BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perkembangan teknologi komunikasi mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Kemajuan teknologi telah mengantarkan umat manusia semakin mudah
untuk berhubungan antar satu dengan yang lainnya, Berbagai informasi dan
peristiwa yang terjadi dibelahan dunia secara cepat dapat diketahui oleh
manusia pada benua yang lain. Era globalisasi yang ditandai dengan semakin
majunya teknologi komunikasi juga disebut era informasi.
Terdorong oleh nalurinya sebagai homo sapiens (makhluik
berpikir), maka manusia selalu cenderung untuk berpikir dan melakukan
perenungan. Kecenderungan tersebut merupakan motivasi yang lahir dari
keingina-keinginan untuk menata kehidupan yang lebih baik secara dinamis dalam
menyikapi statusnya sebagai makhluk yang mempunyai kecenderungan bermasyarakat.
Sebagai makhluk sosial , manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia
lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa
yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini kemudian memaksa manusia ingin
berkomunikasi.
Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan
lingkungannya. Gerak dan tangisannya yang pertama kali saat lahir adalah suatu
tansa komunikasi. Dimana dalam kehidupan sehari-hari disadari bahwa komunikasi
nerupakan bagian dari kehidupan manusia. Termasuk untuk menjalin hubungan
kemanusiaan yang baik dan harmonis antara sesama manusia dibutuhkan saling
pengertian antara manusia, dalam hal ini faktor yang paling menentukan nadalh
faktor komunikasi.
Terkait dengan permasalahan komunikasi tersebut, pada
dasarnya Al-Qur’an sudah menyuguhkan komunikasi yang efektif sebagai sebuah
prinsip-prinsip dasar yang baik. Dimana didalamnya akan ditemukan pola
komunikasi yang dapat yang dapat diterapkan dalam proses komunikasi modern, seperti
qaulan sakila, qaulna karima, qaulna baliga, dan qaulan maisara yang mana
prinsip-prinsip ini perlu digali dan dikaji efektivitas penerapannya dalam
melakukan komunikasi.
B.
Rumusan Maslah
1. Pengertian
Komunikasi
2. Ayat-Ayat
Al-quran tentang Komunikasi
3. Hadis-hadis
nabi tentang Komunikasi
4. Perinsip-Perinsip
komunikasi dalam islam dan barat
5. Model
komunikasi yang ideal dalam islam dan barat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Komunikasi
Istilah komunikasi dari bahasa Inggris yaitu “communication”
yang berarti : perhubungan, kabar, perkabaran. Istilah tersebut berasal dari
bahasa latin yaitu “communicatio” artinya pemberitahuan, memberi
bahagian, pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban
dari pendengarnya. Kata sifatnya yaitu communis yang berarti “bersifat umum dan
terbuka, bersama-sama”. Sedangkan kata kerjanya adalah “communicara” yang
berarti “bermusyawarah”, berunding dan berdialog”.
Komunikasi pada hakekatnya adalah kesamaan makna terhadap
apa yang diperbincangkan.Dimana kesamaan bahasa yang digunakan dalam sebuah
percakapan belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain mengerti
bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu.
Artinya komunikasi efektif itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara
dua pihak yang terlibat, dan yang terpenting lagi adalah orang lain bersedia
menerima paham atau keyakinan, melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan lain
dari hasil komunikasi tersebut.
Sedangkan pengertian komunikasi menurut istilah, beberapa
ahli memberikan batasan-batasan sebagai berikut :
1.
James A.F. Stones dalam bukunya yang berjudul Manajemen,
menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan
pengertian dengan cara pemindahan pesan.
2.
John R. Schemerhorn Cs, dalam bukunya berjuduil Managing
Organization Behavior, mengatakan bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai
proses antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti
bagi kepentingan mereka.
Menurut Onong Uchjana Effendi komunikasi adalah proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau
untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secaraq lisan,
ataupun tidak langsung secara media.
Dari pengertian tersebut Onong Uchjana kemudian menyimpulkan
tentang komunikasi sebagai berikut :
1. Pesan
(massage)
2. Pengiriman
pesan
3. Penyampaian
pesan
4. Pemilihan
sarana atau media
5. Penerimaan
pesan
Dari beberapa pengertian terebut diatas, dapat dipahami
bahwa komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sanagt mendasar dan vital
dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap manusia baik yang
primitf maupun modern berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai
berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap
individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu-individu
lainnya yang dengan demikian dapat menetapkan kredibilitasnya dalam
melangsungkan kehidupannya.
Selanjutnya Komunikasi efektif dalam Al-Qur’an yang dimaksud
dalam makalah ini adalah rumusan-rumusan prinsipil dalam melakukan interaksi
atau hubungan dengan orang lain yang telah disinyalir dalam Al-Qur’an.
Pada
hakekatnya kehidupan manusia ditandai denga pergaulan diantara manusia dalm
keluarga, lingkungan, masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan
sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, jenis
relasi, mutu interaksi diantara mereka, tetapi juga terletak pada sejauh mana
keterlibatan mereka dengan satu sama lainnyadan bagaimana saling mempengaruhi. Dalam
hal ini komunikasi bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada mereka, agar
apa yang disampaikan atau diterima dapat dimengerti, sehingga dengan demikian
komunikasi dapat tercapai.
B.
Komunikasi Efektif Dalam Al-Qur’an
Selama manusia hidup dalam masyarakat, maka selama itu pula komunikasi
memegang peranan penting. Al-Qur’an menyebut komunikasi sebagai salah satu
fitrah manusia. Dalam analisa terhadap ayat Al-Qur’an yang memuat masalah
komunikasi, ditemukan bahwa Al-Qur’an mempergunakan berbagai kata kunci,
diantaranya kata “al-bayan”. Al-Syaukani dalam menjelaskan kata kunci
“al-bayan” mengartikannya sebagai kemampuan berkomunikasi. Selain itu, kata
kunci yang dipergunakan Al-Qur’an untuk nberkomunikasi adalah “al-qaul”. Dalam
mengartikan al-qaul ini Jalaluddin Rahmat menyimpulkan enam prinsip :
1.
Qaulan Sadiida (QS. 33:70)
Kalimat ini mengandung arti pembicaraan yang benar, jujur,
konsisten dan terkendali.Ada juga yang menafsirkan qalan sadiida dengan ucapan
yang sesuai antara yang lahir dan yang bathin. Termasuk ucapan yang mampu
mendamaikan antara orang-orang yang bertikai. Pictalh menerjemahkan kata
tersebut dengan lurus, tidak bohong, tidak berbelit-belit. Berdasarkan berbagai
penafsiran tersebut, maka yang menjadi prinsip pertama dalam komunikasi
persfektif Al-Qur’an adalah berkata yang benar dan menghindari kebohongan, sehingga
ucapan yang disampaikan menyejukkan hati yang menjadi sasaran informasi.
Adapun makna “benar dan jujur” ditemukan beberapa makna
sebagai berikut :
Pertama, Benar ialah sesuai dengan kriteria kebenaran untuk
orang Islam. Ucapan yang benartentu ucapa yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an
dan Sunnah serta ilmu.Dalam hal ini al-Qur’an mencela orang-orang yang suka
membantah dan berdiskusi tanpa mendasari bantahan dan diskusinya dengan
petunjuk al-qur’an adn ilmu. Hal tersebut desinyalir dalam Al-Qur’an Surah
Luqman ayat 20.
Kedua, Al-Qur’an mengajarkan bahwa salah satu strategi
memperbaiki masyarakat ialah membereskan bahasa yang kita pergunakan untuk
mengungkapkan realitas, bukan untuk menyembunyikannya.
Selanjutnya
Al-Ghazali menyebutkan bahwa hakekat berkata benar adalah digunakan pada enam
tempat yaitu kebenaran dalan perkataan, kebenaran dalam niat dan kehendak,
kebenaran dalam perbuatan dan kebenaran dalam mewujudkan seluruh ajaran agama.
Maka siapa yang memiliki sifat kebenaran dalam semua itu maka ia termasuk
kategori orang siddiq. Sebagaimana dala QS. Al-Ahzab : 23
2.
Qaulan Baliighan (QS. Annisa :63).
Kata baligh dari bahasa Arab berarti sampai, mengenai
sasaran, atau mencapai tujuan. Apabila dikaitkan dengan qaul (ucapan atau
komunikasi), maka baligh berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat
mengungkapkan apa yang dikehendaki. Oleh karena itu, prinsip qaulan baliighan
dapat diartikan sebagai prinsip komunikasi yang efektif.
Adapun
penjelasan Jalaluddin Rahmat tentang qaulan balighan mencakup 2 hal sebagai
berikut :
a.
Qaulan baliighan terjadi bila lomunikator menyentuh
khalayknay pada hati dengan sifat-sifat khalayak yang dihadapinya.
b.
Qaulan balighan terjadi bila komunikator menyentuh
khalayknya pada hati dan otaknya.
Dengan demikian prinsip qaulan balighan adalah prinsip
berkomunikasi secara efektif dan tepat sasaran. Penerapan prinsip ini
membutuhkan cara pandang yang bijaksana dari komunikator, maksudnya adalah
menyesuaikan isi pesan dengan kondisi masyarakat atau orang yang menjadi
sasaran dari informasi yang akan disampaikan. Kondisi yang dimaksudkan baik
terkait dengan suasana, tempat, dan kondisi bathin seorang yang menjadi sasaran
komunikasi. Karena meskipun isi dari pesan yang akan disampaikan mengandung
kebenaran dan bermanfaat bagi orang yang akan disampaikan, tetapi jika
disampaikan dengan cara yang kurang efektif, maka akan mengakibatkan gagalnya
dari tujuan penyampaian yang dimaksudkan. Sehingga keberhasilan komunikasi
sangat tergantung pada efektivitas penyampaian informasi.
3.
Qaulan Maisuran (QS. Al-Isra : 28).
Bermakna ucapan yang lembut, baik dan pantas. Ucapan yang
pantas adalah ungkapan-ungkapan yang mempunyai satu arti yaitu keadaan dan
sifat hati yang mengandung kaitan antara ilmu dan amal.
Imam
Al-Gazhali dalam Ihya Ulumuddin mengatakan bahwa etika yang pantas untuk
melakukan hubungan dengan masyarakat, antara lain :
a.
Kasih Sayang (al-Rahiim)
Sifat sayang kepada sesama manusia, terutama diantara
manusia yang seagama dipandang tinggi dan digalakkan oleh Islam. Hal ini
disebutkan dala QS. Al-Ashr :3.
b.
Benar
Seseorang hendaknya berlaku benar dalam perkataan dan
perbuatan. Benar perkataan adalah menyatakan perkara yang benar dan tidak
menyembunyikan rahasia kecuali untuk menjaga nama baik seseorang.
Selanjutnya M.Quraish Shihab memberikan komentar bahwa untuk
mewujudkanb komunikasi yang baik, seseorang harus selalu berhati-hati,
memikirkan dan merenungkan apa yang akan diucapkan.
Penekanan pada aspek
ini karena sering ucapan yang keluar dari mulut seseorang mengakibatkan bencana
dan malapetaka besar bagi orang yang mengucapkannya dan bahkan bagi orang
lain.Perintah untuk berhati-hati dan selektif dalam mengeluarkan kata-kata
disinyalir dan QS. Al-Maidah : 101.
4.
Qaulan Ma’rufan (QS. Annisa : 5)
Dalam prinsip ini terdapat konsep tanggungjawab individu dan
kelompok untuk mempersiapkan generasi penerus agar menerima dan mengamalkan
ajaran Islam. Prinsip ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah al-Nahl ayat 125.
Ayat tersebut menjelaskan tanggungjawab muslim untuk saling membimbing satu
sama lain, khususnya individu dan lembaga yang memikul tanggungjawab
kepemimpinan dan mengembangkan cita-cita Islam. Ayat ini mengisyaratkan pula
bahwa sebuah komunikasi tidak selamanya berjalan dengan mulus, tetapi pasti ada
pihak-pihak yang merasa kurang senang dan membangkang dari apa yang
dikemukakan.Oleh sebab itu untuk menghadapi sikap seperti itu, hendaknya
nasehat dan saran disampaikan dengan cara yang bijaksana.
5.
Qaulan Layyinan (QS. Thaha :44)
Yang dimaksud dengan qaulan layyinan adalah ucapan lembut
atau halus sehingga enak meresap ke dalam hati. Dalam menanamkan nilai-nilai,
sangat perlu mempergunakan ucapan-ucapan yang lembut. Hal tersebut karena
kata-kata yang lembut mampu menyentuh rasa dan kesadaran manusia yang lebih
dalam yang letaknya bukan di otak tapi di hati.
6.
Qaulan Kariman (QS.Al-Israa : 23).
Qaulan Kariman adalah ucapan yang halus dan lembut.
Komunikasi ini pada dasarnya melipti seluruh prinsip komunikasi efeltif, dimana
dalam komunikasi qaulan kariman harus menampakkan sikap jujur, sopan, benar
serta bermanfaat baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan berbangsa
dan bernegara sehingga melahirkan rahmat dari Allah SWT.
C.
Hadis Nabi Tentang
Komunikasi
عن ابى هريرة قال : قال رسول الله ص ( حق المسلم على المسلم ست : اذا لقيته فسلم عليه, و اذا وعد استنصحك فانصحه, و اذا عطس فحمد الله فشمته, و اذا مرض فعده, واذا مات فاتبعه ) رواه مسلم.
Dari Abu Hurairah, ia berkata : telah bersabda Rasulullah SAW : haq atas
muslim itu 6 :apabila kau bertemu dia, hendaklah engkau beri salam kepadanya,
apabila ia di undangmu hendaklah engkau memperkenankan dia, dan apabila ia
minta nasihat, hendaklah engkau menasihati dia, dan apabila ia bersin lalu
berkata Alhamdulillah, hendaklah engkau do’akan dia, dan apabila ia sakit,
hendaklah engkau merawat dia, dan apabila ia mati, hendaklah engkau turut
jenazahnya.”
Diriwayatkan oleh Muslim.
Diriwayatkan oleh Muslim.
Kalimat haq dalam hadist tersebut adalah suatu tuntutan, atau suatu
kepatutan, oleh karena itu bisa dipakai dengan wajib, sunnah, baik, patut, dan
sebangsanya, karena memang semua itu dituntut.
Tuntutan dengan keras kita namakan
wajib, dan yang tidak keras, kita namakan sunnah, nafi, irsyad, dan lain
sebagainya.
Apabila seseorang bersin, lalu ia berkata : Alhamdulillah atau Alhamdulillahirabbil’alamin, hendaklah pendengar berkata : yarhamukallah, dan hendaklah ia membalasnya dengan kata : yahdikumullahu wa yushlihu balakum.
Yarhamukallah : mudah mudahan Allah merahmatimu, sedangkan yahdikumullah berarti : mudah mudahan Allah pimpin kamu. Wa yushlih balakum : dan mudah mudahan ia bereskan urusanmu.
Apabila seseorang bersin, lalu ia berkata : Alhamdulillah atau Alhamdulillahirabbil’alamin, hendaklah pendengar berkata : yarhamukallah, dan hendaklah ia membalasnya dengan kata : yahdikumullahu wa yushlihu balakum.
Yarhamukallah : mudah mudahan Allah merahmatimu, sedangkan yahdikumullah berarti : mudah mudahan Allah pimpin kamu. Wa yushlih balakum : dan mudah mudahan ia bereskan urusanmu.
Di dalam hadits itu ada perintah
perintah memberikan salam dan lain lainnya. Jika kita hukumkan semua perintah
itu wajib, maka niscaya akan jadi terlalu berat. Yaitu wajib bagi tiap tiap
muslim untuk memberikan salam kepada tiap tiap muslim yang ia temui. Dan wajib
melawat tiap tiap muslim yang sakit. Dan wadib pula untuk ikut tiap tiap
jenazah muslim.
Adapun tentang mendatangi
undangan, memberi nasihat kepada pemintanya, dan mendo’akan orang orang yang
bersin itu tidak kelihatan beratnya, dan dapat dikerjakan dengan tidak terlalu
payah atau memaksakan diri.
عن ابي هريرة قال : قال رسول الله ص : من احب ان يبسط له في رزقه, و ان ينسا له في اثره, فليصل رحمه. احبره البخاري.
- Dari Abi Hurairah, ia berkata : telah bersabda rasulullah saw : ‘barang siapa yang ingin diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menghubungi keluarganya.
عن ابي هريرة قال : قال رسول الله ص : من احب ان يبسط له في رزقه, و ان ينسا له في اثره, فليصل رحمه. احبره البخاري.
- Dari Abi Hurairah, ia berkata : telah bersabda rasulullah saw : ‘barang siapa yang ingin diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menghubungi keluarganya.
Dikeluarkan oleh bukhori.
Allah akan melapangkan dan
meluaskan rizqi seseorang apabila ia sering menyambung tali silaturrahmi antar
sesamanya, pada keluarga, kerabat, teman, dan saudara saudaranya.
Dan juga memberikannya umur yang
panjang, yang artinya Allah akan memberkahi kehidupannya apabila ia sering
bersilaturrahmi kepada sesamanya.
Dengan adanya silatur rahmi, maka komunikasi akan terjaga dengan baik. Dan pesan akan dapat tersampaikan dengan baik dan benar.
Dengan adanya silatur rahmi, maka komunikasi akan terjaga dengan baik. Dan pesan akan dapat tersampaikan dengan baik dan benar.
عن جبير بن مطعم قال : قال رسول الله ص : لا يدخل الجنة قا طع. يعني قاطع رحم. متفق عله.
- Dari Jubair bin Muth’im, ia berkata : telah bersabda Rasulullah saw : “tidak akan masuk surga seorang pemutus.” Yakni pemutus tali keluarga.
Muttafaqun ‘alaihi.
Barang siapa yang suka memutuskan hubungan yang mengikat mereka dalam suatu
hubungan kekeluargaan atau hubungan yang baik lainnya, maka Allah swt akan mengharamkan
pintu surga baginya.
Maka sesama ummat muslim
khususnya, harus menjaga hubungan antar sesama muslim, dan tidak memutuskan
hubungan sesama muslim khususnya.
عن ابي ايوب ان رسول الله ص قال : لا يحل لمسلم اع يهجر اخاه فوق ثلاث ليل : يلتقيان, فيعرض هذا, و يعرض هذا, و خيرهما الذي يبداً باالسلام. متفق عليه.
عن ابي ايوب ان رسول الله ص قال : لا يحل لمسلم اع يهجر اخاه فوق ثلاث ليل : يلتقيان, فيعرض هذا, و يعرض هذا, و خيرهما الذي يبداً باالسلام. متفق عليه.
- Dari Abi Ayyub, bahwasannya Rasulullah saw telah bersabda : “tidak halal
bagi seorang muslim tidak damai dengan saudaranya lebih dari tiga malam, yaitu
mereka bertemu, lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling, tetapi orang
yang paling baik diantara mereka keduanya adalah yang memulai memberi salam.
Muttafaqun ‘alaihi.
Muttafaqun ‘alaihi.
Apabila ada orang muslim yang dengan sengaja tidak saling menyapa kepada
saudaranya selama lebih dari tiga hari, maka yang terbaik diantaranya adalah
yang memulai menyapa kepada saudaranya, karena Allah tidak menyukai hal
tersebut.
Komunikasi tidak akan berlangsung
dengan baik apabila sesama komunikator dan komunikan tidak memiliki keterpautan
dengan tidak saling bertegur sapa. Dan apabila hsl itu terjadi, maka pesan yang
seharusnya disampaikan tidak akan tersampaikan dengan baik.
عن ابي ذر قال : قال رسول الله ص : لا تحتقرن من المعروف شيئا, ولو ان تلقى اخاك بوجه طلق. اخرجه مسم.
- Dari Abi Dzarr, ia berkata : telah bersabda rasulullah saw : “ janganlah engkau pandang rendah apa sahaja dari kebaikan, walaupun engkau bertemu dengan saudaramu hanya dengan muka yang manis.”
Dikeluarkan oleh Muslim.
Sebuah komunikasi akan berjalan
dengan baik ketika semua yang bersangkutan dapat mengontrol komunikasi tersebut
dengan sebaik baiknya. Meskipun hanya dengan wajah yang manis, atau dengan
seulas senyum, itu akan memberikan kesan yang baik kepada komunikan atau
komunikator.
Maka, wajah yang manis juga diperlukan dalam suatu proses komunikasi, apabila komunikasi dilakukan dengan emosi yang tidak baik, dan juga dengan wajah yang marah, maka komunikasi yang dihasilkan akan menjadi komunikasi yang sangat buruk yang tidak diinginkan sama sekali oleh kedua belah pihak, dan hal tersebut akan memperikan efek yang buruk bagi pesan yang disampaikan serta hubungan anrat komunikan dan komunikator, pesan yang disampaikan akan menjadi pesan yang tersampaikan dengan tidak valid atau bahkan ambigu.
Maka, wajah yang manis juga diperlukan dalam suatu proses komunikasi, apabila komunikasi dilakukan dengan emosi yang tidak baik, dan juga dengan wajah yang marah, maka komunikasi yang dihasilkan akan menjadi komunikasi yang sangat buruk yang tidak diinginkan sama sekali oleh kedua belah pihak, dan hal tersebut akan memperikan efek yang buruk bagi pesan yang disampaikan serta hubungan anrat komunikan dan komunikator, pesan yang disampaikan akan menjadi pesan yang tersampaikan dengan tidak valid atau bahkan ambigu.
D.
Perisip Komunikasi
yang dikembangkanbarat
Teori
komunikasi yang dikembangkan Barat lebih menekankan pada aspek empirikal serta
mengabaikan aspek normatif dan historikal. Pendekatan seperti ini tentu sangat
bersifat prematur. Dalam kaitan itu, Majid Tehranian sebagaimana dikutip Ghani
menegaskan bahwa komunikasi haruslah dikembangkan melalui Islamic world view
yang selanjutnya menjadi azas pembentukan teori komunikasi Islam.
Kajian
komunikasi, meskipun masih relatif baru, tetapi sangat menjadi perhatian dari
berbagai kalangan intelektual muslim. Terdapat beberapa tokoh yang serius dalam
melakukan pengkajian terhadap komunikasi Islam. Misalnya Ziaduddin Sardar.
Dalam tulisannya, Sardar menegaskan bahwa masa depan komunikasi Islam dapat
dikembangkan dengan memperhatikan tujuh konsep pokok Islam yang mempunyai
kaitan langsung dengan penciptaan dan penyebaran informasi, yakni tauhid
(keesaan), ‘ilm (ilmu pengetahuan), hikmah (kebijakan), ‘adl (keadilan), ijma’
(konsensus), syura (musyawarah), istislah (kepentingan umum), dan ummah
(komunitas muslim sejagad).
Selain Sardar,
tokoh lain yang serius mengkaji komunikasi Islam adalah Majid Tehranian. Ia
menegaskan bahwa peluang eksistensi komunikasi Islam pada masa depan berangkat
dari historis empirikal. Selama abad pertama Islam, tradisi lisan merupakan
sarana utama dalam menyebarkan informasi. Dalam perkembangan selanjutnya,
dengan segala keunikan komunikasi Islam hadir melalui tiga lembaga utama, yaitu
syariah, ulama dan masjid.
Tokoh lain yang
terkait dengan kajian komunikasi Islam adalah Hamid Mowlana dalam Jurnal Media,
Culture & Society yang berupaya membedakan karakteristik komunikasi Islam
dengan komunikasi Barat. Dari tulisan Mowlana terlihat bahwa komunikasi dalam
perpektif Barat dipandang sebagai komoditi, bukan moral atau etika. Inilah yang
ingin dilahirkan komunikasi Islam, yaitu komunikasi yang berbasis moral dan
etika, bukan komoditi kekuasaan an sich.
Ilmuwan Islam
dalam konteks Indonesia yang berupaya mengkaji komunikasi Islam adalah
Jalaluddin Rakhmat. Dalam tulisannya disebutkan bahwa terdapat beberapa prinsip
komunikasi Islam dalam Alquran, seperti terma-terma yang telah dijelaskan di
atas. Jalaluddin Rakhmat dianggap sebagai pemikir Islam komtemporer yang turut
memberikan kontribusi bagi pengembangan komunikasi Islam. Dalam konteks
Sumatera Utara, terdapat Syukur Kholil yang telah menulis beberapa buku kajian
komunikasi Islam, meskipun ketenarannya belum setenar tokoh-tokoh awal pada
saat mencuatnya kajian komunikasi Islam.
Komunikasi
barat dengan Islam memiliki perbedaan dari segi filosofisnya. Komunikasi Islam
berlandaskan pada Al quran dan Hadist. Dalam proses komunikasi yang berlangsung
Islam selalu menganjurkan umatnya untuk menggunakan komunikasi yang dianjurkan
Islam yaitu mengedepankan kemaslahatan dan keadilan serta kejujuran. Berbeda dengan
komunikasi barat yang memiliki konsep komunikasi dengan esensi mempengaruhi dan
propaganda. Teknik ini terkadang mengabaikan etika untuk mendapatkan keinginan
dari komunikator.
Dengan kata
lain, semua pesan yang tidak ada larangan untuk menyampaikannya kepada orang
lain, maka yang demikian itulah obyek formal komunikasi Islam. Jika demikian,
akan sangat berbeda dengan obyek komunikasi Barat yang membuka kran kebebasan
untuk menyampaikan pesan apa saja selama tidak berbenturan dengan kepentingan
individu lain.
E.
Model Komunikasi Yang Ideal
Efektifitas
komunikasi menyangkut kontak sosial manusia dalam masyarakat. Ini berarti,
kontak dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Kontak yang paling menonjol
dikaitkan dengan perilaku. Selain itu, masalah yang menonjol dalam proses
komunikasi adalah perbandingan antara pesan yang disampaikan dengan pesan yang
diterima. Informasi yang disampaikan tidak hanya tergantung kepada jumlah
(besar atau kecil) akan tetapi sangat tergantung pada sejauh mana informasi itu
dapat dimengerti atau tidak. Tujuannya adalah bagaimana mewujudkan komunikasi
yang efektif dan efisien. Dalam perspektif Islam, komunikasi disamping untuk
mewujudkan hubungan secara vertical dengan Allah Swt, juga untuk menegakkan
komunikasi secara horizontal terhadap sesama manusia.
Komunikasi
dengan Allah Swt tercermin melalui ibadah-ibadah fardhu (salat, puasa, zakat
dan haji) yang bertujuan untuk membentuk takwa. Sedangkan komunikasi dengan
sesama manusia terwujud melalui penekanan hubungan sosial yang disebut
muamalah, yang tercermin dalam semua aspek kehidupan manusia, seperti sosial,
budaya, politik, ekonomi, seni dan sebagainya. Soal cara (kaifiyah), dalam
Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan
dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip,
atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam. Kaidah, prinsip, atau etika
komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan
komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan
sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis memaparkan tentang komunikasi efektif dalam
alqur’an maka berikut ini beberapa kesimpulan yang dapat penulis kemukakan :
- Komunikasi adalah sebuah aktivitas yang senantiasa kita lakukan baik dirumah, dikampus, dikantor, dimesjid, dan lain-lain. Oleh karena itu dalam proses komunikasi harus memegang prinsip komunikasi yang efektif sehingga apa yang dimaksudkan dapat diterima oleh orang lain.
- Komunikasi Menyentuh segala aspek kehidupan manusia, oleh karena itu dalam pelaksanaannya membutuhkan sikap yang sopan, jujur, benar, lembut sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak atau masyarakat.
- Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia yang sangat urgen sifatnya, sebab dalam perjalanan hidupnya manusia tidak lepas dari interaksi dengan sesamanya. Proses hubungan ini membutuhkan cara-cara yang efektif demi terciptanya komunikasi yang berdayaguna dan berhasilguna.
Daftar
Pustaka
Hassan A,
Tarjamah Bulughul maram, Diponegoro, Bandung, 2002.
Ujang Saefullah, Kapita
Selekta Komunikasi: Pendekatan Budaya dan Agama, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2013), h
http://www.kompasiana.com/faisalwibowo/komunikasi-dalam-perspektif-islam_550fdacc813311ae33bc61a2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar