Rabu, 07 Juni 2017

MAKALAH PERMAINAN ANAK-ANAK



PENDAHULUAN
            Pendidikan usia dini merupakan usaha pemerintah dengan tujuan agar anak-anak Indonesia memiliki bekal persiapan ketika melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Dalam implementasinya, PAUD berfugsi membina, dan menumbuh kembangkan seluruh potensi  anak secara optimal, agar terbentuk perilaku dan kemampuan dasar yang selaras, serasi,dan seimbang dengan tahap perkembangannya sehinggga memiliki keesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya dalam mewujudkan tujuan nasional. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral, maupun sosial anak agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan maphluk sosial.
            Media dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Oleh karena itu penggunaan media pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pembelajaran. Contoh dari media pembelajaaran anak usia dini yang paling efektif dan efisien tepapai menunjukan hasil yang sempurna adaalah melalui bermain.
            Bermain merupakan aktivitas yang paling disukai oleh semua manusia, bukn hanya manusia, tetapi juga oleh binatang. Sering kita saksikan anak kucing sedang bermain-main dengan saudaranya atau dengan temannya, demikian halnya dengan ayam dan burung peliharaan kita, semuanya suka bermain. Dengan demikian, bermain sebenarnya buakan hanya dunia anak, tetapi dunia kita semua, tidak tua, tidak muda semuanya suka ermain. Bagi anak usia dini, bermain erupakan kegiatan yang tidak dapat diisahkan dari setiap langkahnya sehngga semua aktivitasnya selalu dimulai dan diakhiri dengan bermain.
1.      Apa pentingnya bermain bagi anak usia dini ?
2.      Apa sajakah jenis- jenis bermain ?
3.      Bagaimana bermain di sekolah ?
1.      Memberi pengetahuan tentang arti pentingnya bermain bagi anak usia dini.
2.      Mengetahui jenis- jenis bermain.
3.       Memberi informasi bermain di sekolah.


PEMBAHASAN

            Bermain bagia anak usia dini  dapat mem pelajari  dan belajar banyak hal, dapat mengenal aturan, bersosialisasi , menempatkan diri, menata emosi, toleransi, kerjasama, dan menjunjung tinggi sportivitas. Disamping itu,aktivitas bermain juga dapat mengembangkan kecerdasan mental, spiritual, bahasa, dan keterampilan motorik anak usia dini. Oleh karena itu, bagi anak usia dini, tidak adaa hari tanpa bermain, dan bagi mereka merupakan kegiatan pembelajaran yang sangat penting.
            Bermain juga menjadi prinsip pembelajaran di Taman Kanak-Kanak karna bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak usia dini. Sebelum sekolah, bermain merupakan cara ilmiah anak untuk menemukan lingkungan, orang alain dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya bermain menggandung rasa senang dan lebih mementingkan proses daripada hasilnya.
            Bermain sebaagai pendekatan pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan usia dan kemampuan anak didik , sehingga dalam bermain haarus memperhatikan kematangan dan tahap perkembangan anak didik, alat bermain atau alat bantu, metode yang diguanakan, waktu dan tempat serta teman bermain. Melalui kegiatan bermain yang dilakukan anak, guru akan mendapat gambaran tentang tahap perkembangan dan kemampuan umum mereka.
            Berdasarkan berbagai pengamatan terhadap kegiatan anak-anak dalam bermain, dan berbagai hasil kajian beberapa ahli yang peduli terhadap perkembangan anak, dapat dikemukakan berbagai jenis bermain yang sering dilakukan oleh anak usia dini, antara lain adalah bermain sosial, bermain benda, bermain peran dan bermain sosiodrama.
Dalam bermain sosial, gurulah yang mengamati cara bermain anak, dan dia akan memperoleh kesan bahwa partisipasi anak dalam kegiatan bermain dengan teman-teemannya akan menunjukkan derajat partisipasi yang berbeda. Partern mengelompokan kegiatan bermain berdasarkan derajat partisipasi seseorang dalam bermain:
a)      Unoccupied Play ( tidak peduli) adalah kgiatan bermain ketika anak hanya mengamati kejadian yang menarik perhatiannya. Jika pendidik melihat anak masih ada pada tahap ini, ajak ia untuk memperhatikan kegiatan temannya agar muncul keinginan dan semangatnya untuk bermain.
b)      Solitary Play ( bermain soliter) adalah kegiatan bermain yang dilakukan oleh seorang anak, dan ketika bermain tidak memperhatikan apa yang dilakukan anak lain disekitarnya.
c)      Onlooker Play ( bermain sebagai penonton ) adalah bentuk bermain ketika anaak hanya sebagai penonton saja, anak bermain sendiri sambil melihat anak lain bermain di dalam ruangan yang sama.
d)     Parallel Play ( bermain pararel) dalah kegiatan bermain yang dilakukan sekelompok anak dengan mengguanakan alat permainan yang sama, tetapi masing-masing bermain sendiri-sendiri.
akan menunjukan tahapan perkembangan bermain sosial yang berbeda-beda.
            Bermain dengan benda merupakan kegiatan bermain ketika anak dalam bermain menggunakan atau mempermainkan benda-benda tertentu, dan benda-benda tersebut dapat menjadi hiburan yang menyenangkan bagi anak yang bermainnya. Oleh karena itu, lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini harus menyiapkan berbagai permainan, sekaligus menyediakan benda-benda yang dapat digunakan secara aman dan nyaman bagi anaak-anak dalam bermain.
            Beberapa tipe bermain dengaan benda menurut Piaget ( 1962 ) adalah sebagai berikut :
a)      Bermain praktis adalah bentuk bermain ketika anak-anak melakukan berbagai kemungkinanmengeksplorasi berbagai objek yaang digunakan.
b)      Bermain simbolik adalah bentuk bermain diman anak-anak menggunakan imajinasi dalam bermain.
c)      Bermain dengan aturan adalah bentuk bermain yang dapat dilakukan secara optimal apabila syarat-syaarat dalam bermain dipenuhi dan dipatuhi oleh semua anak yang yang sedang bermain. Syartat-syarat tersebut, antara lain berkaitan dengan waktu ( time ), tempat ( pleace ), peralatan ( things ), teman ( fellows ), aturan ( rules ).[3]
                Pendidikan anak usiaa dini sering dihadapakan oleh berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan bidang pengembangan maupun menyangkut hubungan sosial. Melalui permain peran, anak dapat mencoba ngeksplorasi hubungan antarmanusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah.
            Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini membantu anak-anak menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya. Maka dari itu, melalui model ini anak-anak diajak untuk belajaar memecahkan masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman temannya.

                Dalam beberapa hal bermain di ssekolah berbeda dengann bermain di rumah. Biasanya di sekolah memiliki kesempatan bermain dalam kelompk lebih besr daripada di rumah. Dalam bermain di sekolah, anak sering sekali mengalami berbagai gangguan dari teman-temannya sehingga mereka perlu belajar mengatasi gangguan berikut. Guru juga biasanya lebih sering berusaha melakukan perencanaan pembelajaran dibandingkan orang tua mereka pada umumnya.
            Bermain disekolah dapat membantu perkembangan anak apabila gurru cukup memberikan waktu, ruang, materidan kegiatan bermain yang tepat. Anak-anak membutuhkan waktu tertentu untuk mengembangkan keterampilan dalam bermain. Tersedianya ruang dan materi mainan merupakan prasyarat tumbuhnya bermain yang produktif.
            Sejalan dengan perkembangan usia dan kematangan anak, sedikit demi sedikit mereka akan mengurangi kegiatan bermain di dalam kelas, bukan karena bosan atau tidak suka lagi bermain, tetapi mereka mulai berkonsentrasi pada pembelajaran. Bermain di lembaga-lembaga pendidikan ank usia dini pada umumnya dapat dilakukan didalam dan diluar ruangan.
1.      Bermain di dalam ruangan.
            Bermain dalam ruangan biasanya leih sedikit lebih tenangdan ruanganya lebih luas karena ruangan untuk bermain biasanya dirancang dan ditata sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan. Pada umumya, setiap kegiatan bermain biasanya memiliki ruangan dan anak-anak tersendiri.
            Dalam rangka memperlancar kegiatan anak dalam bermain, guru harus berusaha menyegiakan berbagai macam alat dan perlengkapan untuk memperluas ide bermain anak. Umunya kelas untuk anak usia dini memiliki saranaa bermain dengan menggunakan meja, kegiatan bermainnya disebut kegiatan meja.
2.      Bermain diluar ruangan
            Bermain diluar ruangan biasanya lebih banyak menimbulkan suara serta membutuhkan kekuatan dan lebih semangat. Bermain diluar ruangan membutuhkan lokasi yang luas untuk anak berlari, melompat dan bersepeda.
            Sebaiknya guru menyadari bahwa tempat luaar ruangan kelas tidak terbatas hanaya untuk mengembangkan otot atau gerakan kasar saja, tetapi dapat diguanakan untuk berbagai aktivitas yang dilakukan di dalam ruangan.
            Sarana dan prasarana bermain dengan mengutamakan perkembangan gerakan kasr harus ditata sedemikian rupa, sehingga tidak membahayakan anak-anak. Alat-alat yang digunakan di luar biasanya bersifat menantang, tetapi aman sehingga terhindar dari perasaan frustasi. Alat-alat yang akan dipergunakan diluar ruangan harus dicek setiap kali sehingga yakin bahwa keadaan alat-alat dalam kondisi yang baik.



                Bermain bagi anak berkebutuhan khusus ( spesial needs ) membutuhkan pengaturan lingkungan secara khusus pula sehingga mereka dapat melakukan kegiatan bermainnya secara efektif. Misalnya, seorang anak yang menggunakan kursi roda tidak akan mampu bermain balok apabila balok tersebut diletakan dilantai.
            Anak yang perkembangannya terlambat, pada umumnya akan bermain seperti anak yang usianya lebih muda, mereka biasanya tdak mampu bermain bersama anak lain, dan tidak mampu memainkan kegiatan bermin dengan aturan tertentu. Bahkan beberapa anak perlu bimbingan khusus dalam aktivitas bermainnya.
            Gunsberg dalam Patmonodewo ( 2003 ) , mengemukakan bahwa kegiatan bermain dapat dimainkan secara berulang-ulang sangat baik untuk anak yang ditelantarkan. Dengan mempergunakan anat permainan para guru dapat melakukan pendekatan yang efektif, dengan memerikan respons kepada anak-anak yang diterlantarkan oleh orang tua mereka, bahkan anak-anak yang terlantarkan akan melakukan kelekataan dan percaya pada guru.
            Anak dengan kebutuhan khusus perlu diperhatikan dengan khusus pula. Agar perkembangannya sesuai dengan yang diharapkan, inilah kiat yang pas untuk anak balita berkebutuhan khusus.
a)      Ketika bermain bersama, dorong balita untuk berbicara
b)      Gunakan satu mainan pada satu waktu
c)      Lantai dapat dipilih untuk tempat bermain yang aman.
d)     Gunakan kata-kata yang nyata sebanyak mungkin.

            Seperti  anak normal, anak berkebutuhan khusus juga membutuhkan alat bermain yang dapat menstimulasi otak dan membantu mereka mengeksplorasi sekeliling diantaranya:
a)      Sindroma down
1.      Boneka empuk dan lembut, karena kebutuhan untuk mendapatkan pelukan atau kehangatan sangat tinggi bagi penyandang sindroma down
2.      Mainan dorong, bisa membantu anak latihan berjalan dan mendapatkan keseimbangan. Mainan dorong yang bisa berbunyi akan sekaligus menstimuli pendengarannya
3.      Buku sentuh dan rasakan, karena melihat gambar, menyentuh, merasakan tekstur dan mendengarkan kata-kata saat dibacakan buku merangsang semua indera anak.
b)      Cerebral Palsy
1.      Mainan dengan remote control, yang bisa dioperasikan dengan satu tangan, seperti mobil-mobilan dengan remote control.
2.      Puzzle keping besar dilengkapi knop, agar mudah dipegang, dilepas dan dipasang kembali, baik untuk anak penyandang cerebral palsy yang memiliki kekakuan di bagian tangan. 

E.     Masalah gender dalam bermain
            Cara bermain pada anak usia dini menunjuksn perbedaan anatara anak laki-laki dan perempuan. Perbedaan tersebut telah dibawa sejak lahir, atau lebih ditentuakan secara genetik. Perbedaan tersebut juga disebabkan oleh cara pengasuhan yang berbesa sejak anak dilahirkan.
            Banyak dijumpai, bahwa anak laki-laki lebih banyak bermain secara kasar, leih aktif  dibandingkan cara bermain pada anak perempuan. Anak laki-laki juga lebih menyukai permainan ayang bersifat petualangan dan perang-peranganyang disertai unsur perlawan. Sedangkan anak perempuan lebih suka bermain yang alat permainan dan kegiataan bermain yang lebih bervariasi. Anak perempuan juga lebih suka bermain secara berkelompok kecil dan lebih sering mempunyai teman khayalan daripada anak laki-laki. Pada umumnya, dalam permainan anak usia dini cenderung memilih teman sejenis.
            Peran guru disini disarankan untuk tidak membedakan sarana dan kegiatan bermain antara anak laki-laki dan perempuan. Dengan demikian, anak akan memiliki peluang yang sama dan luas, baik dalam mengembangkan kegiatan bermaain maupun keterampilannya sehingga menjadi kesinambungan nilai bermain tersebut baik di dalam pendidikan maupun di masyarakat lingkungan anak.[10]
            Sejalan denagan perkembangan dunia pendidikan dan kebijakan pemerintah khususnyya dalam pengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) , pemerinttah telah mempertegas Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ( SK-KD ) dalam didang pengembangan anak usia dini. Pleh karena itu, guru dituntut untuk mengembangkan silabus dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) secara cermat setiap bidang pengembangan sehingga kegiatan bermain tersebut mendapat dukungan dari lingkungan sekolah dan bermain dapat mengembangkan dan mewujudkan kompetensi anak.
            Dalam kegiatan bermain di sekolah, baik di kelas maupun luar kelas guru memiliki peran yang sanagt  penting. sedikitnya guru harus mampu memerankan dirinya sebagai:
a)      Sebagai perencana, guru harus mampu membuat RPP yang diintregrasikan dalam setiap permainan. Guru juga harus merencanakan pengalaman baru agar anak-anak terdorong untuk mengembangkan minatnya.
b)      Sebagai pengamat, guru harus melakukan pengamatan terhadap setiap kegiatan anak serta mengamati lamanyaa anak melakukan kegiatan bermain.
c)      Sebagai model, guru harus terjun langsung mengikuti kegiatan bermain yang sedang dilakukan anak-anak sehingga mereka harus memahami berbagai aturan dari setiap permainan tersebut, serta menghargai kagiatan bermain dan setiap permainan.

            Bermain seraya belajar menekankan pada jenis permainannya. Artinya, ada jenis-jenis permainan yang tentunya lebih cocok atau bahkan didesain secara khusus untuk mempermudah anak dalam belajar.
            Dengan demikian, permainan yang dimaksud bukan hanya untuk mainan semata, tetapi peermainan yang dapat menstimulasi minat belajar anak. Oleh karena itu, jika anak mampu memainkan jenis mainan tertentu secar sempurna, maka anak tersebut dikatakan berhasi bermain secara belajar.
            Dalam hal ini dapat dilihat bahwa ketika anak sedang bermain, sesungguhnya mereka sedang belajar. Kareana anak yang bermain adalah anak yang menyerap berbagai hal baru di sekitarnya. Proses ini disebut montessori sebagai aktivitas belajar.
            Dengan demikian, tekanan pada belajar seraya bermain adalah lebih mengutamakan belajar daripada bermain. Bermain hanya sebatas sarana dan bukan sebagai tujuan.





















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sejalan dengan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlangsung sangat peat telah membberikan pengaruh yang sanagt besar dalam kegiatan dan kebiassaan bermain anak-anak. Pada saat ini, sebagian besar anak usia dini,, khususnya yang berada di perkotaan kebanyakan bermain dengan internet dan game watch.
Dalam bermain dengan game watch ini mereka sering lipa waktu, bahkan lupa makan dan susah mandi. Disini peran guru dan orang tua sangat diperlukan untuk mengarahkan kegiatan bermain lebih positif, dan tidak lupa waktu. Setiap guru dan orangtua senantiasa mengikuti perkembangan bermain anak-anak agar  mereka dapat mengarahkan kegiatan bermain anak secara positif, dan efektif.
            Dalam pengumpulan materi pembahasan diatas tentunya kami banyak mengalami kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu hendaknya pembaca memberikan tanggapan dan tambahan terhadap makalah kami. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan  terimakasih.




Mulyana. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: Rosda.
Suyadi. 2011. Manajemen PAUD. Yogyakata: Pustaka Pelajar.
http://www.ayahbunda.co.id/balita-bermain-permainan/mainan-anak-berkebutuhan-khusus
online  17/12/2015  pukul 15:50 WIB



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum mempunyai tujuan dan sas...