BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai seorang
manusia, kita harus mempunyai pegangan yang kuat, juga bisa mengantarkan kita
pada satu tujuan. Danakan membawa kita kejalan lurus, yaitu sebuah agama yang
dijadikan pedoman untuk melaksanakan sesuatu (kehidupan). Dengan dasar-dasar
dan ketentuan dalam sebuah peraturan.Jadi agama sangatlah penting bagi kita.
Berdasarkan keterangan
tersebut agama sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari – hari, dan kita dapat
mengambil suatu kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan
atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun
dan diwariskan oleh suatu generasi kegenerasi dengan tujuan untuk memberi
tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
Sebagai orang beragama,
seharusnya kita memahami agama yang kita anut saat ini. Jangan hanya terbawa
arus, ataupun hanya mengikuti agama ‘bawaan sejak lahir’.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian agama?
2.
Apa Pengertian Agama Samawi dan Pembagiannya?
3.
Bagaimana Ciri-Ciri Agama Samawi?
4.
Bagaimana Silsilah dan Hubungan Antar Agama Samawi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Agama
1.
Secara Etimologi
Mengenai arti agama secara etimologi terdapat
perbedaan pendapat, di antaranya ada yang mengatakan bahwa kata agama berasal
dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua sukukata yaitu “a” berarti “tidak” dan “gama”berarti
“kacau”, jadi artinya tidak kacau.
Kata agama dalam bahasa Indonesia sama dengan“diin”(dari bahasaArab) dalam bahasa
Eropa disebut “religi”,
religion(bahasa Inggris), lareligion
(bahasa Perancis), the religie
(bahasa Belanda), die religion,
(bahasa Jerman). Kata“diin”dalam
bahasa Semit berarti undang-undang (hukum),sedang kata “diin” dalam bahasa Arab berarti menguasi, menundukkan, patuh,
hutang, balasan, kebiasaan. Meskipun terdapat perbedaan makna secara etimologi
antara “diin” dan agama, namun
umumnya kata “diin” sebagai istilah
teknis diterjemahkan dalam pengertian yang sama dengan “agama”.
Kata agama selain disebut dengankata diin dapat juga disebut syara,syari’at/millah.Terkadang syara itu dinamakan juga addiin/millah.Karena hukum itu wajib
dipatuhi, maka di sebut “addin” dan
karena hukum itu dicatat serta dibukukan, dinamakan “millah”.Kemudian karena hukum itu wajib dijalankan, maka dinamakan
syara.
2.
Secara Sosiologi
Adapun Agama dalam
pengertian sosiologi adalah gejalah sosial yang umum dan dimiliki oleh seluruh
masyarakat didunia, tanpa kecuali.Ia merupakan salah satu aspek dalam kehidupan
sosial dan bagian dari sistem sosial suatu masyarakat. Agama juga bisa dilihat
sebagai unsur dari kebudayaan suatu masyarakt disamping unsur – unsur yang
lain, seperti keseniaan, bahasa, sistem mata pencaharian, sistem peralatan, dan
sistem organisasi sosial.
3.
Secara Istilah
(Terminologis)
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu
sebuah aturan yang mengandung sistem kredo(tata keimana/keyakinan) atas adanya
Tuhan, juga merupakan sistem situs (ritual/tata peribadatan) manusia kepada
Tuhan dan juga sebagai sistem norma
(kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan alam)
sesuai dengan keimanan dan tata peribadatan itu.
Menurut Al-Syahrastani, agama adalah kekuatan dan
kepatuhan yang terkadang biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan
(amal perbuatan di akhirat) (M. Ali
YatimAbdullah, 2004:5)
Menurut Prof. Dr. Bouquet mendefinisikan agama adalah
hubungan yang tetap antara diri manusia dengan yang bukan manusia yang bersifat
suci dan supernatural, dan yang bersifat berada dengan sendirinya dan yang
mempunyai kekuasaan absolut yang disebut Tuhan. (Abu Ahmadi,1984:14).
Dari pengertian agama dalam berbagai bentuknya itu
maka terdapat bermacam-macam definisi
agama. Harun Nasution telah mengumpulkan delapan macam definisi agama, yaitu:
1.
Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan
kekuatan gaib yang harus dipatuhi
2.
Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai
manusia
3.
Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang
mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan
yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia
4.
Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan
cara hidup tertentu
5.
Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari suatu
kekuatan gaib
6.
Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang
diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib
7.
Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari
perasaan lemah dan perasaan takutterhadap kekuatan misterius yang terdapat
dalam alam sekitar manusia
8.
Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia
melalui seorang Rasul
B.
Pengertian Agama Samawi dan Pembagiannya
Agama Samawi yaitu Agama yang berdasarkan wahyu allah, misalnya
agama islam dan agama yang pernah dibawa oleh para nabi dan rosul dimasa yang
lalu dan yang masih asli, pengertian agama samawi yaitu agama yang mendapatkan wahyu dari langit (samawi, sama') dan
telah dibekukan wahyunya yang asli adalah berupa kitab suci alqur'an
Dan agama samawi ini
telah menganjurkan untuk beriman kepada allah dan Rosulnya dan juga terdahap
kitab-kitab sebelumnya ( dari para nabi dan rosul). dan kedudukan agama islam
yang mendapatkan wahyu dari allah itu telah diterangkan dalam al qur'an :
$tBur ß,ÏÜZtƒ Ç`tã #“uqolù;$# ÇÌÈ ÷bÎ) uqèd žwÎ) ÖÓórur 4ÓyrqムÇÍÈ
Dan tidaklah diucapkan
Qur'an itu (atau ucapan Nabi) menurut kemauan hawa nafsunya sendiri, yang
ucapannya itu tidak ada lainya kecuali hanyalah wahyu yang disampaikan
kepadanya. (An-Najam ayat 3-4)
1.
Yahudi
Yaitu istilah yang
merujuk kepada sebuah agama atau suku bangsa.Sebagai agama, istilah ini merujuk
kepada umat yang beragama Yahudi.Berdasarkan etnisitas, kata ini merujuk kepada
keturunan Eber (Kejadian 10:21) atau
Yakub, anak Ishak, anak Abraham (Ibrahim) dan Sarah.Etnis Yahudi juga termasuk
Yahudi yang tidak beragama Yahudi tetapi beridentitas Yahudi dari segi
tradisi.Agama Yahudi adalah kombinasi antara agama dan suku bangsa.Kepercayaan
semata-mata dalam agama Yahudi tidak menjadikan seseorang menjadi Yahudi.Di
samping itu, dengan tidak memegang kepada prinsip-prinsip agama Yahudi tidak
menjadikan seorang Yahudi kehilangan status Yahudinya. Tetapi, definisi Yahudi
undang-undang kerajaan Israel tidak termasuk Yahudi yang memeluk agama yang
lain. Yang dibawa oleh Nabi Musa AS
untuk Bani Israel atau Yahudi semula bertauhid suci namun kemudian menyembah
Sapi Emas.
2.
Kristen
Adalah sebuah
kepercayaan yang berdasarkan pada ajaran, hidup, sengsara, wafat dan
kebangkitan Yesus Kristus atau Isa Almasih. Agama kristen ini meyakini Yesus
Kristus adalah Tuhan dan Mesias, juru
selamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Mereka
beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab.Murid-murid Yesus
Kristus pertama kali dipanggil Kristen di Antiokia.Protestan adalah sebuah
mazhab dalam agama Kristen.Mazhab atau denominasi ini muncul setelah protes
Martin Luther pada tahun 1517 dengan 95 dalil nya.Kata Protestan sendiri
diaplikasikan kepada umat Kristen yang menolak ajaran maupun otoritas Gereja
Katolik. Kata Katolik sebenarnya bermakna "universal" atau
"keseluruhan" atau "umum" (dari ajektiva Bahasa Yunani (katholikos) yang menggambarkan sifat
gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus. Kristen muncul pada permulaan
kurang/lebih 2.000 tahun lalu.
3.
Islam
Adalah Agama yang
mengimani satu tuhan, Islam secara bahasa (secara lafaz) memiliki beberapa
makna. Islam terdiri dari huruf dasar (dalam bahasa Arab): "Sin",
"Lam", dan "Mim". Beberapa kata dalam bahasa Arab yang
memiliki huruf dasar yang sama dengan "Islam", memiliki kaitan makna
dengan Islam. Islam secara bahasa adalah :Islamul
wajh (menundukkan wajah), Al istislam(berserah
diri), As salamah (suci bersih), As Salam (selamat dan sejahtera), As Silmu(perdamaian), dan Sullam (tangga, bertahap, atau taddaruj).Secara istilah, Islam berarti
wahyu Allah, diin para nabi dan
rasul, pedoman hidup manusia, hukum-hukum Allah yang ada di dalam Al Qur'an dan
As Sunnah, dan dia merupakan jalan yang lurus, untuk keselamatan dunia dan
akhirat.Islam muncul pada permulaan kurang/lebih 1400 tahun lalu. Nabi Muhammad
saw merupakan pembawa ajaran ketauhidan, Allah swt Yang Maha Esa.
C.
Ciri-Ciri Agama Samawi
Seperti yang telah
dijelaskan, agama samawi disebut juga agama langit (agama wahyu) yaitu agama
yang diturunkan Tuhan dari langit berupa wahyu atau firman-firman-Nya untuk
mengatur kehidupan manusia agar sejahtera di dunia dan akhirat.
Ciri-ciri Agama Samawi,
yaitu :
1.
Agama ini memiliki kitab suci yang otentik (ajarannya
bertahan/asli dari Tuhan)
2.
Mempunyai nabi/rasul yang bertugas menyampaikan dan
menjelaskan lebih lanjut dari wahyu yang diterima
3.
Agama samawi /wahyu dapat dipastikan kelahirannya
4.
Ajarannya serba tetap
5.
Kebenerannya adalah universal yaitu berlaku bagi
setiap manusia, masa, dan keadaan
6.
Ajaran Ketuhanannya adalah monotheisme mutlak (satu
Tuhan)
Berdasarkan fakta yang ada, penganut agama samawi
lebih banyak dibandingkan agama ardhi ataupun agama filosof.Yaitu agama Kristen
sebanyak 2,1 milyar; Islam 1,5 milyar; dan Yahudi 300 juta (Wikipedia). Hal ini menunjukkan bahwa
manusia cenderung kepada ajaran monotheisme mutlak dibandingkan politheisme
berdasarkan filosofi tokoh ataupun perkembangan budaya masyarakat.
Agama samawi memiliki beberapa kitab, yaitu :
1.
Kitab Al Qur’an yaitu kitab yang diturunkan Allah
kepada Nabi Muhammad SAW.
2.
Kitab taurat, yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada
Nabi Musa.
3.
Kitab Injil, yaitu kitab yang diturunkan kepada Nabi
Isa.
4.
Kitab zabur, yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada
Nabi Daud as.
5.
Shuhuf Ibrahim dan Musa, yaitu lembaran yang tertulis
di dalamnya wahyu dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa
Jadi ucapan atau sabda Nabi adalah merupakan wahyu
illahi yang diantaranya melalui malaikat jibril, dan setelah wahyu itu diterima
maka disampaikan oleh Nabi kepada Manusia, dan sebagai muslim diwajibkan
beriman kepada agama samawi sebelumnya seperti kitab taura, injil, zabur yang
disampaikan oleh Allah kepada Nabi-Nabi yang lalu, dan yang asli
D.
Silsilah dan Hubungan
Antar Agama Samawi
Samawi kata sifat dari kata Arab samâ berarti langit. Jadi Agama Samawi
berarti agama ‘langit’,
maksudnya agama yang
berbasis
wahyu ilahiah, agama yang diturunkan
(unzila)
dari ‘langit’ melalui para nabi atau rasul sejak Adam a.s yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti. Atas dasar ini diperlukan
ekstra hati-hati
ketika
mengkalim bahwa
‘agama saya’
adalah satu-satunya agama berbasis wahyu Wallâhu ‘a-lamu bi murâdih (WAB). Sebagian agama sawami diturunkan kepada Nuh a.s
dan Ibrahim serta keturunan-keturunan mereka.
Artikel pendek ini meninjau secara singkat silsilah agama samawi perspektif Al-Qur’an sejauh yang penulis pahami, dengan fokus pada tiga
agama besar
yang merupakan kelanjutan atau siklus wahyu ‘milah Ibrahim’ yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam.
1.
Milah Ibrahim
Banyak teks suci yang menegaskan ajaran tauhid sebagai inti ajaran semua rasul sejak Adam a.s, Nuh a.s
dan
Ibrahim a.s beserta keturunan-keturunan mereka4; semuanya adalah ‘umat yang satu’ (ummatan wâhidah) yang menyampaikan ajaran yang sama (lihat 21:92), sekalipun umat mereka ‘sebagian memperoleh petunjuk, sebagian besar fasik’ (57:26).
Ibrahim
a.s melanjutkan ‘milah’-nya,
agama
hanif, kepada
keturunan- keturunannya yang pada waktunya melahirkan
agama besar dunia yang masih suvive: Yahudi dan Nasrani melalui jalur Ishak a.s dan Ya’kub (Isra’il),
serta Islam melalui jalur
Isma’il. Menarik untuk dicatat bahwa ketika ‘berdebat’ dengan kaum Yahudi dan Nasrani, Muhammad saw diperintahkan untuk mengemukakan
argumen bahwa dirinya meneruskan ajaran agama hanif Ibrahim a.s:
(#qä9$s%ur (#qçRqà2 #·Šqèd ÷rr& 3“t»|ÁtR (#r߉tGöksE 3 ö@è% ö@t/ s'©#ÏB zO¿Ïdºtö/Î) $Zÿ‹ÏZym ( $tBur tb%x. z`ÏB tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÊÌÎÈ
Dan mereka berkata, “Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petujuk.” Katakanlah,“(Tidak!) Tetapi (kami
mengikuti) agama Ibrahim yang lurus dan tidak termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” (2:135).
Narasi ayat itu menegaskan atau mengisyaratkan dua hal: (1)
menegaskan bahwa ajaran Islam yang diajarkan Rasul saw merupakan
kelanjutan
milah Ibrahim, a.s yang otentik, dan (2) mengisyaratkan bahwa mainstream penganut Yahudi maupun Nasrani (Kristen) bukan atau
tidak
sejalan dengan milah Ibrahim sebagaimana dijarakan kepada Ishak a.s dan Ya’kub a.s; WAB. Butir kedua ini ditegaskan lebih lanjut dalam ayat berikutnya :
(#þqä9qè% $¨YtB#uä «!$$Î/ !$tBur tAÌ“Ré& $uZøŠs9Î) !$tBur tAÌ“Ré& #’n<Î) zO¿Ïdºtö/Î) Ÿ@ŠÏè»oÿôœÎ)ur t,»ysó™Î)ur z>qà)÷ètƒur ÅÞ$t6ó™F{$#ur !$tBur u’ÎAré& 4Óy›qãB 4Ó|¤ŠÏãur !$tBur u’ÎAré& šcq–ŠÎ;¨Y9$# `ÏB óOÎgÎn/§‘ Ÿw ä-ÌhxÿçR tû÷üt/ 7‰tnr& óOßg÷YÏiB ß`øtwUur ¼çms9 tbqãKÎ=ó¡ãB ÇÊÌÏÈ
Katakanlah, kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim,
Ismail, Ishak, Ya’kub dan anak cucunya,
dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya”. (2:136)
Dari kutipan ayat di atas jelas bahwa Ibrahim a.s
dan keturunan-keturunanya mengajarkan ajaran yang sama. Dari
kutipan yang sama juga jelas bahwa Ya’kub yang
dikalim sebagai
leluhur
Yahudi
dan Isa
a.s
yang
ajarannya
diklaim sebagai rujukan Nasrani
sebenarnya menyampaikan
ajaran yang tidak berbeda dengan ajaran Ibrahim a.s serta keturunan-keturunannya
WAB. Barangkali inilah
salah satu alsan mengapa Muhammd saw
diperintahkan untuk ‘megajak’ kaum ahli kitab gelar
qur’ani
yang sangat
terhormat bagi kaum Yahudi dan Nasrani untuk kembali kepada
nilai-nilai
kesamaan (kalimatun sawa)
antara akar
tradisi mereka
yang sebenarnya dengan
tradisi kaum
muslimin yang ketika itu tengah dibangun sebagai ‘ahli kitab’ model qur’ani.
ö@è% Ÿ@÷dr'¯»tƒ É=»tGÅ3ø9$# (#öqs9$yès? 4’n<Î) 7pyJÎ=Ÿ2 ¥ä!#uqy™ $uZoY÷t/ ö/ä3uZ÷t/ur žwr& y‰ç7÷ètR žwÎ) ©!$# Ÿwur x8ÎŽô³èS ¾ÏmÎ/ $\«ø‹x© Ÿwur x‹Ï‚Gtƒ $uZàÒ÷èt/ $³Ò÷èt/ $\/$t/ö‘r& `ÏiB Èbrߊ «!$# 4 bÎ*sù (#öq©9uqs? (#qä9qà)sù (#r߉ygô©$# $¯Rr'Î/ šcqßJÎ=ó¡ãB ÇÏÍÈ
Katakanlah (Muhammad) “Wahai Ahli
Kitab! Marilah (kita) kembali kepada satu kalimah (pegangan) yang sama antara kami dan
kamu, bahwa kita tidak menyembah selain
Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain
tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka
katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang muslim” (3:64).
Sebagai catatan, lanjutan ayat dikutip di atas tidak mengakui klaim Yahudi maupun Nasrani yang mengatakan bahwa Ibrahim a.s
adalah pengikut Yahudi atau Nasrani. Argumennya
sederhana: Taurat maupun
Injil datang setelah bukan sebelum
era Ibrahim a.s.
2.
Perbedaan
dalam Penekanan
Uraian bagian terdahulu artikel ini
menegaskan bahwa Yahudi, Nasrani maupun
Islam sebenarnya memiliki akar ajaran yang sama. Dengan perkataan lain, ketiga agama samawi itu
sebenarnya memiliki kesamaan yang dapat dijadikan pegangan
bersama yaitu
ajaran Tauhid.
Tetapi
pada
tingkat sosiologis ketiga agama
itu berbeda dan
Al-Qur’an mendokumentasikan banyak kasus penyimpangan yang dilakukan oleh ahli kitab: Surat Al-Baqarah (2) mengenai kaum Yahudi dan Surat Al-Imran (3)
dan Al-Maidah (5) mengenai kaum Nasrani. Yang mungkin menarik
untuk dicatat
adalah
bahwa Al-Qur’an---
sejauh
yang penulis ketahui---
tidak pernah memberikan
‘pujian’ kepada
kaum Yahudi
tetapi beberapa
kali memuji kaum Nasrani sebagaimana ditemukan dalam dua ayat berikut
:
* ¨by‰ÉftGs9 £‰x©r& Ĩ$¨Y9$# Zourºy‰tã tûïÏ%©#Ïj9 (#qãYtB#uä yŠqßgu‹ø9$# šúïÏ%©!$#ur (#qä.uŽõ°r& ( žcy‰ÉftGs9ur Oßgt/tø%r& Zo¨Šuq¨B z`ƒÏ%©#Ïj9 (#qãYtB#uä šúïÏ%©!$# (#þqä9$s% $¯RÎ) 3“t»|ÁtR 4 šÏ9ºsŒ ¨br'Î/ óOßg÷YÏB šúüÅ¡‹Åb¡Ï% $ZR$t7÷dâ‘ur óOßg¯Rr&ur Ÿw tbrçŽÉ9ò6tGó¡tƒ ÇÑËÈ #sŒÎ)ur (#qãèÏJy™ !$tB tAÌ“Ré& ’n<Î) ÉAqß™§9$# #“ts? óOßguZãŠôãr& âÙ‹Ïÿs? šÆÏB ÆìøB¤$!$# $£JÏB (#qèùztä z`ÏB Èd,ysø9$# ( tbqä9qà)tƒ !$uZ/u‘ $¨YtB#uä $uZö;çGø.$$sù yìtB tûïωÎg»¤±9$# ÇÑÌÈ
Pasti akan
kamu
dapati orang yang paling keras permusuhannya
terhadap orang-orang
beriman,
ialah orang-orang Yahudi
dan orang- orang musyrik. Dan pasti akan kamu dapati orang-orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang beriman ialah orang-orang
yang berkata, “Sesungguhnya kami adalah
orang Nasrani”. Yang demikian itu
karena di antara mereka terdapat para rahib, (juga) karena mereka tidak menyombongkan diri
Dan apabila mereka mendengarkan apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul
(Muhammad), kamu lihat
mata
mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran yang telah
mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri), seraya berkata “Ya
Tuhan, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang
menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad) (5:82-83)
Di dalam 57 (27) pengikut Isa a.s dipuji sebagai kelompok orang yang memiliki rasa santun dan kasih sayang (ra’fah dan rahmah) tetapi juga mengkritik sikap rahbaniyah (tidak beristri
atau bersuami
dan
mengurung
diri dalam
biara)” yang
dinilai
mengada-ada. Tertelepas dari itu, ayat itu menegaskan sebagian pengikut Isa a.s memperoleh pahala ‘dan banyak di antara mereka yang fasik”.
Pertanyaan yang mungkin menarik untuk dijawab adalah kenapa ketiga
agama samawi itu berbeda (sekalipun memiliki akar tradisi yang sama). Jawaban hakiki untuk pertanyaan ini merupakan salah satu rahasia Allah swt yang bukan urusan kita sebagaimana tersirat dalam banyak teks suci antara lain 2(141).
Di luar dalil naqliah ini
mungkin menarik untuk disimak ide-ide Schuon
(2000) mengenai perbedaan tradisi ketiga agama samawi ini. Ide dasar Schuon adalah bahwa ajaran Ibrahim a.s, Musa a.s dan Isa a.s sebenarnya lengkap dalam arti mencakup semua unsur ISLAM (dengan huruf besar semua) sebagaimana diungkapkan dalam hadis
Jibril yang terkenal yaitu al- iman (Faith), al-islam (Law) dan al-ihsan (Way). Yang berbeda dalam ketiga ajaran itu adalah dalam penekanan atau aksentuasi. Dalam ajaran Ibrahim a.s, al—iman memperoleh
penekaan sedemikian
rupa sehingga menyerap dua unsur lainnya. Dalam ajaran Musa a.s,
al-islam yang
memeroleh
penekanan sehingga dua unsur lainnya
seolah-olah terserap. Mengenai
ajaran Musa a.s ini Schuon mengemukakan (sengaja tidak diterjemahkan):
“… now
whereas
in the
Israelite
lineage Abraham
is renewed
and replaced, as it were, by Moses--- in the Sinaitic Revelation being like a second beginning of Monotheism--- for the sons of Ishmael Abraham continues remain primordial and unique Revealer” (4).
Berbeda dengan ajaran Ibrahim a.s maupun Musa a.s,
ajaran Isa a.s menekankan unsur al-ihsan sedemikian kuatnya sehingga dua unsur lainnya terserap dalam unsur yang ketiga itu.
Bagaimana dengan ajaran Muhammad saw?
Kutipan kalimat Schuon berikut mungkin membantu untuk menjawab pertanyaan itu:
“… Islam, for its part, intends to contain these three elements side by side, thus in perfect
equilibrium, where precisely its doctrine of thre elements iman, islam and ihsan (6).
3.
Kesimpulan
Dalam perspektif
Al-Qur’an,
Agama
Yahudi,
Nasrani
dan Islam seharusnya memiliki kesamaan (kalimatun sawâ) yang bisa dijadikan acuan bersama (common platform) yaitu
ajaran Tauhid; ketiganya sama-sama agama samawi dengan ‘leluhur’
yang sama yaitu
Ibrahim a.s sekalipun melalui siklus
pewahyuan berbeda. Rahasia perbedaan antara
ketiga agama
itu merupakan rahasia
Tuhan swt. Pada taraf analisis manusiawi dapat dikatakan bahwa perbedaannya terletak pada
penekanan atau aksentuasi
terhadap pilar (pilar) ISLAM sebagaimana tampak dalam bagan di
bawah. Bagan itu
dapat mempermudah memahami bahwa ajaran Agama Islam merupakan penyempurna dan sintesis ajaran monoteisme sebelumnya.
Kutipan terakhir Schuon sebagaimana dikutip di atas mendorong penulis untuk menyimpulkan bahwa istilah Islam ‘sempurna’ (kaffah)
lebih
terletak pada kelengkapan pilar ISLAM (Iman, Islam dan Ihsan) dari pada kelengkapan penerapan
hukum fikih secara harfiah
(tekstual),
misalnya.
Sebagai tambahan, hemat penulis, istilah Shibgah
Allah (“Celupan Allah’) dalam teks suci
(2:138) merujuk pada kombinasi unsur-unsur ISLAM yang pada ajaran Muhammad saw seharusnya atau pada tataran normatif telah mencapai tingkat yang optimal sebagai suatu ajaran samawi.
Silsilah Agama Samawi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama Samawi yaitu Agama yang berdasarkan wahyu allah, misalnya
agama islam dan agama yang pernah dibawa oleh para nabi dan rosul dimasa yang
lalu dan yang masih asli, pengertian agama samawi yaitu agama yang mendapatkan wahyu dari langit (samawi, sama') dan
telah dibekukan wahyunya yang asli adalah berupa kitab suci alqur'an
Samawi kata sifat dari kata Arab samâ berarti langit. Jadi Agama Samawi
berarti agama ‘langit’,
maksudnya agama yang
berbasis
wahyu ilahiah, agama yang diturunkan
(unzila)
dari ‘langit’ melalui para nabi atau rasul sejak Adam a.s yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti. Atas dasar ini diperlukan
ekstra hati-hati
ketika
mengkalim bahwa
‘agama saya’
adalah satu-satunya agama berbasis wahyu Wallâhu ‘a-lamu bi murâdih (WAB). Sebagian agama sawami diturunkan kepada Nuh a.s
dan Ibrahim serta keturunan-keturunan mereka.
Artikel pendek ini meninjau secara singkat silsilah agama samawi perspektif Al-Qur’an sejauh yang penulis pahami, dengan fokus pada tiga
agama besar
yang merupakan kelanjutan atau siklus wahyu ‘milah Ibrahim’ yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam.
B.
Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, kami menyadari
dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan oleh
karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Yogyakarta: Gama Media,
2005).
Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2005).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1989).
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat Dan Agama, (Surabaya: PT.
Bina Ilmu, 1982).
Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 2006).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar