PENDAHULUAN
Pendidikan usia dini merupakan usaha pemerintah dengan tujuan agar anak-anak
Indonesia memiliki bekal persiapan ketika melanjutkan pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi. Dalam implementasinya, PAUD berfugsi membina, dan menumbuh
kembangkan seluruh potensi anak secara optimal, agar terbentuk perilaku
dan kemampuan dasar yang selaras, serasi,dan seimbang dengan tahap
perkembangannya sehinggga memiliki keesiapan untuk memasuki pendidikan
selanjutnya dalam mewujudkan tujuan nasional. Tujuan pendidikan pada dasarnya
mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik
intelektual, moral, maupun sosial anak agar dapat hidup mandiri sebagai
individu dan maphluk sosial.
Media dalam proses
pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang
pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
Oleh karena itu penggunaan media pembelajaran sangat dianjurkan untuk
mempertinggi kualitas pembelajaran. Contoh dari media pembelajaaran anak usia
dini yang paling efektif dan efisien tepapai menunjukan hasil yang sempurna
adaalah melalui bermain.
Bermain merupakan aktivitas yang paling disukai oleh semua manusia, bukn hanya
manusia, tetapi juga oleh binatang. Sering kita saksikan anak kucing sedang
bermain-main dengan saudaranya atau dengan temannya, demikian halnya dengan
ayam dan burung peliharaan kita, semuanya suka bermain. Dengan demikian,
bermain sebenarnya buakan hanya dunia anak, tetapi dunia kita semua, tidak tua,
tidak muda semuanya suka ermain. Bagi anak usia dini, bermain erupakan kegiatan
yang tidak dapat diisahkan dari setiap langkahnya sehngga semua aktivitasnya
selalu dimulai dan diakhiri dengan bermain.
1.
Apa pentingnya bermain bagi
anak usia dini ?
2.
Apa sajakah jenis- jenis
bermain ?
3.
Bagaimana bermain di
sekolah ?
1.
Memberi pengetahuan tentang
arti pentingnya bermain bagi anak usia dini.
2.
Mengetahui jenis- jenis
bermain.
3.
Memberi informasi bermain
di sekolah.
PEMBAHASAN
Bermain bagia anak usia dini dapat mem pelajari dan belajar banyak
hal, dapat mengenal aturan, bersosialisasi , menempatkan diri, menata emosi,
toleransi, kerjasama, dan menjunjung tinggi sportivitas. Disamping
itu,aktivitas bermain juga dapat mengembangkan kecerdasan mental, spiritual,
bahasa, dan keterampilan motorik anak usia dini. Oleh karena itu, bagi anak
usia dini, tidak adaa hari tanpa bermain, dan bagi mereka merupakan kegiatan
pembelajaran yang sangat penting.
Bermain juga menjadi prinsip pembelajaran di Taman Kanak-Kanak karna bermain
merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak usia dini.
Sebelum sekolah, bermain merupakan cara ilmiah anak untuk menemukan lingkungan,
orang alain dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya bermain menggandung rasa
senang dan lebih mementingkan proses daripada hasilnya.
Bermain sebaagai pendekatan pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan
perkembangan usia dan kemampuan anak didik , sehingga dalam bermain haarus
memperhatikan kematangan dan tahap perkembangan anak didik, alat bermain atau
alat bantu, metode yang diguanakan, waktu dan tempat serta teman bermain.
Melalui kegiatan bermain yang dilakukan anak, guru akan mendapat gambaran
tentang tahap perkembangan dan kemampuan umum mereka.
Berdasarkan berbagai pengamatan terhadap kegiatan anak-anak dalam bermain, dan
berbagai hasil kajian beberapa ahli yang peduli terhadap perkembangan anak,
dapat dikemukakan berbagai jenis bermain yang sering dilakukan oleh anak usia
dini, antara lain adalah bermain sosial, bermain benda, bermain peran dan
bermain sosiodrama.
Dalam bermain sosial,
gurulah yang mengamati cara bermain anak, dan dia akan memperoleh kesan bahwa
partisipasi anak dalam kegiatan bermain dengan teman-teemannya akan menunjukkan
derajat partisipasi yang berbeda. Partern mengelompokan kegiatan bermain berdasarkan
derajat partisipasi seseorang dalam bermain:
a) Unoccupied Play (
tidak peduli) adalah kgiatan bermain ketika anak hanya mengamati kejadian yang
menarik perhatiannya. Jika pendidik melihat anak masih ada pada tahap ini, ajak
ia untuk memperhatikan kegiatan temannya agar muncul keinginan dan semangatnya
untuk bermain.
b) Solitary Play (
bermain soliter) adalah kegiatan bermain yang dilakukan oleh seorang anak, dan
ketika bermain tidak memperhatikan apa yang dilakukan anak lain disekitarnya.
c) Onlooker Play (
bermain sebagai penonton ) adalah bentuk bermain ketika anaak hanya sebagai
penonton saja, anak bermain sendiri sambil melihat anak lain bermain di dalam
ruangan yang sama.
d) Parallel Play (
bermain pararel) dalah kegiatan bermain yang dilakukan sekelompok anak dengan
mengguanakan alat permainan yang sama, tetapi masing-masing bermain
sendiri-sendiri.
akan menunjukan tahapan perkembangan bermain
sosial yang berbeda-beda.
Bermain dengan benda merupakan kegiatan bermain ketika anak dalam bermain menggunakan
atau mempermainkan benda-benda tertentu, dan benda-benda tersebut dapat menjadi
hiburan yang menyenangkan bagi anak yang bermainnya. Oleh karena itu,
lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini harus menyiapkan berbagai permainan,
sekaligus menyediakan benda-benda yang dapat digunakan secara aman dan nyaman
bagi anaak-anak dalam bermain.
Beberapa tipe bermain dengaan benda menurut Piaget ( 1962 ) adalah sebagai
berikut :
a) Bermain praktis adalah bentuk bermain ketika
anak-anak melakukan berbagai kemungkinanmengeksplorasi berbagai objek yaang
digunakan.
b) Bermain simbolik adalah bentuk bermain diman
anak-anak menggunakan imajinasi dalam bermain.
c) Bermain dengan aturan adalah bentuk bermain
yang dapat dilakukan secara optimal apabila syarat-syaarat dalam bermain
dipenuhi dan dipatuhi oleh semua anak yang yang sedang bermain. Syartat-syarat
tersebut, antara lain berkaitan dengan waktu ( time ), tempat ( pleace
), peralatan ( things ), teman ( fellows ), aturan ( rules
).[3]
Pendidikan anak usiaa dini sering dihadapakan oleh berbagai masalah, baik yang
berkaitan dengan bidang pengembangan maupun menyangkut hubungan sosial. Melalui
permain peran, anak dapat mencoba ngeksplorasi hubungan antarmanusia dengan
cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama dapat
mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah.
Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi
dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini membantu anak-anak menemukan makna
dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya. Maka dari itu, melalui
model ini anak-anak diajak untuk belajaar memecahkan masalah pribadi yang
sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman
temannya.
Dalam beberapa hal bermain di ssekolah berbeda dengann bermain di rumah.
Biasanya di sekolah memiliki kesempatan bermain dalam kelompk lebih besr
daripada di rumah. Dalam bermain di sekolah, anak sering sekali mengalami
berbagai gangguan dari teman-temannya sehingga mereka perlu belajar mengatasi
gangguan berikut. Guru juga biasanya lebih sering berusaha melakukan
perencanaan pembelajaran dibandingkan orang tua mereka pada umumnya.
Bermain disekolah dapat membantu perkembangan anak apabila gurru cukup
memberikan waktu, ruang, materidan kegiatan bermain yang tepat. Anak-anak
membutuhkan waktu tertentu untuk mengembangkan keterampilan dalam bermain.
Tersedianya ruang dan materi mainan merupakan prasyarat tumbuhnya bermain yang
produktif.
Sejalan dengan perkembangan usia dan kematangan anak, sedikit demi sedikit
mereka akan mengurangi kegiatan bermain di dalam kelas, bukan karena bosan atau
tidak suka lagi bermain, tetapi mereka mulai berkonsentrasi pada pembelajaran.
Bermain di lembaga-lembaga pendidikan ank usia dini pada umumnya dapat
dilakukan didalam dan diluar ruangan.
1. Bermain di dalam ruangan.
Bermain dalam ruangan biasanya leih sedikit lebih tenangdan ruanganya lebih
luas karena ruangan untuk bermain biasanya dirancang dan ditata sedemikian rupa
sehingga dapat dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan. Pada umumya, setiap
kegiatan bermain biasanya memiliki ruangan dan anak-anak tersendiri.
Dalam rangka memperlancar kegiatan anak dalam bermain, guru harus berusaha
menyegiakan berbagai macam alat dan perlengkapan untuk memperluas ide bermain
anak. Umunya kelas untuk anak usia dini memiliki saranaa bermain dengan
menggunakan meja, kegiatan bermainnya disebut kegiatan meja.
2. Bermain diluar ruangan
Bermain diluar ruangan biasanya lebih banyak menimbulkan suara serta
membutuhkan kekuatan dan lebih semangat. Bermain diluar ruangan membutuhkan
lokasi yang luas untuk anak berlari, melompat dan bersepeda.
Sebaiknya guru menyadari bahwa tempat luaar ruangan kelas tidak terbatas hanaya
untuk mengembangkan otot atau gerakan kasar saja, tetapi dapat diguanakan untuk
berbagai aktivitas yang dilakukan di dalam ruangan.
Sarana dan prasarana bermain dengan mengutamakan perkembangan gerakan kasr
harus ditata sedemikian rupa, sehingga tidak membahayakan anak-anak. Alat-alat
yang digunakan di luar biasanya bersifat menantang, tetapi aman sehingga
terhindar dari perasaan frustasi. Alat-alat yang akan dipergunakan diluar
ruangan harus dicek setiap kali sehingga yakin bahwa keadaan alat-alat dalam
kondisi yang baik.
Bermain bagi anak berkebutuhan khusus ( spesial needs ) membutuhkan pengaturan
lingkungan secara khusus pula sehingga mereka dapat melakukan kegiatan
bermainnya secara efektif. Misalnya, seorang anak yang menggunakan kursi roda
tidak akan mampu bermain balok apabila balok tersebut diletakan dilantai.
Anak yang perkembangannya terlambat, pada umumnya akan bermain seperti anak
yang usianya lebih muda, mereka biasanya tdak mampu bermain bersama anak lain,
dan tidak mampu memainkan kegiatan bermin dengan aturan tertentu. Bahkan
beberapa anak perlu bimbingan khusus dalam aktivitas bermainnya.
Gunsberg dalam Patmonodewo ( 2003 ) , mengemukakan bahwa kegiatan bermain dapat
dimainkan secara berulang-ulang sangat baik untuk anak yang ditelantarkan.
Dengan mempergunakan anat permainan para guru dapat melakukan pendekatan yang
efektif, dengan memerikan respons kepada anak-anak yang diterlantarkan oleh
orang tua mereka, bahkan anak-anak yang terlantarkan akan melakukan kelekataan
dan percaya pada guru.
Anak dengan kebutuhan khusus perlu diperhatikan dengan khusus pula. Agar
perkembangannya sesuai dengan yang diharapkan, inilah kiat yang pas untuk anak
balita berkebutuhan khusus.
a) Ketika bermain bersama, dorong balita untuk
berbicara
b) Gunakan satu mainan pada satu waktu
c) Lantai dapat dipilih untuk tempat bermain
yang aman.
d) Gunakan kata-kata yang nyata sebanyak
mungkin.
Seperti anak normal, anak berkebutuhan khusus juga membutuhkan alat
bermain yang dapat menstimulasi otak dan membantu mereka mengeksplorasi
sekeliling diantaranya:
a) Sindroma down
1. Boneka empuk dan lembut, karena kebutuhan
untuk mendapatkan pelukan atau kehangatan sangat tinggi bagi penyandang
sindroma down
2. Mainan dorong, bisa membantu anak latihan
berjalan dan mendapatkan keseimbangan. Mainan dorong yang bisa berbunyi akan
sekaligus menstimuli pendengarannya
3. Buku sentuh dan rasakan, karena melihat
gambar, menyentuh, merasakan tekstur dan mendengarkan kata-kata saat dibacakan
buku merangsang semua indera anak.
b) Cerebral Palsy
1. Mainan dengan remote control, yang bisa
dioperasikan dengan satu tangan, seperti mobil-mobilan dengan remote control.
2. Puzzle keping besar dilengkapi knop, agar
mudah dipegang, dilepas dan dipasang kembali, baik untuk anak penyandang
cerebral palsy yang memiliki kekakuan di bagian tangan.
E. Masalah gender dalam bermain
Cara bermain pada anak usia dini menunjuksn perbedaan anatara anak laki-laki
dan perempuan. Perbedaan tersebut telah dibawa sejak lahir, atau lebih
ditentuakan secara genetik. Perbedaan tersebut juga disebabkan oleh cara
pengasuhan yang berbesa sejak anak dilahirkan.
Banyak dijumpai, bahwa anak laki-laki lebih banyak bermain secara kasar, leih
aktif dibandingkan cara bermain pada anak perempuan. Anak laki-laki juga
lebih menyukai permainan ayang bersifat petualangan dan perang-peranganyang
disertai unsur perlawan. Sedangkan anak perempuan lebih suka bermain yang alat
permainan dan kegiataan bermain yang lebih bervariasi. Anak perempuan juga
lebih suka bermain secara berkelompok kecil dan lebih sering mempunyai teman
khayalan daripada anak laki-laki. Pada umumnya, dalam permainan anak usia dini
cenderung memilih teman sejenis.
Peran guru disini disarankan untuk tidak membedakan sarana dan kegiatan bermain
antara anak laki-laki dan perempuan. Dengan demikian, anak akan memiliki
peluang yang sama dan luas, baik dalam mengembangkan kegiatan bermaain maupun
keterampilannya sehingga menjadi kesinambungan nilai bermain tersebut baik di
dalam pendidikan maupun di masyarakat lingkungan anak.[10]
Sejalan denagan perkembangan dunia pendidikan dan kebijakan pemerintah
khususnyya dalam pengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) ,
pemerinttah telah mempertegas Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ( SK-KD )
dalam didang pengembangan anak usia dini. Pleh karena itu, guru dituntut untuk
mengembangkan silabus dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP )
secara cermat setiap bidang pengembangan sehingga kegiatan bermain tersebut
mendapat dukungan dari lingkungan sekolah dan bermain dapat mengembangkan dan
mewujudkan kompetensi anak.
Dalam kegiatan bermain di sekolah, baik di kelas maupun luar kelas guru
memiliki peran yang sanagt penting. sedikitnya guru harus mampu
memerankan dirinya sebagai:
a) Sebagai perencana, guru harus mampu membuat
RPP yang diintregrasikan dalam setiap permainan. Guru juga harus merencanakan
pengalaman baru agar anak-anak terdorong untuk mengembangkan minatnya.
b) Sebagai pengamat, guru harus melakukan
pengamatan terhadap setiap kegiatan anak serta mengamati lamanyaa anak
melakukan kegiatan bermain.
c) Sebagai model, guru harus terjun langsung
mengikuti kegiatan bermain yang sedang dilakukan anak-anak sehingga mereka
harus memahami berbagai aturan dari setiap permainan tersebut, serta menghargai
kagiatan bermain dan setiap permainan.
Bermain seraya belajar menekankan pada jenis permainannya. Artinya, ada
jenis-jenis permainan yang tentunya lebih cocok atau bahkan didesain secara
khusus untuk mempermudah anak dalam belajar.
Dengan demikian, permainan yang dimaksud bukan hanya untuk mainan semata,
tetapi peermainan yang dapat menstimulasi minat belajar anak. Oleh karena itu,
jika anak mampu memainkan jenis mainan tertentu secar sempurna, maka anak
tersebut dikatakan berhasi bermain secara belajar.
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa ketika anak sedang bermain, sesungguhnya
mereka sedang belajar. Kareana anak yang bermain adalah anak yang menyerap
berbagai hal baru di sekitarnya. Proses ini disebut montessori sebagai
aktivitas belajar.
Dengan demikian, tekanan pada belajar seraya bermain adalah lebih mengutamakan
belajar daripada bermain. Bermain hanya sebatas sarana dan bukan sebagai
tujuan.
BAB III
PENUTUP
Sejalan dengan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berlangsung sangat peat telah membberikan
pengaruh yang sanagt besar dalam kegiatan dan kebiassaan bermain anak-anak.
Pada saat ini, sebagian besar anak usia dini,, khususnya yang berada di perkotaan
kebanyakan bermain dengan internet dan game watch.
Dalam bermain dengan game watch ini
mereka sering lipa waktu, bahkan lupa makan dan susah mandi. Disini peran guru
dan orang tua sangat diperlukan untuk mengarahkan kegiatan bermain lebih
positif, dan tidak lupa waktu. Setiap guru dan orangtua senantiasa mengikuti
perkembangan bermain anak-anak agar mereka dapat mengarahkan kegiatan
bermain anak secara positif, dan efektif.
Dalam pengumpulan materi pembahasan diatas tentunya kami banyak mengalami
kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu hendaknya pembaca memberikan
tanggapan dan tambahan terhadap makalah kami. Sebelum dan sesudahnya kami
ucapkan terimakasih.
Mulyana. 2012. Manajemen PAUD.
Bandung: Rosda.
Suyadi. 2011. Manajemen PAUD.
Yogyakata: Pustaka Pelajar.
http://www.ayahbunda.co.id/balita-bermain-permainan/mainan-anak-berkebutuhan-khusus
online 17/12/2015 pukul 15:50 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar