BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Belum lama ini masyarakat Indonesia dibuat terpana
dengan munculnya film Ayat-Ayat Cinta atau yang biasa disebut AAC. Film yang
berbackground Islami ini, laku keras di masyarakat. Tak kurang dari tiga juta
orang telah menonton film tersebut. Tidak hanya remaja yang antusias untuk
menonton film beraroma cinta itu, akan tetapi orang-orang ternama di negeri
ini. Sebut saja, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan
Istri, kemudian mantan Presiden Republik Indonesia B.J. Habibie dan Wakil Presiden
Republik Indonesia Jusuf Kalla pun juga ikut dalam hipnotis film tersebut.
Film yang menceritakan tentang alunan percintaan
antara mahasiswa asal Indonesia yang sedang kuliah di Al-Azhar, Kairo, Mesir,
dengan empat wanita sekaligus itu, membuat hati dari setiap insan yang mencoba
menontonnya berdegup kencang mengikuti jalur cerita fenomenal itu. Karena
begitu fenomenalnya, hingga ada seorang lelaki yang meninggal ketika sedang
menyaksikan film AAC ini. Lelaki itu meninggal akibat serangan jantung yang menerpanya
sejak dulu. Dan yang lebih menariknya lagi, sang Istri yang sedianya duduk di
sampingnya, tidak mengetahui bahwa suaminya telah meninggal. Sang Istri
terhipnotis penuh dengan alur cerita cinta syahdu itu.
Betapa spektakulernya film ini, di saat kejadian atau
peristiwa meninggalnya seorang lelaki itu berdengung kencang di masyarakat,
akan tetapi peristiwa ini tak mempengaruhi niat masyarakat untuk menonton film
AAC ini. Ratusan antrian panjang yang memadati ruangan bioskop menjadi bukti
bahwa kharisma film ini memang menggelora di hati penontonnya.
Sengatan-sengatan syahdu yang mewarnai film yang
rencananya akan dilanjutkan lagi dengan serial film AAC 2 ini, seketika memberi
pandangan bahwa daya tarik visual yang ditampilkan lewat layar lebar itu memunculkan
respon sangat kuat bagi penglihatan. Dengan adanya hal itu, maka nantinya hati
akan menyambung respon awal dari penglihatan. Dan hasil akhirnya adalah aspek
psikologis dari setiap individu akan tergoyahkan. Inilah yang nantinya akan
membawa perubahan bagi tingkah laku atau sikap bagi penontonnya.
Namun bagaimana jadinya jika yang dimunculkan adalah
film yang berbau hinaan ataupun sindiran bagi penonton. Akhir-akhir ini ada
film dokumenter yang isinya secara tidak langsung menghujat dan menghina umat
Islam di seluruh dunia. film ini dibuat oleh anggota parlemen Belanda yang
bernama Geert Willders.
Dengan adanya film Fitna yang saat ini telah tersebar
di internet, secara tidak langsung memancing emosi yang berlebihan di sebagian
besar umat Islam. Berbagai demo menentang dan menghujat habis-habisan kepada
sang pembuat film itu pun dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia, seperti
Indonesia, Malaysia, Pakistan, Brunei Darussalam, Arab Saudi dan negara-negara
Islam lainnya. Di Indonesia sendiri, protes terhadap film Fitna diprotes keras
oleh organisasi-organisasi Islam seperti, Muhammadiyah, PB NU, pelajar,
mahasiswa dan ormas-ormas Islam lainnya.
Tidak hanya berasal dari kalangan ormas-ormas Islam
dan pelajar saja yang memprotes film Fitna karangan Wilders ini, akan tetapi
Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pun ikut memprotes
sekaligus mencekal film tersebut. Bahkan, tak lama setelah film ini beredar di
internet, pemerintah secara resmi melarang penanyangan film itu di Indonesia.
Sebenarnya film ini tidak hanya mendapat protes dan
peringatan dari umat Islam saja, akan tetapi Pemerintah Belanda pun juga ikut
memperingati Greet Wilders agar tidak membuat film yang melecehkan Al-Qur’an
itu. Berbagai tindakan keras dilakukan oleh Pemerintah Belanda agar film ini
tidak menyebar luas di masyarakatnya. Salah satu tindakan yang dilakukan oleh
Pemerintah Belanda yakni stasiun-stasiun televisi yang ada di Belanda sudah
menyatakan boikot atas penayangan film Fitna. Belum tamat sampai di situ peringatan
keras atas penolakan film Fitna yang telah menggetarkan informasi dunia ini.
Pihak PBB, NATO dan Komisi Eropa pun ikut mencekal film Fitna ini. Alasan yang
paling urgen yaitu jika film Fitna ini ditayang, maka nantinya akan membawa
dampak buruk bagi kedamaian dan keharmonisan dunia.
Dengan adanya dua penjelasan film di atas, kita dapat
mencermati atau memahami bahwasanya media elektronik seperti televisi memang
menjadi salah satu kegiatan komunikasi yang efektif. Akan tetapi dari semua
komunikasi yang ditampilkan di televisi itu tidak semuanya mengandung
nilai-nilai positif.
Di lain pihak, kita sebagai umat Islam yang memiliki
tugas penting untuk selalu menyeru manusia kepada yang makruf dan mencegah dari
yang munkar, sepatutnya berusaha dengan keras agar dakwah yang kita lakukan
tidak sampai menyakiti perasaan orang lain. Berkaitan dengan studi kasus di
atas, kita sebagai da’i haruslah bisa memanfaatkan segala sarana dakwah yang
ada pada saat ini. Contohnya media elektronik, seperti radio, televisi, film,
handphone dan internet. Namun satu yang perlu dicatat, dalam mempergunakan
media elektronik sebagai sarana pendukung dakwah, haruslah mengetahui secara
pasti mana yang baik dan buruk untuk kita syiarkan kepada khalayak ramai.
Oleh karena itu, untuk membahas secara luas mengenai
komunikasi penyiaran dakwah melalui media elektronik yang benar, maka pada
tahap selanjunya akan dijelaskannya mengenai hal tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana manajemen penyiaran dakwah melalui media
elektronik?
2.
Bagaimana manajemen penyiaran TV dakwah?
3.
Bagaimana manajemen penyiaran Radio dakwah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen Penyiaran
Dakwah Melalui Media Elektronik
Berbicara mengenai komunikasi penyiaran dakwah melalui
media elektronik adalah salah satu bentuk formulasi dakwah yang efektif di masa
kini. Namun patut diperhatikan, media elektronik memang memiliki jangkauan yang
luas untuk kita menyiarkan dakwah, akan tetapi formulasi dakwah ini bisa saja
tidak efektif apabila jalinan komunikasi di dalamnya tidak sesuai dengan
keinginan khalayak ramai.
Oleh karena itu, sebelum kita menginjak lebih jauh
untuk menerawang jauh tentang efektifitas media elektronik sebagai formulasi
dakwah, sebelumnya kita akan mengkaji dahulu apa itu komunikasi, dan bagaimana
komunikasi yang baik itu.
Komunikasi bersala dari kata bahasa Latin, ‘communis’
yang berarti ‘membuat kebersamaan’ atau ‘membangun kebersamaan antara dua orang
atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata bahasa Latin ‘communico’
yang berarti membagi (Cherry dalam Stuart, 1983).
Everett M. Rogers, seorang pakar sosiologi pedesaan AS
membuat definisi komunikasi: “Komunikasi adalah proses di mana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka”.
Definisi tersebut kemudian dikembangkan oleh Rogers
bersama D. Lawrencer Kincaid (1981) yang menyatakan: “Komunikasi adalah suatu
proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran
informasi dengan satu sama lainnya yang pada gilirannya akan tiba pada saling
pengertian yang mendalam”.
Komunikasi jika kita pandang dari segi tujuannya yaitu
untuk mengexplorasikan identitas diri. Selain itu untuk menanam dan menciptakan
hubungan yang harmonis dengan orang lain. Dan yang paling urgen yaitu agar
mempengaruhi orang lain untuk berperilaku dan berpikir sesuai kehendak kita.
Adapun fungsi dari komunikasi itu sendiri yaitu
sebagai pererat jalinan hubungan dengan orang lain. Selain itu sebagai alat
ampuh untuk mengungkap segala hasrat yang ada dalam benak hati kita. Entah
seperti apapun bentuk pengungkapan hasrat dalam hati tersebut. Mungkin bisa
saja dengan duduk manis sambil tersenyum, berdiri lesu sambil mengusap air
mata, dan masih banyak lagi ungkapan hati yang kita timbulkkan melalui
komunikasi menggunakan bahasa tubuh (non verbal).
Tapi yang pasti, fungsi umum yang selalu menjadi
landasan berkomunikasi yaitu, seperti yang dijelaskan oleh Judy C. Pearson dan
Paul E. Nelson bahwa ada dua fungsi umum: pertama, kelangsungan hidup
diri-sendiri yang meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi,
menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua,
kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan
mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.
Bisa dilihat dari pernyataan pakar tersebut di atas,
bahwasanya dorongan kita untuk berkomunikasi adalah untuk memenuhi kebutuhan
pribadi (self need) dan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan (environmental
need).
Pada hakikatnya apa yang dikatakan pakar di atas
benar. Kita sebagai makhluk sosial yang setiap waktunya saling memerlukan
antara satu sama lain, tidak bisa lepas dari keterikatan hubungan komunikasi.
Komunikasi di bangun untuk menyamakan persepsi antara satu dengan lainnya.
Untuk menyamakan persepsi ini diperlukan suatu strategi yang mana menjadi
senjata ampuh dari tujuan komunikasi yang akan dicapai. Strategi tersebutlah
yang nantinya dapat membuat lawan bicara akan mengikuti segala hal yang kita
inginkan. Baik buruknya komunikasi tergantung bagaimana komunikasi itu disusun
lewat strategi komunikasi apik yang kita sampaikan.
Mengenai komunikasi yang baik itu diperlukan lima
unsur pokok yang harus dipenuhi. Lima unsur pokok tersebut, antara lain:
komunikator, pesan, komunikan, media dan efek.
Komunikator; pihak yang
menyampaikan pesan baik itu verbal ataupun nonverbal. Pesan yang disampaikan
komunikator bisa langsung secara perorangan (interpersonal), bisa pula dalam
suatu rapat/pertemuan (small group atau public communication), dan bisa pula
melalui media massa (mass communication).
Pesan; sebagai penafsiran
lambang atau stimuli. Sebagai suatu proses penafsiran sangat tergantung pada
penjelasan psikologis tentang komunikasi manusia. Selain itu pesan mencerminkan
keadaan internal individu yakni perilaku, dalam bentuk tertentu, suatu
manifestasi yang mencuat keluar dari konsep kotak hitam tentang sikap,
keyakinan, nilai, citra, emosi dan sebagainya.
Komunikan; sering disebut juga
penerima pesan. Pihak yang menerima pesan dari komunikator. Posisi komunikan
sangat strategis karena merupakan sasaran dari komunikasi. Oleh sebab itu,
dalam komunikasi dikenal paradigma “kenalilah pihak lain”, artinya komunikator
harus memahami kondisi komunikannya. Jika komunikannya memiliki ‘adat’
tertentu, maka komunikator hendaknya menyesuaikan diri dengan ‘adat’ tersebut.
Media; suatu alat ataupun
sarana komunikasi yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesannya
kepada komunikan. Media tersebut bisa berbentuk cetak ataupun elektronik,
seperti koran, majalah, radio, televisi, handphone dan internet.
Efek; efek komunikasi
menyangkut penambahan wawasan, perubahan sikap, dan tindakan yang dihasilkan
oleh proses komunikasi ialah terjadinya suatu perkosaan yang dilakukan seorang remaja
terhadap rekannya setelah sang remaja menonton film televisi yang salah satu
adegannya menggambarkan perkosaan.
Itulah lima unsur komunikasi yang baik. Dengan adanya
lima unsur inilah nantinya komunikasi yang kita bangun akan berjalan sesuai
yang kita harapkan. Setelah komunikasi kita jelaskan sebagai awal mula dari
terbentuknya dakwah. Kemudian langkah selanjutnya kita menjelaskan penyiaran.
Karena penyiaran merupakan aspek penting untuk mengexpose segala komunikasi
pesan dakwah yang kita sampaikan kepada khalayak.
Penyiaran awalnya berasal dari kata siar yang
berarti menyebarluaskan informasi melalui pemancar. Kata siar ditambah
akhiran an, membentuk kata benda, yang memiliki makna ‘apa yang
disiarkan’ (J.B. Wahyudi, 1994).
Siaran dapat berupa siaran audio (radio), dapat pula
dalam bentuk siaran radio visual gerak dan sinkron, seperti pada televisi
siaran. Perangkat kerasnya terdiri atas: sarana dan prasarana, pemancar dan
perangkatnya. Meliputi gedung dan jalan, studio, kamera elektronika, sistem lampu
dan suara, dekorasi, sub dan master control dan alat-alat pendukung lainnya.
Kegiatan penyiaran ialah pembuatan dan proses
menyiarkan acara siaran radio dan televisi serta pengelolaan operasional
perangkat lunak dan keras, yang meliputi segi idiil, kelembagaan dan sumberdaya
manusia, untuk memungkinkan terselenggaranya siaran radio dan televisi.
Salah satu unsur utama dari penyiaran itu adalah
manusia. Manusia harus bekerjasama atas dasar saling pengertian, menghargai dan
mengingatkan (asih, asah, asuh) untuk menghasilkan output siaran yang
berkualitas.
Kegiatan penyiaran pada intinya merencanakan dan
memproduksi rangkaian mata acara dalam bentuk audio/suara atau visual/gambar
yang ditransmisikan dalam bentuk signal suara atau gambar, baik melalui udara
maupun melalui kabel ataupun serat optic yang dapat diterima oleh pesawat
penerima (radio/televisi) di rumah-rumah.
Perlu diketahui pula bahwa penyiaran sebagai suatu
proses kerjasama antara-manusia penyiaran, memerlukan proses manajemen yang
sesuai dengan sifat bidang kerja penyiaran, sebagai media komunikasi massa
elektronika.
Setelah mengetahui tentang apa itu penyiaran, dari
sini kita sudah mulai menemukan titik terang bagaimana menyiarkan dakwah yang
tepat sesuai aturan-aturan konkrit yang baik dan benar. Selanjutnya, kita
membahas mengenai dakwah melalui media elektronik.
Pengertian dakwah secara etimologi yaitu sebagai
bentuk masdar dari kata yad’u (fiil mudhari’) dan da’a (fiil madzi) yang
artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to in vite), mengajak (to
summer), menyeru (to propo), mendorong (to urge) dan memohon (to pray).
Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajaran
tersebut disebut da’i (isim fail) artinya orang yang menyeru. Tetapi
karena proses memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan suatu proses
penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu maka pelakunya dikenal
juga dengan istilah mubaligh.
Dengan demikian secara etimologi lughatan
pengertian dakwah dan tabligh itu merupakan suatu proses penyampaian (tabligh)
pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang
lain memenuhi ajakan tersebut.
Secara terminologi yaitu dapat dirangkai sebagai
berikut: pertama, dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha
atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar, sengaja dan berencana guna
mempengaruhi pihak lain agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran,
sikap penghayatan serta pengamalan ajaran agama tanpa adanya unsur paksaan. Kedua,
usaha yang dilakukan antara lain berupa: ajakan untuk beriman dan mentaati
Allah/ memeluk Islam serta amar ma’ruf nahi munkar. Ketiga, dilakukan
untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang
diridhai Allah SWT. Keempat, lapangan dakwah sangat luas yaitu meliputi
semua aktivitas manusia secara totalitas baik sebagai individu, sebagai abdi
Tuhan, sebagai anggota masyarakat bahkan sebagai warga alam semesta.
Dakwah adalah suatu formulasi yang tepat untuk
mengajak manusia ke jalan yang dirahmati-Nya. Untuk melakukan proses ke jenjang
itu, diperlukan suatu komunikasi yang efektif, guna memudahkan dakwah kita.
dakwah dan komunikasi selamanya tidak akan pernah berpisah. Karena pada
dasarnya dakwah dan komunikasi memiliki titik temu di antara keduanya.
Pengembangan metode dakwah dan metode pengembangan dakwah beserta ilmunya,
sebagaimana komunikasi dan ilmunya dapat merambah ke dalam bidang-bidang lain,
dalam upaya mewujudkan nilai pesan yang ingin dihasilkan.
Memperhatikan uraian di atas, tentu saja dapatlah
diterima jika kemudian muncul jenis disiplin baru yang dinamakan “komunikasi
dakwah”. Tujuannya tidak jauh dari tujuan dakwah. Namun terkombinasi dengan
tujuan komunikasi, yaitu: pertama, bagi setiap pribadi muslim, dengan
melakukan dakwah berarti bertujuan untuk melaksanakan salah satu kewajiban
agama, dan memenuhi kebutuhan eksistensi dirinya dalam agama. Kedua,
tujuan dari komunikasi dakwah ini, adalah terjadinya perubahan tingkah laku,
sikap atau perbuatan yang sesuai dengan pesan kerisalahan Al-Qur’an dan Sunnah.
Dengan adanya pola tersebut, maka seharusnya dakwah
dan keilmuan dakwah dapat bersentuhan dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berkembang, yang nantinya dapat mewarnai profesi
kemasyarakatan dan kemanusiaan. Apabila hal ini dapat terwujud, maka nampak
bahwa dakwah adalah bentuk komunikasi yang khas, atau bisa disebut sebagai
komunikasi-plus.
Berbicara mengenai dakwah adalah bentuk
komunikasi-plus, di sini sudah menuju pada inti pembahasan kita yakni
komunikasi penyiaran dakwah melalui media elektronik. Pada dasarnya komunikasi
penyiaran dakwah melalui media elektronik seperti saat ini sudah banyak
dilakukan oleh para da’i-da’i di seluruh penjuru dunia. Tak terkecuali di
Indonesia, da’i-da’i kondang seperti Aa Gym, Arifin Ilham, Jefri Al-Bukhori dan
lainnnya memaksimalkan media elektronik untuk dakwahnya. Para da’i tersebut
memiliki berbagai cara untuk menyiarkan dakwahnya melalui media elektronik.
Salah satu contohnya yang ditunjukkan Aa Gym. Beliau menyiarkan dakwahnya
melalui saluran telepon atau SMS.
Pada dasarnya melakukan dakwah seperti ini memiliki
keuntungan dan kerugian. Karena kalau kita berkaca dengan cakupan audien pasti
lebih banyak memperoleh sambutan dari masyarakat, akan tetapi walaupun begitu
feedback yang ditunjukkan oleh masyarakat pastinya kabur dari genggaman da’i,
karena dalam konteks ini audien tidak berhadapan langsung dengan sang da’i.
Mengenai macam-macam media elektronik yang dapat
dimanfaatkan para da’i masa kini untuk menyiarkan dakwahnya berkutat pada
radio, televisi, film dan internet. Sebenarnya masih banyak lagi sarana ataupun
media-media elektronik yang dipakai untuk menyiarkan dakwah, seperti handphone,
telegram, dan faximile. Namun sarana itu saat ini sudah dinilai kurang marak
dari hangar-bingar dakwah melalui media elektronik.
B. Manajemen Radio Dakwah
Berdakwah atau menyerukan kebaikan tidak hanya
terbatas diatas mimbar saja, dan pada masa yang moderen ini radio merupakan
salah satu sarana atau media yang bisa digunakan untuk memperluas dakwah. Dalam
bukunya Asep kusnawan (Komunikasi penyiaran Islam: 2004), Ada beberapa factor
efektivitas siaran baik itu disebabkan daya kekuatan yang dimilikinya.
Diantaranya adalah daya langsung, daya tembus, dan daya tarik.
1.
Daya Langsung
Tabligh atau berdakwah melalui siaran radio dalam
ragka mencapai sasaran yakni pendengar tidak harus mengalami proses yang
kompleks. Setiap materi dakwah tinggal diucapkan didepan micropoun radio.
Pelaksanaannyapun berlangsung dengan mudah dan cepat. Setiap informasi atau
berita yang terjadi, saat itupun dapat disiarkan secara langsung. Bahkan suatu
peristiwa dapat diikuti oleh pendengar pada saat peristiwa itu berlangsung.
2.
Daya Tembus
Daya tembus yang dimaksud disiniu adalah siaran radio
tidak mengenal jarak dan rintangan. Selain waktu, jarak pun tidak menjadi
masalah tergantung pada daya pancar pemancar. Yang pasti adalah bagaimanapun
jauhnya tempat yang dituju oleh tabligh lewat siaran radio siaran, dapat
ditembusnya selama masih dalam jangkauan pemancar.
3.
Daya Tarik
Factor selanjutnya yang menjadikan radio tetap
diminati adalah adanya daya tarik, yaitu sifat tabligh atau dakwah yang serba
hidup atas tiga unsure yang ada pada radio itu sendiri.
a.
Musik
Salah satu hal yang menjadi daya tarik bagi dakwah
melalui radio adalah hadirnya musik. Tidak sedikit orang mendengarkan radio
dengan motifasi mencari hiburan atau mendengarkan musik. Maka dari itulah
petugas yang berurusan langsung dengan radio siaran berusaha agar segala macam
program selalu ada nuansa hiburan didalamnya.
Jika berdakwah melalui radio, hiburan masih bisa
dipertahankan dengan mendesain hiburan itu sedemikian rupa dan tidak kontra
dengan program yang sedang mengudara. Jenis hiburanya atau musiknya bisa
memilih lagu-lagu yang bernuansa atau bernafaskan Islami.
4.
Sifat Radio Siaran
Auditif, yang dimaksud dengan auditif
adalah keberadaan siaran radio hanya untuk didengar. Siaran yang sampai ke
telinga pendengar pun hanya sepintas lalu saja. Dengan adanya sifat radio itu,
maka ada positif dan negativenya berdakwah melaui radio. Seorang da’i tidak
bisa melihat langsung dampak dari materi dakwah yang teah disampaikannya
terlebih jika tidak adanya sesi tanya jawab.
Ganguan, sebanagi media massa
radio tidak luput dari kekurangan yaitu terjadinya ganguan. Beberapa
kemungkinan ganguan yang bisa terjadi antara lain factor bahasa, ganguan pada chanel,
serta ganguan factor mekanik atau yang berhubungan dengan peralatan
(mesin).
Siaran radio tidak semulus dan sesempurna komunikasi
antara dua orang yang berhadap-hadapan, sebab ia dilakukan melalui media dan
medianya itu sendiri rentan terhadap ganguan. Ganguan yang sifatnya alamiah,
diantaranmya sinar matahari yang mempengaruhi kejelasan siaran radio. Siaran juga
terkadang dipengaruhi oleh cuaca dan turun naik gelombang atau ganguan teknis
yang berupa tumpang tindih gelombang. Selain itu masih banyak ganguan yang lain
terlebih jika radio tersebut sederhana sehingga berbagai kelemahan penagkapan
siaran terjadi.
5.
Unsur-unsur Radio
Siaran radio sebagai output stasiun penyiaran
yang dikelola oleh organisasi penyiar, merupakan hasil perpaduan antara
kreativitas manusia dan kemampuan sarana, atau antara perangkat keras dengan
perangkat lunak.
Perangkat keras diantaranya:
a.
Sarana dan prasarana
b.
Pemancar dan perangkatnya
Perangkat lunak:
a.
Manusia sebagai pengelola
b.
Program
6.
Memahami Tugas dan Pekerjaan Penyiar
Menjadi penyiar merupakan satu pekerjaan yang khas.
Pekerjaan itu perlu dipelajari sepeti pekerjaan lainya, serta dibutuhkanya
keterampilan atau kecakapan tersendiri. Menurut ahli radio, Ben G. Hennke dalam
Onong Uchjana Efendi (1978:124), keahlian penyiar meliputi:
a.
Komunikasi gagasan (communication of ideas)
b.
Komunikasi kepribadian (communication of
personality)
c.
Proyeksi kepribadian (projection of personality)
- Keaslian (naturaless)
- Kelincahan (vitality)
- Keramahan (friendliness)
- Kesanggupan menyesuaikan
diri (adaptability)
d.
Pengucapan (pronouncation)
e.
Control suara (voice controle)
- Pola titi nada (pitch)
- Kerasnya suara (loudess)
- Tempo (time)
- Kadar suara (quality)
(Asep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam, 2004: 51-61)
C. Manajemen Telivisi Dakwah
Tidak dipungkiri, dewasa ini telivisi merupakan media
massa yang sangat popular di tengah masyarakat. Ia ada hampir disetiap
tempat-tempat umum, kantor, rumah bahkan kamar. Oleh karena itu setiap
informasi yang disampaikan melalui media telivisi akan sangat mudah sampai
ketengah kaangan masyarakat.demikian juga pula yang disampaikan melalui
telivisi adalah pesan-pesan dakwah atau tabligh maka dengan cepat
tersosialisasikan.
Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini ada sekitar
20-23 juta rumah tangga yang memiliki pesawat TV. Tidak kurang dari 18 jam
sehari berbagai acara dan informasi dijejalkan pada pemirsa di seluruh tanah
air. Itu berarti hanya ada enam jam sehari waktu yang masih kosong. Itu pun
ketika jam tayang relative sama. Ketika sudah mulai banyak stasiun TV yang non-stop,
berarti waktu kosong melihat TV semakin mengecil.
Jika rillnya demikian, sudah saatnya kita memikirkan
bagaimana caranya mengambil bagian dalam waktu yang cukup dominan pada
kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan hal-hal tertentu yang benar dalam
bingkai dakwah. Selama ini banyak umat Islam hanya menjadi orang yang menikmati
hasil karya orang lain. Kalaupun ada yang sudah mampu memberikan warna itupun
belum begitu besar. Ketika umat Islam bisa lebih menempati bagian-bagian
tekhnologi, tidaklah mustahil komunikasi penyiaran dakwah akan berkibar dengan
sukses.
1.
Unsur-unsur dalam Siaran Televisi
Dalam suatu siaran telivisi terdapat sejumlah unsure.
Masing-masing unsure tersebut tidak hanya memiliki tugas dan tangung jawab
masing-masing, tetapi juga berada dalam suatu sisitem kerja yang terkoordinasi
yang semuanya berangkat untuk menyajikan acara penyiaran sebaik mungkin untuk
yang mengkonsumsi acara televise (pemirsa).
2.
Proses Penyajian Acara
Dalam sebuah penyajian acara, seorang da’i atau
mubaligh televise akan berhubungan erat dengtan berbagai pihak yang terlibat
didalam proses penyajian suatu acara siaran televise, diantaranya prosedur,
pengarah acara, asisten pengarah acara dan masih banyak lagi orang-orang yang
akan terlibat didalam sebuah produksi televisi. Berbeda dengan penyiaran radio,
televisi memiliki kesulitan dan kerumitan yang lebih dari radio. Maka dari
itulah orang-orang atau sumber daya manusia yang menaganinya pun haruslah banyak
dan memiliki disiplin ilmu tersendiri.
3.
Pola Acara Siaran Televisi
Dunia penyiaran memiliki dampak yang sangat luas di
masyarakat, sehingga perencanaan menjadi sangat penting untuk menentukan acara
yang akan dirasakan. Perencanaan meliputi pengadaan materi siaran (produksi)
serta penyiran materi siaran tersebut. Pengadaan mata acara (pogram) dalam
siaran dapat diperoleh melalui:
a.
Diproduksi sendiri
b.
Diproduksi dengan melibatkan pihak lain
c.
Hasil pertukaran program dengan stasiun lain
d.
Dibeli dari usaha rumah poduksi (production house)
e.
Merelai dari stasiun produksi lain
Hal yang harus ada pada
mata acara:
- Judul mata acara
- Kriteria atau batasan
penyiaran
- Format atau bentuk
penyajian
- Durasi atau lama
waktu siaran
Penentuan mata acara
hendakya dilandasi oleh:
- Misi, fungsi dan
tugas stasiun penyiaran
- Landasan filosofi,
konstitusional dan operasional
- Hasil riset khalayak
sebagai konsumen
- Norma, etika,
estetika yang berlaku
- Kebijakan interen dan
eksteren
Keterampilan bagi
seorang penyiar merupakan aspek yang penting, salah satunya adalah keterampilan
berbahasa yang didalamnya memiliki empat komponen. Keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Setiap
keterampilan tersebut erat sekali hubunganya dengan proses-proses yang
mendasari bahasa. Bahasa yang digunakan seseorang, semakin cerah dalam
berbahsa, maka semakin jelas pulalah jalan pikiranya. Ketermpilan yang dimiliki
hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara sering berlatih. Melatih keterampilan
berbahasa seperti pula melatih keterampilan berpikir.
Bahasa yang digunakan
dalam dunia televisi sangat khas, karena memadukan kata-kata, suara dan gambar
bergerak secara bersama-sama dan seketika. Dalam perspektif komunikasi, berita
memiliki daya tarik tersendirisebagai suatu pesan:
1.
Organisasi pesan
2.
Urutan pesan
3.
Gaya pesan
4.
Daya tarik pesan
Organisasi pesan adalah
bagaimanan cara mengorganisasikan pesan yang akan disampaikan oleh televisi.
Asep Kusnawan dalam (Komunikasi Penyiaran Islam, 2004: 73-85).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan sains dan teknologi pada saat ini diakui
begitu cepat. Kecepatanya bahkan melebihi kemampuan manusia dalam menyesuaikan
diri dengan dampak sains dan teknologi itu sendiri. Salah satu kemajuan yang
begitu pesat pada saat ini sebagai implikasi dari moderenisasi yang ditopang
oleh perangkat utamanya yaitu ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam dunia
informasi.
Dizaman sekarang ini dakwah tidak hanya cukup
disampaikan dengan lisan belaka, yang aktivitasnya hanya dilakukan dari mimbar
kemimbar tanpa bantuan alat-alat modern yang sekarang terkenal dengan sebutan
alat-alat komunikasi massa. Sehingga dalam perjalanan menggapai tujuan tabligh,
tentunya, perlu suatu media sebagai perantara untuk menyampaikan pesan kepada
mad’u yang homogen maupun heterogen.
Semua media esensialnya adalah mempermudah aktifitas
dalam bidang dakwah. Media yang telah banyak bermunculan saat ini memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada yang memliki kecangihan yang luar
biasa, tetapi tetap saja memiliki titik lemah sehingga segala kemungkinan akan
tetap bisa terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Sam Abede Pareno, Kuliah Komunikasi Pengantar dan
Praktek: 2002, Surabaya: Papyrus.
Ahmad Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer: 2006,
Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer:
2000, Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Asep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam: 2004,
Benag Merah Press, Bandung.
Muhamad Mufidh, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran:
2005, Fajar Interpratama Offset, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar