BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Antropologi sebagai salah satu cabang ilmu
sosial mempunyai bidang kajian sendiri yang dapat dibedakan dengan ilmu sosial
lainnya, seperti sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu politik, kriminologi dan
lain-lainnya. Antropologi juga dapat dikelompokkan ke dalam cabang ilmu
humaniora karena kajiannya yang terfokus kepada manusia dan kebudayaannya.
Sebagaimana sudah dijelaskan bahwa, secara umum dapat dikatakan antropologi
merupakan ilmu yang mempelajari manusia dari segi keragaman fisiknya,
masyarakatnya, dan kebudayaannya. Seperti yang pernah diungkapkan
Koentjaraningrat bahwa ruang lingkup dan dasar antropologi belum mencapai
kemantapan dan bentuk umum yang seragam di semua pusat ilmiah di dunia.
Menurutnya, cara terbaik untuk mencapai
pengertian akan hal itu adalah dengan mempelajari ilmu-ilmu yang menjadi
pangkal dari antropologi, dan bagaimana garis besar proses perkembangan yang
mengintegrasikan ilmu-ilmu pangkal tadi, serta mempelajari bagaimana
penerapannya di beberapa negara yang berbeda. Konsentrasi Antropologi menurut
Koentjaraningrat:
1.Sejarah terjadinya dan perkembangan manusia
sebagai mahlu ksosial
2.Sejarah terjadinya aneka warna perbedaan ciri-
ciri fisik manusia
3.Penyebaran dan perbedaan bahasa manusia
4.Perkembangan & penyebaran kebudayaan
manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian antroplogi
Antroplogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu anthropos yang berarti
manusia, dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari menusia
sebagai makhluk biologis, sekaligus makhluk sosial. Ada beberapa pengertian
mengenai antropologi, yaitu sebagai berikut:
a)
Antropologi merupakan
salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari budaya masyarakat etnis
tertentu, yang berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa dengan melihat
ciri-ciri fisik, adat istiadat, dan budaya yang berbeda yang dikenal Eropa.
b) Antropologi lebih memusatkan pada penduduk sebagai masyarakat tunggal,
yaitu kesatuan masyarakat yang tinggal di daerah yang sama. Antropologi hampir
identik dengan sosiologi. Akan tetapi, sosiologi menitikneratkan pada
masyarakat dan kehidupan sosialnya, sedangkan antropologi menitikberatkan pada
unsure budaya, pola piker, dan pola kehidupannya.
c) William A. Havilland (1998:6) mengatakan bahwa antropologi adalah studi
mengenai umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat
tentang manusia dan perilakunya, serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap
tentang keragaman manusia.
d) David Hunter (1979:9) mengatakan bahwa antropologi adalah ilmu yang muncul
dari keingintahuan yang tidak terbatas mengenai umat manusia.
e)
Koentjaraningrat
mengatakan bahwa antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umummnya dengan mempelajari berbagai warna, bentuk fisik, masyarakat serta
kebudayaan yang dihasilkan (Koentjaningrat, 1989:13).
Dari semua pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa antropologi adalah
ilmu yang mempelajari manusia dari segi keragaman fisik serta kebudayaan
(cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, dan nilai-nilai) yang dihasilkan,
sehingga setiap manusia satu dengan lainnya berbeda. Antroplogi mempelajari
seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan manusia, pada masa dahulu hingga masa
sekarang, sebagai fenomena yang terjadi di tengah kehidupan kultural masyarakat
dewasa ini.
B. Teori Teori Dalam
Antropologi
a)
Teori Evolusi Deterministrik
Adalah
teori tertua dan dikembangkan oleh 2 tokoh pertama dalam antropologi, ialah
Edward Burnet Tylor (1832-1917) dan Lewis henry Morgan (1818-1889). Teori ini
berangkat dari anggapan bahwa ada suatu hukum (aturan) universal yang
mengendalikan perkembangan semua kebudayaan manusia.
b)
Teori Difusi
Perkembangan sejarah unsur-unsur kebudayaan manusia di awali oleh seorang
sarjana bernama F. Ratzel (1844-1904). Dia adalah seorang sarjana Ilmu hayat merangkap
ilmu bumi, yang memberiakn suatu anggapan bahwa Kebudayaan manusia itu
pangkalnya satu, dan di satu tempat yang tertentu, yaitu pada waktu makhluk
manusia baru saja muncul di dunia ini. Kemudian, kebudayaan induk itu
berkembang, menyebar, dan pecah ke dalam banyak kebudayaan baru, karena
pengaruh keadaan lingkungan dan waktu. Dalam proses pemecahan itu bangsa-bangsa
pemangku kebudayaan-kebudayaan baru tadi tidak tetap tinggal terpisah.
Sepanjang masa di muka bumi ini senantiasa terjadi gerak perpindahan
bangsa-bangsa yang saling berhubungan serta pengaruh mempengaruhi.
c)
Teori Fungsionalisme
Teori ini dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942) yang selama Perang
Dunia II mengisolir diri bersama penduduk asli pulau Trobrian untuk mempelajari
cara hidup mereka dengan jalan melakukan observasi berperanserta (participant
observation). Ia mengajukan teori fungsionalisme, yang berasumsi bahwa semua
unsur kebudayaan merupakan bagian-bagian yang berguna bagi masyarakat di mana
unsur-unsur tersebut terdapat.
C. Metode Yang Di Pakai
Dalm Kajian Antropologi
1. Pengumpulan
Fakta. Untuk antropologi-budaya,
tingkat ini adalah pengumpulan fakta mengenai kejadian dan gejala masyarakat
dan kebudayaan untuk pengolahan secara ilmiah. Dalam kenyataan, aktivitas
pengumpulan fakta di sini terdiri dari berbagai metode mengobservasi, mencata,
mengolah, dan melukis fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat yang hidup.
2. Penentuan
Ciri-ciri Umum dan Sistem. Hal ini adalah tingkat dalam cara berpikir ilmiah
yang bertujuan untuk menentukan ciri-ciri umum dan sistem dalam himpunan fakta
yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. Tingkat dalam proses berpikir secara
ilmiah dalam rangka ilmu antropologi ini, menimbulkan metode-metode yang hendak
mencari ciri-ciri yang sama, yang umum, dalam aneka warna fakta dalam kehidupan
masyarakat dan kebudayaan umat manusia. Proses berpikir di sini berjalan secara
induktif, dari pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa dan fakta-fakta khusus
dan konkret, ke arah konsep-konsep mengenai ciri-ciri umum yang lebih abstra
3.
Verifikasi. Metode-metode untuk melakukan
verifikasi atau pengujian dalam kenyataan terdiri dari cara-cara yang harus
menguji kaidah-kaidah yang telah dirumuskan atau yang harus memperkuat
"pengertian" yang telah dicapai, dalam kenyataan-kenyataan alam atau
dalam masyarakat yang hidup. Di sini proses berpikir berjalan secara deduktif
dari perumusan-perumusan umum, kembali ke arah fakta-fakta yang khusus. Ilmu
antropologi yang mengandung pengetahuan yang lebih banyak berdasarkan
"pengertian" dari pada pengetahuan berdasarkan kaidah, mempergunakan
metode-metode verifikasi yang bersifat kualitatif.
D. Hubungan
antropologi dengan ilmu lain.
1) Hubungan Antara Ilmu
Geologi Dan Antropologi
ilmu geologi
mempelajari ciri serta perubahan lapisan bumi, dibutuhkan oleh subilmu
antropologi untuk menetapkan umur fosil makhluk tersubut, serta artefak-artefak
dan bekas kebudayaan yng digali dalam lapisan bumi.
2) hubungan antara ilmu
paleontologi dan antropologi
paleontologi
sebagai ilmu yang meneliti fosil makhluk zaman dahulu untuk membuat suatu
rekonstruksi tentang proses evolusi bentuk makhluk dari zaman dahulu hingga
sekarang, sangat diperlukan ilmu paleo-antropologi dan prehistori
3) Hubungan antara ilmu
anatomi dan antropologi
antropologi fisik sangat perlu akan ilmu anatomi karena ciri-ciri dari
berbagai bagian kerangka manusia, berbagai bagian tengkorak, dan ciri-ciri dari
bagian tubuh manusia pada umumnya, menjadi objek penelitian yang terpenting
dari seorang ahli antropologi-fisik untuk mendapat pengertian tentang asal mula
dan penyebaran manusia serta hubungan antara ras-ras di dunia.
4) Hubungan antara ilmu
kesehatan masyarakat dan antropologi
ilmu antropologi dapat memberi
metode dan cara untuk segera mengerti dan menyesuaikan diri dengan kebudayaan
dan adat-istiadat lain.
Hubungan
antara ilmu psikiatri dan antropologi, merupakan suatu pengluasan dari hubungan
antara ilmu antropologi dan ilmu psikologi, yang kemudian mendapat fungsi yang
praktis.
5) Hubungan antara ilmu
linguistik dan antropologi
Ilmu linguistik telah berkembangan menjadi suatu ilmu yang berusaha
mengembangkan konsep dan metode untuk mengupas segala macam bentuk bahasa di
dunia. Jadi, dapat dicapai suatu pengertian tentang ciri-ciri dasar dari tiap
bahasa di dunia secara cepat dan mudah.
6) Hubungan antara ilmu
arkeologi dan antropologi
ilmu
arkeologi meneliti sejarah dari kebudayaan kuno dalam zaman purba, sebagai
bahan penelitian menggunakan bekas-bekas bangunan kuno, tetapi prasast atau
buku kuno yang ditulis dalam zaman kebudayaan itu berjaya.
7) Hubungan antara ilmu
sejarah dan antropologi
antropologi memberi bahan prehistori sebagai pangkal bagi tiap penulis
sejarah dari tiap bangsa di dunia. Selain itu, banyak masalah tentang
historigrafi sejarah suatu bangsa dapat dipecahkan dengan metode-metode
antropologi.
8) Hubungan antara ilmu
hukum adat Indonesia dan antropologi
antropologi dianggap penting karena hukum adat bukan merupakan suatu sistem
hukum yang telah diabstraksikan sebagai aturan-aturan dalam kitab
undang-undang, melainkan timbul dan hidup langsung dari masalah perdata yang
berasal dari dalam aktivitas masyarakat.
9) Hubungan antara ilmu
geografi dan antropologi
antropologi adalah satu-satunya ilmu yang mampu menyelami masalah beragam
manusia, maka tentu saja ilmu geografi tidak dapat mengabaikan ilmu
antropologi. Seorang sarjana antropologi juga memerlukan pengertian tentang
geografi, karena banyak masalah kebudayaan manusia yang mempunyai hubungan
dengan keadaan lingkungan alamnya.
E. Manusia diantara makhluk lain
Dipandang dari ilmu biologi manusia
hanya merupakan sebagian kecil dari makhluk yang hidup dimuka bumi ini. Karena
di dunia ini banyak sekali jenis mahluk, seperti yang dikemukakan oleh ilmuan
Carles Darwin manusia merupakan hasil dari proses evolusi biologi. Sebelum
manusia ada di bumi ini yang menghuni bumi awalnya mahluk yang memili satu sel
yang sederhana seperti protozoa. Dalam proses biologi itu terjadi sangat lama
banyak mahluk bentuk makhluk yang sederhana telah kandas da nada yang punah.
Ada juga yang masih bisa hidup sampek sekarang, sedangkan bentuk mahluk baru
yang menduduki dunia ini sekarang hamper menjapai satu juta jenis.
Dalam hal ini manusai tergolong
menjadi makhluk yang menyusui yaitu mamalia atau binatang yang berakal. Dalam
suku mamalia ini terdapat satu suku yaitu suku primata mulai dari kera kecil
sampek manusia digolongkan menjadi satu kelas.
F. Evolusi ciri-ciri biologis pada manusia
Proses mitosis bagi sel itu sama,
tetapi kecuali tampak pada sel-sel gamete, atau sel-sel sex (yaitu sel sperma
laki-laki dan sel telur perempuan). Hal ini terjadi tidak karena pembelahan
kromosom tetapi karena pemisahan ke-46 kromosom menjadi dua golongan A dan A1
yang masing-masing terdiri dari 23 kromosom, dan masuk kedalam dua sel
sex yang berbeda. Saat ini sangat penting karena akan menentukan ciri dari
hasil tertentu dari hasil organisme yang akan masuk yang akan menentukan gen
ayah atau ibu yang lebih dominan ketika terjadi pembuahan dan menghasilkan
keturunan. Ciri yang akan tampak adalah gen yang dominan sedangkan yang resesif
tidak tampak. Proses mitosis bagi semua sel itu sama, kecuali pada sel gamet
dengan demikian jelas bahwa hanya dari sebagian dari ciri-ciri ayah yang secara
kebetulan ada dalam sperma akan membuahi sel telur ibu. Dan hanya dari sebagian
dari ciri-ciri ibu yang secara kebetulan berada dalam sel telur yang akan
dibuahi menjadi bahan oganisme keturunan yang baru. Dari ciri-ciri ayah dan ibu
yang kebetulan dibawa oleh sel kelamin, tidak semua akan tampak dalam organisme
baru tetapi hanya ciri-ciri pada gen yang kuat atau dominan yang tampak,
sedangkan ciri-ciri pada gen yang tidak kuat, atau resesif tidak akan tampak.
Contoh
: ayah secara genotipe mempunyai gen buat rambut keriting dan secara fenotipe
memiliki rambut keriting pula. Ibu secara genotipe maupun fenotipe mempunyai
rambut kejur. Anak secara genotipe mempunyai gen-gen keriting dari ayah dan gen
rambut kejur dari ibu, tetapi karena gen dari rambut keriting lebih dominan
maka anak secara fenotipe mempunyai rambut keriting. Anak menikan dengan
ciri-ciri genotipe yang sama. Cucu-cucu tiap satu diantaranya secara genotipe
mempunyai gen rambut keriting, dan secara fenotipe mempunya rambut keriting.
Tiap-tiap dua diantara empat anaknya mempunyai gen rambut keriting dan gen rambut
kejur, dan secara genotipe mempunya gen rambut kejur, dan secara fenotipe
mempunyai rambut kejur pula.
G. Aneka
Warna Manusia
Orang awam di Eropa pada umumnya tertarik akan sifat yang
aneh dari benda-benda kebudayaan orang Afrika, orang Asia, orang Oseania, atau
orang Indian Ameriak itu. Terdapat tiga pandangan dasar mengenai masyarakat dan
kebudayaan manusia.
Pandangan pertama berdasarkan keyakinan bahwa sifat aneka
warna manusia, baik ragawi maupun rohani, yang tampak dari bahan etnografi dan
etnografikaitu, disebabkan karena mahluk manusia dari sejak awal diciptakan
beraneka warna, atau karena mahluk manusia diturunkan dari beraneka warna
mahluk induk. Berdasarkan cara berpikir itu, terdapat suatu pandangan yang
seringkali disebut polygenesis, yang menganggap bahwa manusia dari ras
kaukasoid dengan kebudayaannya yang berkembang di Eropa Barat itu berasal dari
mahluk induk yang lebih kuat, lebih mampu, dan lebih tinggi daripada manusia
ras lainnya.
H. Klasifikasi beragam ras manusia
Mengenai ras manusia ada banyak
system klasifikasi yang berasal dari sarjana terkenal. Semua klasifikasi itu
masih berdasarkan metode-metode morfologi yang lama karena metode klasifikasi
yang baru berdasarkan frekuensi gen tertentu masih dalam taraf perkembangan.
Seperti pernyataan dari Carolus Linnaeus (1725) yang mempergunakan warna kulit
sebagai ciri terpenting dalam sistemnya.
1.
Ausroloid
Istilah "ras
Australoid" pernah dipakai dulu untuk menunjuk fenotipe umum dari
sebagian besar penghuni bagian selatan India, Sri Lanka, beberapa kelompok di
Asia Tenggara, Papua, kepulauan Melanesia dan Australia. Di Asia Tenggara,
orang Asli di Malaysia dan orang Negrito di Filipina dulu dimasukkan dalam
"ras" tersebut, yang diperkirakan tersebar di seluruh kepulauan Asia
Tenggara.
2.
Mongoloid
a. Asiatic mongoloid (Asia Utara, Asia tenggara, dan Asia Timur)
b. Malayan Mongoloid (Asia Tenggara)
c. American Mongoloid (penduduk asli Amerika Utara dan Selatan dan
orang-orang Eskimo di Amerika Utara).
3.
Caucasoid
a. Nordic (Eropa Utara sekitar
Laut Baltik)
b. Alpine (Eropa tengah dan
timur)
c. Mediteranian (penduduk sekitar Laut Tengah, Armenia, Iran, Arab,
dan Afrika Utara)
d. Indic (Pakistan, India,
Bangladesh, dan Sri Lanka).
4.
Negroid
a. African Negroid (Benua Afrika)
b. Negrito (Afrika Tengah,
Semenanjung Melayu, dan Filipina)
c. Melanesian (Papua, dan Irian
Jaya).
5.
Ras-Ras Khusus
a. Bushman (di daerah gurun
Kalahari di Afrika Selatan)
b. Veddoid (di pedalaman Sri
Lanka dan Sulawesi Selatan)
c. Polynesian (di kepulauan
Mikronesia dan Polinesia)
d. Ainu (di pulau Karafuto
dan Hokkaido di Jepang Utara).
Dalam
hal ini terutama para sarjana memperhatikan ciri-ciri lahir morfologi pada
tubuh individu berbagai bangsa di dunia. Ciri-ciri morfologi yang dalam dalam
praktik merupakan ciri-ciri fenotipe. Untuk membangun ciri-ciri serupa itu
pengetahuan mengenai ciri-ciri genotype amat penting. Ciri-ciri genotype dapat
diketehui pada gen yang tidak dapat diubah oleh pengaruh proses-proses yang
berusaha untuk menghilangkannya.
Berikut klasifikasi yang telah digunakan di dunia
secara umum yaitu berasal dari A.L. Kroeber penggolongan ras-ras yang
terpenting :
6.
Ausroloid
Istilah "ras
Australoid" pernah dipakai dulu untuk menunjuk fenotipe umum dari
sebagian besar penghuni bagian selatan India, Sri Lanka, beberapa kelompok di
Asia Tenggara, Papua, kepulauan Melanesia dan Australia. Di Asia Tenggara,
orang Asli di Malaysia dan orang Negrito di Filipina dulu dimasukkan dalam
"ras" tersebut, yang diperkirakan tersebar di seluruh kepulauan Asia
Tenggara.
7.
Mongoloid
d. Asiatic mongoloid (Asia Utara, Asia tenggara, dan Asia Timur)
e. Malayan Mongoloid (Asia Tenggara)
f. American Mongoloid (penduduk asli Amerika Utara dan Selatan dan
orang-orang Eskimo di Amerika Utara).
8.
Caucasoid
e. Nordic (Eropa Utara sekitar
Laut Baltik)
f. Alpine (Eropa tengah dan
timur)
g. Mediteranian (penduduk sekitar Laut Tengah, Armenia, Iran, Arab,
dan Afrika Utara)
h. Indic (Pakistan, India,
Bangladesh, dan Sri Lanka).
9.
Negroid
d. African Negroid (Benua Afrika)
e. Negrito (Afrika Tengah,
Semenanjung Melayu, dan Filipina)
f. Melanesian (Papua, dan Irian
Jaya).
10. Ras-Ras Khusus
e. Bushman (di daerah gurun
Kalahari di Afrika Selatan)
f. Veddoid (di pedalaman Sri
Lanka dan Sulawesi Selatan)
g. Polynesian (di kepulauan
Mikronesia dan Polinesia)
h. Ainu (di pulau Karafuto
dan Hokkaido di Jepang Utara).
I. Perbedaan manusia dan binatang
Makhluk
manusia adalah makhluk yang hidup dalam kelompok, dan mempunyai organ yang
secara biologis sangat kalah kemampuan fisiknya dengan jenis-jenis hewan
berkelompok lain. Walaupun otak manusia sangat cepat dalam proses pertumbuhan
disbanding dengan mahluk lainnya. Otak manusia yang telah dikembangkan oleh
bahasa, tetapi yang juga mengembangkan bahasa yaitu kemampuan untuk
mengembangkan bahasa-bahasa dan konsep-konsep yang makin lama makin tajam.
Bahasa
tidak hanya membuat manusia dapat belajar mengetahui keadaan sekitar tetapi
juga manusia terlibat di dalamnya. Contoh: manusia mengetahui bahwa gigitan
ular berbisa dapat mengakibatkan kematian, walaupun mungkin manusia ada yang
belum mengalaminya salah satunya. Tetapi karena dengan suatu kontek melihat manusia
lainnya ada yang digigit ular hingga meninggal. Dengan demikian manusia
mengetahuinya dengan adanya cerita dari manusia lain yang menggunakan bahasa
dalam bercerita.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Antropologi
adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal
dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat
istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu
antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih memusatkan pada
penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan
masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi
tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan
sosialnya.
B.
Saran
Antropologi sangat besar peranannya dalam
perkembangan kehidupan manusia sehingga diharapkan kepada kita semua untuk
selalu mengembangkan wawasan dan memperdalam pemahaman tentang kehidupan
masyarakat yang berkaitan dengan antropologi.
DAFTAR
PUSTAKA
Green,
E.C 1986 Practicing Development Anthropology. Boulder and London: Westview
Leonard
Seregar. 2002. Antorpologi dan Konsep Kebudayaan. Universitas Cendrawasih
Press. Jayapura.
Masinambow,
E.K.M (Ed) 1997 Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, Jakarta:
Asosiasi Antropologi Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia.
Rhoades,
R.E 1986 Breaking New Ground: Agricultural Anthropology. Dalam: Green Ed.
Suparlan,
Pasurdi 1995 Antropologi dalam Pembangunan. Jakarta: UI Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar