pada mata acara:
- Judul mata acara
- Kriteria atau batasan penyiaran
- Format atau bentuk penyajian
- Durasi atau lama waktu siaran

Penentuan mata acara hendakya dilandasi oleh:
- Misi, fungsi dan tugas stasiun penyiaran
- Landasan filosofi, konstitusional dan operasional
- Hasil riset khalayak sebagai konsumen
- Norma, etika, estetika yang berlaku
- Kebijakan interen dan eksteren
Keterampilan bagi seorang penyiar merupakan aspek yang penting, salah satunya adalah keterampilan berbahasa yang didalamnya memiliki empat komponen. Keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan tersebut erat sekali hubunganya dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa yang digunakan seseorang, semakin cerah dalam berbahsa, maka semakin jelas pulalah jalan pikiranya. Ketermpilan yang dimiliki hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara sering berlatih. Melatih keterampilan berbahasa seperti pula melatih keterampilan berpikir.
Bahasa yang digunakan dalam dunia televisi sangat khas, karena memadukan kata-kata, suara dan gambar bergerak secara bersama-sama dan seketika. Dalam perspektif komunikasi, berita memiliki daya tarik tersendirisebagai suatu pesan:
1.        Organisasi pesan
2.        Urutan pesan
3.        Gaya pesan
4.        Daya tarik pesan
Organisasi pesan adalah bagaimanan cara mengorganisasikan pesan yang akan disampaikan oleh televisi. Asep Kusnawan dalam (Komunikasi Penyiaran Islam, 2004: 73-85).




BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Perkembangan sains dan teknologi pada saat ini diakui begitu cepat. Kecepatanya bahkan melebihi kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan dampak sains dan teknologi itu sendiri. Salah satu kemajuan yang begitu pesat pada saat ini sebagai implikasi dari moderenisasi yang ditopang oleh perangkat utamanya yaitu ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam dunia informasi.
Dizaman sekarang ini dakwah tidak hanya cukup disampaikan dengan lisan belaka, yang aktivitasnya hanya dilakukan dari mimbar kemimbar tanpa bantuan alat-alat modern yang sekarang terkenal dengan sebutan alat-alat komunikasi massa. Sehingga dalam perjalanan menggapai tujuan tabligh, tentunya, perlu suatu media sebagai perantara untuk menyampaikan pesan kepada mad’u yang homogen maupun heterogen.
Semua media esensialnya adalah mempermudah aktifitas dalam bidang dakwah. Media yang telah banyak bermunculan saat ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada yang memliki kecangihan yang luar biasa, tetapi tetap saja memiliki titik lemah sehingga segala kemungkinan akan tetap bisa terjadi.










DAFTAR PUSTAKA

Sam Abede Pareno, Kuliah Komunikasi Pengantar dan Praktek: 2002, Surabaya: Papyrus.

Ahmad Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer: 2006, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer: 2000, Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Asep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam: 2004, Benag Merah Press, Bandung.

Muhamad Mufidh, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran: 2005, Fajar Interpratama Offset, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum mempunyai tujuan dan sas...