Rabu, 07 Juni 2017

MAKALAH KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan teknologi komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan teknologi telah mengantarkan umat manusia semakin mudah untuk berhubungan antar satu dengan yang lainnya, Berbagai informasi dan peristiwa yang terjadi dibelahan dunia secara cepat dapat diketahui oleh manusia pada benua yang lain. Era globalisasi yang ditandai dengan semakin majunya teknologi komunikasi juga disebut era informasi.
Terdorong oleh nalurinya sebagai homo sapiens (makhluik berpikir), maka manusia selalu cenderung untuk berpikir dan melakukan perenungan. Kecenderungan tersebut merupakan motivasi yang lahir dari keingina-keinginan untuk menata kehidupan yang lebih baik secara dinamis dalam menyikapi statusnya sebagai makhluk yang mempunyai kecenderungan bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial , manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini kemudian memaksa manusia ingin berkomunikasi.
Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangisannya yang pertama kali saat lahir adalah suatu tansa komunikasi. Dimana dalam kehidupan sehari-hari disadari bahwa komunikasi nerupakan bagian dari kehidupan manusia. Termasuk untuk menjalin hubungan kemanusiaan yang baik dan harmonis antara sesama manusia dibutuhkan saling pengertian antara manusia, dalam hal ini faktor yang paling menentukan nadalh faktor komunikasi.
Terkait dengan permasalahan komunikasi tersebut, pada dasarnya Al-Qur’an sudah menyuguhkan komunikasi yang efektif sebagai sebuah prinsip-prinsip dasar yang baik. Dimana didalamnya akan ditemukan pola komunikasi yang dapat yang dapat diterapkan dalam proses komunikasi modern, seperti qaulan sakila, qaulna karima, qaulna baliga, dan qaulan maisara yang mana prinsip-prinsip ini perlu digali dan dikaji efektivitas penerapannya dalam melakukan komunikasi.
B.     Rumusan Maslah
1.      Pengertian Komunikasi
2.      Ayat-Ayat Al-quran tentang Komunikasi
3.      Hadis-hadis nabi tentang Komunikasi
4.      Perinsip-Perinsip komunikasi dalam islam dan barat
5.      Model komunikasi yang ideal dalam islam dan barat























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi dari bahasa Inggris yaitu “communication” yang berarti : perhubungan, kabar, perkabaran. Istilah tersebut berasal dari bahasa latin yaitu “communicatio” artinya pemberitahuan, memberi bahagian, pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya. Kata sifatnya yaitu communis yang berarti “bersifat umum dan terbuka, bersama-sama”. Sedangkan kata kerjanya adalah “communicara” yang berarti “bermusyawarah”, berunding dan berdialog”.
Komunikasi pada hakekatnya adalah kesamaan makna terhadap apa yang diperbincangkan.Dimana kesamaan bahasa yang digunakan dalam sebuah percakapan belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Artinya komunikasi efektif itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat, dan yang terpenting lagi adalah orang lain bersedia menerima paham atau keyakinan, melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan lain dari hasil komunikasi tersebut.
Sedangkan pengertian komunikasi menurut istilah, beberapa ahli memberikan batasan-batasan sebagai berikut :
1.      James A.F. Stones dalam bukunya yang berjudul Manajemen, menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.
2.      John R. Schemerhorn Cs, dalam bukunya berjuduil Managing Organization Behavior, mengatakan bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai proses antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.
Menurut Onong Uchjana Effendi komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secaraq lisan, ataupun tidak langsung secara media.
Dari pengertian tersebut Onong Uchjana kemudian menyimpulkan tentang komunikasi sebagai berikut :
1.      Pesan (massage)
2.      Pengiriman pesan
3.      Penyampaian pesan
4.      Pemilihan sarana atau media
5.      Penerimaan pesan
Dari beberapa pengertian terebut diatas, dapat dipahami bahwa komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sanagt mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap manusia baik yang primitf maupun modern berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu-individu lainnya yang dengan demikian dapat menetapkan kredibilitasnya dalam melangsungkan kehidupannya.
Selanjutnya Komunikasi efektif dalam Al-Qur’an yang dimaksud dalam makalah ini adalah rumusan-rumusan prinsipil dalam melakukan interaksi atau hubungan dengan orang lain yang telah disinyalir dalam Al-Qur’an.
Pada hakekatnya kehidupan manusia ditandai denga pergaulan diantara manusia dalm keluarga, lingkungan, masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, jenis relasi, mutu interaksi diantara mereka, tetapi juga terletak pada sejauh mana keterlibatan mereka dengan satu sama lainnyadan bagaimana saling mempengaruhi. Dalam hal ini komunikasi bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada mereka, agar apa yang disampaikan atau diterima dapat dimengerti, sehingga dengan demikian komunikasi dapat tercapai.
B.     Komunikasi Efektif Dalam Al-Qur’an
Selama manusia hidup dalam masyarakat, maka selama itu pula komunikasi memegang peranan penting. Al-Qur’an menyebut komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia. Dalam analisa terhadap ayat Al-Qur’an yang memuat masalah komunikasi, ditemukan bahwa Al-Qur’an mempergunakan berbagai kata kunci, diantaranya kata “al-bayan”. Al-Syaukani dalam menjelaskan kata kunci “al-bayan” mengartikannya sebagai kemampuan berkomunikasi. Selain itu, kata kunci yang dipergunakan Al-Qur’an untuk nberkomunikasi adalah “al-qaul”. Dalam mengartikan al-qaul ini Jalaluddin Rahmat menyimpulkan enam prinsip :
1.      Qaulan Sadiida (QS. 33:70)
Kalimat ini mengandung arti pembicaraan yang benar, jujur, konsisten dan terkendali.Ada juga yang menafsirkan qalan sadiida dengan ucapan yang sesuai antara yang lahir dan yang bathin. Termasuk ucapan yang mampu mendamaikan antara orang-orang yang bertikai. Pictalh menerjemahkan kata tersebut dengan lurus, tidak bohong, tidak berbelit-belit. Berdasarkan berbagai penafsiran tersebut, maka yang menjadi prinsip pertama dalam komunikasi persfektif Al-Qur’an adalah berkata yang benar dan menghindari kebohongan, sehingga ucapan yang disampaikan menyejukkan hati yang menjadi sasaran informasi.
Adapun makna “benar dan jujur” ditemukan beberapa makna sebagai berikut :
Pertama, Benar ialah sesuai dengan kriteria kebenaran untuk orang Islam. Ucapan yang benartentu ucapa yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah serta ilmu.Dalam hal ini al-Qur’an mencela orang-orang yang suka membantah dan berdiskusi tanpa mendasari bantahan dan diskusinya dengan petunjuk al-qur’an adn ilmu. Hal tersebut desinyalir dalam Al-Qur’an Surah Luqman ayat 20.
Kedua, Al-Qur’an mengajarkan bahwa salah satu strategi memperbaiki masyarakat ialah membereskan bahasa yang kita pergunakan untuk mengungkapkan realitas, bukan untuk menyembunyikannya.
Selanjutnya Al-Ghazali menyebutkan bahwa hakekat berkata benar adalah digunakan pada enam tempat yaitu kebenaran dalan perkataan, kebenaran dalam niat dan kehendak, kebenaran dalam perbuatan dan kebenaran dalam mewujudkan seluruh ajaran agama. Maka siapa yang memiliki sifat kebenaran dalam semua itu maka ia termasuk kategori orang siddiq. Sebagaimana dala QS. Al-Ahzab : 23

2.      Qaulan Baliighan (QS. Annisa :63).
Kata baligh dari bahasa Arab berarti sampai, mengenai sasaran, atau mencapai tujuan. Apabila dikaitkan dengan qaul (ucapan atau komunikasi), maka baligh berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki. Oleh karena itu, prinsip qaulan baliighan dapat diartikan sebagai prinsip komunikasi yang efektif.
Adapun penjelasan Jalaluddin Rahmat tentang qaulan balighan mencakup 2 hal sebagai berikut :
a.       Qaulan baliighan terjadi bila lomunikator menyentuh khalayknay pada hati dengan sifat-sifat khalayak yang dihadapinya.
b.      Qaulan balighan terjadi bila komunikator menyentuh khalayknya pada hati dan otaknya.
Dengan demikian prinsip qaulan balighan adalah prinsip berkomunikasi secara efektif dan tepat sasaran. Penerapan prinsip ini membutuhkan cara pandang yang bijaksana dari komunikator, maksudnya adalah menyesuaikan isi pesan dengan kondisi masyarakat atau orang yang menjadi sasaran dari informasi yang akan disampaikan. Kondisi yang dimaksudkan baik terkait dengan suasana, tempat, dan kondisi bathin seorang yang menjadi sasaran komunikasi. Karena meskipun isi dari pesan yang akan disampaikan mengandung kebenaran dan bermanfaat bagi orang yang akan disampaikan, tetapi jika disampaikan dengan cara yang kurang efektif, maka akan mengakibatkan gagalnya dari tujuan penyampaian yang dimaksudkan. Sehingga keberhasilan komunikasi sangat tergantung pada efektivitas penyampaian informasi.
3.      Qaulan Maisuran (QS. Al-Isra : 28).
Bermakna ucapan yang lembut, baik dan pantas. Ucapan yang pantas adalah ungkapan-ungkapan yang mempunyai satu arti yaitu keadaan dan sifat hati yang mengandung kaitan antara ilmu dan amal.
Imam Al-Gazhali dalam Ihya Ulumuddin mengatakan bahwa etika yang pantas untuk melakukan hubungan dengan masyarakat, antara lain :


a.       Kasih Sayang (al-Rahiim)
Sifat sayang kepada sesama manusia, terutama diantara manusia yang seagama dipandang tinggi dan digalakkan oleh Islam. Hal ini disebutkan dala QS. Al-Ashr :3.
b.      Benar
Seseorang hendaknya berlaku benar dalam perkataan dan perbuatan. Benar perkataan adalah menyatakan perkara yang benar dan tidak menyembunyikan rahasia kecuali untuk menjaga nama baik seseorang.
Selanjutnya M.Quraish Shihab memberikan komentar bahwa untuk mewujudkanb komunikasi yang baik, seseorang harus selalu berhati-hati, memikirkan dan merenungkan apa yang akan diucapkan.
 Penekanan pada aspek ini karena sering ucapan yang keluar dari mulut seseorang mengakibatkan bencana dan malapetaka besar bagi orang yang mengucapkannya dan bahkan bagi orang lain.Perintah untuk berhati-hati dan selektif dalam mengeluarkan kata-kata disinyalir dan QS. Al-Maidah : 101.
4.      Qaulan Ma’rufan (QS. Annisa : 5)
Dalam prinsip ini terdapat konsep tanggungjawab individu dan kelompok untuk mempersiapkan generasi penerus agar menerima dan mengamalkan ajaran Islam. Prinsip ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah al-Nahl ayat 125. Ayat tersebut menjelaskan tanggungjawab muslim untuk saling membimbing satu sama lain, khususnya individu dan lembaga yang memikul tanggungjawab kepemimpinan dan mengembangkan cita-cita Islam. Ayat ini mengisyaratkan pula bahwa sebuah komunikasi tidak selamanya berjalan dengan mulus, tetapi pasti ada pihak-pihak yang merasa kurang senang dan membangkang dari apa yang dikemukakan.Oleh sebab itu untuk menghadapi sikap seperti itu, hendaknya nasehat dan saran disampaikan dengan cara yang bijaksana.
5.      Qaulan Layyinan (QS. Thaha :44)
Yang dimaksud dengan qaulan layyinan adalah ucapan lembut atau halus sehingga enak meresap ke dalam hati. Dalam menanamkan nilai-nilai, sangat perlu mempergunakan ucapan-ucapan yang lembut. Hal tersebut karena kata-kata yang lembut mampu menyentuh rasa dan kesadaran manusia yang lebih dalam yang letaknya bukan di otak tapi di hati.
6.      Qaulan Kariman (QS.Al-Israa : 23).
Qaulan Kariman adalah ucapan yang halus dan lembut. Komunikasi ini pada dasarnya melipti seluruh prinsip komunikasi efeltif, dimana dalam komunikasi qaulan kariman harus menampakkan sikap jujur, sopan, benar serta bermanfaat baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan berbangsa dan bernegara sehingga melahirkan rahmat dari Allah SWT.
C.    Hadis Nabi Tentang Komunikasi

عن ابى هريرة قال : قال رسول الله ص ( حق المسلم على المسلم ست : اذا لقيته فسلم عليه, و اذا وعد استنصحك فانصحه, و اذا عطس فحمد الله فشمته, و اذا مرض فعده, واذا مات فاتبعه ) رواه مسلم.
Dari Abu Hurairah, ia berkata : telah bersabda Rasulullah SAW : haq atas muslim itu 6 :apabila kau bertemu dia, hendaklah engkau beri salam kepadanya, apabila ia di undangmu hendaklah engkau memperkenankan dia, dan apabila ia minta nasihat, hendaklah engkau menasihati dia, dan apabila ia bersin lalu berkata Alhamdulillah, hendaklah engkau do’akan dia, dan apabila ia sakit, hendaklah engkau merawat dia, dan apabila ia mati, hendaklah engkau turut jenazahnya.”
Diriwayatkan oleh Muslim.
Kalimat haq dalam hadist tersebut adalah suatu tuntutan, atau suatu kepatutan, oleh karena itu bisa dipakai dengan wajib, sunnah, baik, patut, dan sebangsanya, karena memang semua itu dituntut.
Tuntutan dengan keras kita namakan wajib, dan yang tidak keras, kita namakan sunnah, nafi, irsyad, dan lain sebagainya.
Apabila seseorang bersin, lalu ia berkata : Alhamdulillah atau Alhamdulillahirabbil’alamin, hendaklah pendengar berkata : yarhamukallah, dan hendaklah ia membalasnya dengan kata : yahdikumullahu wa yushlihu balakum.
Yarhamukallah : mudah mudahan Allah merahmatimu, sedangkan yahdikumullah berarti : mudah mudahan Allah pimpin kamu. Wa yushlih balakum : dan mudah mudahan ia bereskan urusanmu.
Di dalam hadits itu ada perintah perintah memberikan salam dan lain lainnya. Jika kita hukumkan semua perintah itu wajib, maka niscaya akan jadi terlalu berat. Yaitu wajib bagi tiap tiap muslim untuk memberikan salam kepada tiap tiap muslim yang ia temui. Dan wajib melawat tiap tiap muslim yang sakit. Dan wadib pula untuk ikut tiap tiap jenazah muslim.
Adapun tentang mendatangi undangan, memberi nasihat kepada pemintanya, dan mendo’akan orang orang yang bersin itu tidak kelihatan beratnya, dan dapat dikerjakan dengan tidak terlalu payah atau memaksakan diri.

عن ابي هريرة قال : قال رسول الله ص : من احب ان يبسط له في رزقه, و ان ينسا له في اثره, فليصل رحمه. احبره البخاري.
- Dari Abi Hurairah, ia berkata : telah bersabda rasulullah saw : ‘barang siapa yang ingin diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menghubungi keluarganya.
Dikeluarkan oleh bukhori.
Allah akan melapangkan dan meluaskan rizqi seseorang apabila ia sering menyambung tali silaturrahmi antar sesamanya, pada keluarga, kerabat, teman, dan saudara saudaranya.
Dan juga memberikannya umur yang panjang, yang artinya Allah akan memberkahi kehidupannya apabila ia sering bersilaturrahmi kepada sesamanya.
Dengan adanya silatur rahmi, maka komunikasi akan terjaga dengan baik. Dan pesan akan dapat tersampaikan dengan baik dan benar.

عن جبير بن مطعم قال : قال رسول الله ص : لا يدخل الجنة قا طع. يعني قاطع رحم. متفق عله.
- Dari Jubair bin Muth’im, ia berkata : telah bersabda Rasulullah saw : “tidak akan masuk surga seorang pemutus.” Yakni pemutus tali keluarga.
Muttafaqun ‘alaihi.
Barang siapa yang suka memutuskan hubungan yang mengikat mereka dalam suatu hubungan kekeluargaan atau hubungan yang baik lainnya, maka Allah swt akan mengharamkan pintu surga baginya.
Maka sesama ummat muslim khususnya, harus menjaga hubungan antar sesama muslim, dan tidak memutuskan hubungan sesama muslim khususnya.

عن ابي ايوب ان رسول الله ص قال : لا يحل لمسلم اع يهجر اخاه فوق ثلاث ليل : يلتقيان, فيعرض هذا, و يعرض هذا, و خيرهما الذي يبداً باالسلام. متفق عليه.
- Dari Abi Ayyub, bahwasannya Rasulullah saw telah bersabda : “tidak halal bagi seorang muslim tidak damai dengan saudaranya lebih dari tiga malam, yaitu mereka bertemu, lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling, tetapi orang yang paling baik diantara mereka keduanya adalah yang memulai memberi salam.
Muttafaqun ‘alaihi.
Apabila ada orang muslim yang dengan sengaja tidak saling menyapa kepada saudaranya selama lebih dari tiga hari, maka yang terbaik diantaranya adalah yang memulai menyapa kepada saudaranya, karena Allah tidak menyukai hal tersebut.
Komunikasi tidak akan berlangsung dengan baik apabila sesama komunikator dan komunikan tidak memiliki keterpautan dengan tidak saling bertegur sapa. Dan apabila hsl itu terjadi, maka pesan yang seharusnya disampaikan tidak akan tersampaikan dengan baik.

عن ابي ذر قال : قال رسول الله ص : لا تحتقرن من المعروف شيئا, ولو ان تلقى اخاك بوجه طلق. اخرجه مسم.
- Dari Abi Dzarr, ia berkata : telah bersabda rasulullah saw : “ janganlah engkau pandang rendah apa sahaja dari kebaikan, walaupun engkau bertemu dengan saudaramu hanya dengan muka yang manis.”
Dikeluarkan oleh Muslim.
Sebuah komunikasi akan berjalan dengan baik ketika semua yang bersangkutan dapat mengontrol komunikasi tersebut dengan sebaik baiknya. Meskipun hanya dengan wajah yang manis, atau dengan seulas senyum, itu akan memberikan kesan yang baik kepada komunikan atau komunikator.
Maka, wajah yang manis juga diperlukan dalam suatu proses komunikasi, apabila komunikasi dilakukan dengan emosi yang tidak baik, dan juga dengan wajah yang marah, maka komunikasi yang dihasilkan akan menjadi komunikasi yang sangat buruk yang tidak diinginkan sama sekali oleh kedua belah pihak, dan hal tersebut akan memperikan efek yang buruk bagi pesan yang disampaikan serta hubungan anrat komunikan dan komunikator, pesan yang disampaikan akan menjadi pesan yang tersampaikan dengan tidak valid atau bahkan ambigu.

D.    Perisip Komunikasi yang dikembangkanbarat
Teori komunikasi yang dikembangkan Barat lebih menekankan pada aspek empirikal serta mengabaikan aspek normatif dan historikal. Pendekatan seperti ini tentu sangat bersifat prematur. Dalam kaitan itu, Majid Tehranian sebagaimana dikutip Ghani menegaskan bahwa komunikasi haruslah dikembangkan melalui Islamic world view yang selanjutnya menjadi azas pembentukan teori komunikasi Islam.
Kajian komunikasi, meskipun masih relatif baru, tetapi sangat menjadi perhatian dari berbagai kalangan intelektual muslim. Terdapat beberapa tokoh yang serius dalam melakukan pengkajian terhadap komunikasi Islam. Misalnya Ziaduddin Sardar. Dalam tulisannya, Sardar menegaskan bahwa masa depan komunikasi Islam dapat dikembangkan dengan memperhatikan tujuh konsep pokok Islam yang mempunyai kaitan langsung dengan penciptaan dan penyebaran informasi, yakni tauhid (keesaan), ‘ilm (ilmu pengetahuan), hikmah (kebijakan), ‘adl (keadilan), ijma’ (konsensus), syura (musyawarah), istislah (kepentingan umum), dan ummah (komunitas muslim sejagad).
Selain Sardar, tokoh lain yang serius mengkaji komunikasi Islam adalah Majid Tehranian. Ia menegaskan bahwa peluang eksistensi komunikasi Islam pada masa depan berangkat dari historis empirikal. Selama abad pertama Islam, tradisi lisan merupakan sarana utama dalam menyebarkan informasi. Dalam perkembangan selanjutnya, dengan segala keunikan komunikasi Islam hadir melalui tiga lembaga utama, yaitu syariah, ulama dan masjid.
Tokoh lain yang terkait dengan kajian komunikasi Islam adalah Hamid Mowlana dalam Jurnal Media, Culture & Society yang berupaya membedakan karakteristik komunikasi Islam dengan komunikasi Barat. Dari tulisan Mowlana terlihat bahwa komunikasi dalam perpektif Barat dipandang sebagai komoditi, bukan moral atau etika. Inilah yang ingin dilahirkan komunikasi Islam, yaitu komunikasi yang berbasis moral dan etika, bukan komoditi kekuasaan an sich.
Ilmuwan Islam dalam konteks Indonesia yang berupaya mengkaji komunikasi Islam adalah Jalaluddin Rakhmat. Dalam tulisannya disebutkan bahwa terdapat beberapa prinsip komunikasi Islam dalam Alquran, seperti terma-terma yang telah dijelaskan di atas. Jalaluddin Rakhmat dianggap sebagai pemikir Islam komtemporer yang turut memberikan kontribusi bagi pengembangan komunikasi Islam. Dalam konteks Sumatera Utara, terdapat Syukur Kholil yang telah menulis beberapa buku kajian komunikasi Islam, meskipun ketenarannya belum setenar tokoh-tokoh awal pada saat mencuatnya kajian komunikasi Islam.
Komunikasi barat dengan Islam memiliki perbedaan dari segi filosofisnya. Komunikasi Islam berlandaskan pada Al quran dan Hadist. Dalam proses komunikasi yang berlangsung Islam selalu menganjurkan umatnya untuk menggunakan komunikasi yang dianjurkan Islam yaitu mengedepankan kemaslahatan dan keadilan serta kejujuran. Berbeda dengan komunikasi barat yang memiliki konsep komunikasi dengan esensi mempengaruhi dan propaganda. Teknik ini terkadang mengabaikan etika untuk mendapatkan keinginan dari komunikator.
Dengan kata lain, semua pesan yang tidak ada larangan untuk menyampaikannya kepada orang lain, maka yang demikian itulah obyek formal komunikasi Islam. Jika demikian, akan sangat berbeda dengan obyek komunikasi Barat yang membuka kran kebebasan untuk menyampaikan pesan apa saja selama tidak berbenturan dengan kepentingan individu lain.

E.     Model Komunikasi Yang Ideal
Efektifitas komunikasi menyangkut kontak sosial manusia dalam masyarakat. Ini berarti, kontak dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Kontak yang paling menonjol dikaitkan dengan perilaku. Selain itu, masalah yang menonjol dalam proses komunikasi adalah perbandingan antara pesan yang disampaikan dengan pesan yang diterima. Informasi yang disampaikan tidak hanya tergantung kepada jumlah (besar atau kecil) akan tetapi sangat tergantung pada sejauh mana informasi itu dapat dimengerti atau tidak. Tujuannya adalah bagaimana mewujudkan komunikasi yang efektif dan efisien. Dalam perspektif Islam, komunikasi disamping untuk mewujudkan hubungan secara vertical dengan Allah Swt, juga untuk menegakkan komunikasi secara horizontal terhadap sesama manusia.
Komunikasi dengan Allah Swt tercermin melalui ibadah-ibadah fardhu (salat, puasa, zakat dan haji) yang bertujuan untuk membentuk takwa. Sedangkan komunikasi dengan sesama manusia terwujud melalui penekanan hubungan sosial yang disebut muamalah, yang tercermin dalam semua aspek kehidupan manusia, seperti sosial, budaya, politik, ekonomi, seni dan sebagainya. Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam. Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Setelah penulis memaparkan tentang komunikasi efektif dalam alqur’an maka berikut ini beberapa kesimpulan yang dapat penulis kemukakan :
  1. Komunikasi adalah sebuah aktivitas yang senantiasa kita lakukan baik dirumah, dikampus, dikantor, dimesjid, dan lain-lain. Oleh karena itu dalam proses komunikasi harus memegang prinsip komunikasi yang efektif sehingga apa yang dimaksudkan dapat diterima oleh orang lain.
  2. Komunikasi Menyentuh segala aspek kehidupan manusia, oleh karena itu dalam pelaksanaannya membutuhkan sikap yang sopan, jujur, benar, lembut sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak atau masyarakat.
  3. Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia yang sangat urgen sifatnya, sebab dalam perjalanan hidupnya manusia tidak lepas dari interaksi dengan sesamanya. Proses hubungan ini membutuhkan cara-cara yang efektif demi terciptanya komunikasi yang berdayaguna dan berhasilguna.









Daftar Pustaka
Hassan A, Tarjamah Bulughul maram, Diponegoro, Bandung, 2002.
Ujang Saefullah, Kapita Selekta Komunikasi: Pendekatan Budaya dan Agama, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2013), h
http://www.kompasiana.com/faisalwibowo/komunikasi-dalam-perspektif-islam_550fdacc813311ae33bc61a2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum mempunyai tujuan dan sas...