BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah bangsa
yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan keunikannya. Kebudayaan yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan kebudayaan yang majemuk dan sangat
kaya ragamnya. Perbedaan yang terjadi dalam kebudayaan Indonesia dikarekan
proses pertumbuhan yang berbeda dan pengaruh dari budaya lain yang ikut
bercampur di dalamnya. Di setiap budaya tersebut terdapat nilai-nilai sosial
dan seni yang tinggi. Seiring dengan masuknya era globalisasi saat ini, turut
mengiringi budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia.
Negara Indonesia
mempunyai norma-norma yang harus dipatuhi oleh masyarakatnya. Setiap butir
norma memiliki peranan masing-masing dalam mengatur hidup manusia. Norma
merupakan suatu ketetapan yang ditetapkan oleh manusia dan wajib dipatuhi oleh
masyarakat dan memiliki manfaat positif bagi kelangsungan hidup khalayak.
Pada kondisi saat ini,
kebudayaan mulai ditinggalkan bahkan sebagian masyarakat Indonesia malu akan
kebudayaannya sebagai jati diri sebuah bangsa. Hal ini mengakibatkan hilangnya
keanekaragaman budaya Indonesia secara perlahan-lahan, yang tidak terlepas dari
pengaruh budaya.
Generasi muda termasuk
mahasiswa di dalamnya, baik disadari atau tidak memegang amanah dalam menjaga
kelestarian keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Dalam menjaga
kelestarian budaya Indonesia tersebut banyak cara yang dapat dilakukan sesuai
dengan kemampuan dan batasan-batasan yang ada.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan topik
makalah yang telah kami pilih, ada beberapa rumusan masalah yang akan kami
bahas. Rumusan masalah tersebut adalah:
1.
Bagaimana perkembangan
sosial budaya Indonesia?
2.
Bagaimana perkembangan
budaya Indonesia?
3.
Apa saja unsur-unsur
kebudayaan?
4.
Bagaimana proses
perkembangan kebudayaan di Indonesia?
5.
Apa saja problematika
kebudayaan?
6.
Bagaimana dampak
perkembangan kebudayaan di Indonesia?
C. Tujuan
Adapun tujuan membuat
makalah ini adalah:
1.
Mengetahui bagaimana
perkembangan sosial budaya Indonesia
2.
Mengenali perkembangan
budaya Indonesia
3.
Mengetahui unsur-unsur
kebudayaan
4.
Mengetahui perkembangan
kebudayaan di Indonesia
5.
Memahami problematika
kebudayaan
6.
Mengetahui dampak
perkembangan kebudayaan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Sosial
Budaya Indonesia
Posisi Indonesia
terletak di persimpangan dua Samudra (Hindia dan Pasifik) dan dua Benua (Asia
dan Australia), yang sejak dahulu merupakan daerah perlintasan dan pertemuan
berbagai macam agama dan ideologi serta kebudayaan.
Dalam kondisi yang
demikian, maka terdapat 5 lapisan perkembangan sosial budaya Indonesia:
1.
Lapisan sosial budaya
lama dan asli, yang memperlihatkan persamaan yang mendasar (bahasa, budaya, dan
adat) di samping perbedaan-perbedaan dari daerah kedaerah. Persatuan dan
kesatuan yang bersumber kepada lapisan ini tidak di tiadakan oleh datangnya
agama dan nilai-nilai baru.
2.
Lapisan keagamaan dan
kebudayaan yang berasal dari India, wilaya Indonesia merupakan pusat
pengembangan peradaban Hindia di pulau Jawa, namun kesadaran akan kebersamaan
tetap dijunjung tinggi (Bineka Tunggal Ika).
3.
Lapisan yang datang
dengan agama Islam tersebar luas di Wilayah Indonesia yang sekaligus juga
memberikan corak tata kemasyarakatan, sebagaimana halnya agama Budha dan Hindu
yang telah memberi warna pada tatanan masyarakat dan struktur ketata Negaraan.
4.
Lapisan yang datang
dari Barat bersama dengan agama Kristen melengkapi kehidupan umat beragama di
Indonesia di tengah tengah pengaruh dominasi asing yang silih berganti dari
kerajaan kerajaan Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris.
5.
Lapisan kebudayaan
Indonesia yang dimualai kesadaran bangsa. Munculnya rasa nasionalisme yang
tinggi terhadap kekuasaan asing telah memberikan inspirasi dan tekad untuk
mendorong lahirnya gerakan Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908, kemudian disusul
dengan pemantapan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Sejak periode
perkembangan Nasional, semakin dirasakannya perkembangan perceturan ideologi
yang pada garis besarnya terbagi atas 3 kategori yaitu:
1.
Ideologi yang
menitikberatkan pada nilai-nilai agama
2.
Ideologi yang
menitikberatkan pada sosialisme
3.
Ideologi yang
menitikberatkan pada nasionalisme.
Dalam negara Republik
Indinesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 itu, nilai-nilai
luhur yang merupakan kepribadian yang merupakan kepribadian dan pandangan hidup
bangsa inilah yang kemudian menjadi ideologi dan dasar negara yang di kenal
sebagai pancasila, yang akhirnya di tuangkan dalam pembukaan UUD 1945. Dengan
demikian, pertumbuhan dan perkembangan sosial budaya di Indonesia pada hakikatnya
bersumber pada nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam falsafah dan dasar
negara pancasila.
Setelah kemerdekaan,
salah satu hal penting yang menyangkut konsepsi nusantara dan yang berkembang
menjadi wawasan nusantara ialah Deklarasi 13 Desember 1957 tentang wilayah
perairan Indonesia (Mochtar Kusumaatmadja, 1993).
“Bahawa segala perairan
di sekitar, diantara dan yang menghubungkan pulau-pulau atau bagian pulau-pulau
yang termasuk daratan Negara Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas
atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan Negara
Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian dari pada perairan
pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak
daripada negara Republik Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan
pedalaman ini bagi kapal asing terjamin selama dan sekedar tidak bertentangan
dengan kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia. Penentuan batas laut
teritorial yang lebarnya 12 mil yang di ukur dari garis-garis yang menghubungkan
titik-titik yang terluar daripada pulau-pulau negara Republik Indonesia akan di
tentukan dengan UDD”.
Ada beberapa
pertimbangan yang mendorong pemerintah mengeluarkan pernyataan wilayah perairan
Indonesia adalah sebagai berikut:
1.
Bentuk geografi RI sebagai
suatu negara kepulauan memiliki sifat dan corak tersendiri yang memerlukan
pengaturan sendiri pula
2.
Bagi kesatuan wilayah
RI, semua kepulauan dan laut harus dianggap sebagai suatu kesatuan yang bulat
3.
Penetapan batas laut
teritorial (1939) tidak sesuai lagi dengan kepentingan keslamatan dan keamanan
Negara RI
4.
Setiap negara yang
berdaulat berhak dan berkewajiban untuk mengambil tindakan yang di pandangnya
perlu untuk melindungi keutuhan dan keselamatan negaranya.[1]
B. Perkembangan Kebudayaan
Indonesia
Kebudayaan dan
masyarakat adalah ibarat dua sisi mata uang, satu sama lain tidak dapat
dipisahkan. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddhaya yang merupakan
bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti budi akal. Dengan demikian
kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau
akal.
Di samping kebudayaan
ada kata kultur yang berasal dari bahasa Inggris culture. Culture berasal dari
kata latin yaitu “colere” yang diartikan sebagai segala daya dan kegiatan
manusia untuk mengolah dan merubah alam. Selain kebudayaan ada kata “peradaban”
para ahli sosioligi membedakan antara kebudayaan dan peradaban. Peradaban
dipakai untuk technical skill (keterampilan teknik) seperti kemampuan membangun
bendungan, pembuatan gedung-gedung bertingkat, kapal-kapal laut dan
pesawat-pesawat terbang.
Berhubung dengan
masalah kebudayaan maka kita membedakan seorang yang dapat mengembangkan
tekniknya, sehingga dapat membangun gedung-gedung bertingkat, mesin raksasa,
robot, komputer dan sebagainya. Kebudayaan yang khusus yang terdapat pada suatu
golongan dalam masyarakat, yang berbeda dengan kebudayaan golongan masyarakat
lain maupun kebudayaan seluruh masyarakat mengenai bagian yang tidak pokok
dinamakan kebudayaan khusus.[2]
Di daerah Indonesia
yang luas terdapat macam-macam kebudayaan, yang satu berbeda dari yang lain di
sebabkan oleh perjalanan yang berbeda. Sebagai mana di ketahui, bahwa unsur
sejarah yang menentukan perkembangan kebudayaan Indonesia itu terbagi dalam 5
lapis:
1.
Kebudayaan Indonesia asli
Tentulah kebudayaan
Indonesia asli, sebelum kedatangan kebudayaan India adalah hasil pertumbuhan
sejarah yang berbeda-beda di berbagai pulau dan bagian pulau di Indonesia yang
luas ini. Di Indonesia terdapat banyak bahasa daerah dan dalam hukum adat pun
jelas kelihatan perbedaan yang nyata antara lingkungan hukum adat yang satu
dengan yang lain, meskipun banyak perbedaannya antara penjelmaan kebudayaan
yang satu dengan yang lain, ciri diri hakikat yang sama diantara
kebudayaan-kebudayaan itu sedemikian banyak dan kenyataannya dapat kita
menggolongkan sekaliannya pada dasar kebudayaan yang sama.
Seperti dalam
kebudayaan yang bersahaja yang lain bangsa Indonesia sebelum datang
kebudayaan India itu pun dapat dikatakan mempunyai cara berpikir yang kompleks,
yaitu besifat keseluruhan dan emosional, yaitu amat dikuasai oleh perasaan.
Kepercayaan kepada roh-roh dan tenaga-tenaga yang gaib meresapi seluruh
kehidupan, baik kehidupan manusia secara individu, maupun kehidupan masyarakat
sebagai keseluruhan.
Ekonomi, Hukum,
Pemerintahan, dan Kesenian bukanlah keaktifan manusia yang terpisah pisah,
tetapi semuanya itu erat hubungannya, dimana yang satu mulai dan yang satu
berakhir serta semuanya berlaku di bawah naungan anggapan dan konsep-konsep
agama. Demikian juga perkawinan, kelahiran dan kematian bukanlah kejadian atas
diri manusia secara individu, tetapi seluruh masyarakat berkepentingan
kepadanya dan oleh karnanya terikat kepada aturan masyarakat.
Ciri lain masyarakat
Indonesia yang lama ialah berkuasanya nilai solidaritas. Susunan masyarakat
merupakan persekutuan yang kecil yang hidup dalam desa atau mengembara dalam
lingkungan daerah yang tentu. Persekutuan-persekutuan itu dapat kita bandingkan
dengan repoblik demokrasi yang kecil, kepalanya dipilih oleh orang-orang
keturunan cabang suku yang tertua yang mengatur segala keperluan dan
kepentingan masyarakat itu dibantu oleh mejelis orang-orang yang tua dalam
desa. Keputusan-keputusan yang penting diambil bersama-sama dengan musyawarah.
Salah satu ciri
masyarakat Indonesia asli ialah besarnya pengaruh perhubungan darah.
Persekutuan itu terjadi dari satu atau beberapa suku dan perhubungan di dalam
maupun di antara suku-suku itu diatur oleh adat. Dalam masyarakat dan
kebudayaan Indonesia asli terdapat beberapa corak susunan suku, yang menentukan
cara menghitung keturunan, menentukan bentuk perkawinan, hak atas tanah, soal
warisan, dan sebagainya.
Kehidupan ekonomi
masyarakat yang kecil tentulah amat terbatas. Sebagian besar dari keperluan dan
bahan-bahan keperluan manusia masih dapat diambil dengan mudah dari alam yang
luas, baik untuk makanan maupun untuk keperluan yang lain seperti ramuan rumah,
alat pembakaran, bermacam-macam perkakas, dan obat-obatan. Dalam hubungan ini,
jelaslah bahwa baik pertanian maupun peternakan masih sangat terbatas. Orang
masih sebagian besar mengambil saja dari sumber alam, baik air maupun darat
yang sangat kaya. Dalam suasana ini, tiap-tiap keluarga atau suku atau desa itu
dalam arti yang luas masih bersifat autarki.
Kalau kita simpulkan uraian
tentang nilai-nilai kebudayaan Indonesia asli, dapat dikatakan bahwa kebudayaan
itu dikuasai oleh nilai agama, yang ikuti oleh nilai solidaritas (kebersamaan)
dan nilai kesenian. Sedangkan sifatnya dalam demokrasi, nilai kuasa dalam
susunan dalam masyarakat adalah lemah. Nilai ilmu lemah karna pemikiran yang
belum berkembang, sedangkan perasaan masih terlampau berkuasa dalam menghadapi
alam. Nilai ekonomi belum juga berkembang karna kekayaan alam belum timbul.
Dalam hubungan ini, teknik tak dapat tumbuh karena orang masih terlampau
terpengaruh oleh kepercayaan bahwa kecakapan dan kekuasaan yang sesungguhnya
terletak pada yang gaib, baik berupa jiwa maupun berupa tenaga gaib.
2.
Kebudayaan India
Pada permulaan kurun
masehi bangsa Indonesia berkenalan dengan kebudayaan Hindu yang datang dari
India itu telah lebih maju dari kebudayaan Indonesia asli, tetapi pada
pokoknya, kebudayaan Hindu itupun bulat bersahaja dalam arti bahwa dalam
kebudayaan itu pun berkuasa agama berdasarkan cara berfikir, komplek dan emosional.
Dalam kebudayaan
Indonesia asli pun susunan pikiran masih kabur dalam selubung mistis dan adat,
di India lambat laun timbul pribadi-pribadi yang dengan sadar memikirkan dan
mengatur dalam susunan pikirannya tentang roh-roh dan tenaga-tenaga yang gaib,
tentang manusia dalam hubungan alam dan masyarakat, tentang bahasa, tentang
bangunan-bangunan dan sebagainmya.
Dalam ajaran karma dan
penitisan atau ingkarnasi kelihatan bahwa kepercayaan bangsa yang bersahaja
kepada pengembaraan roh yang disebut animisme, dengan sangat berasio dipikirkan
sehingga mendapat fungsi etik yang kuat dalam kehidupan. Mesti diakui, bahwa
etik yang berasio dan kuat itu membantu memecah masyarakat India menjadi suatu
hierarki evolusi inkarnasi berdasarkan kelahiran yang amat kaku, ia tak dapat
mengubah nasibnya yang dibawanya waktu lahirnya. Dilihat dari suatu jurusan
etik evolusi inkarnasi itu menjadi tiang agung timbuknya suatu sistem kasta dan
feodalisme, yang amat kukuh dan kaku, tidak dapat di ganggu gugat. Orang yang
lahir pada tingkat kasta yang tinggi sebagai brahmana atau satria, tak dapat di
ganggu gugat dalam kedudukannya berdasarkan kelahirannya.
Perkembangan rohani dan
materi yang terjadi di India dalam 1000 tahun sebelum masehi yang memberi
kedinamisan dalam kehidupan, itu harus dianggap sebagai dorongan dan sebab
orang-orang India datang ke pulauan Indonesia sehingga kebudayaan India menjadi
faktor yang penting dalam pembentukan kebudayaan Indonesia dan pengaruh itu
berjalan lebih dari 1000 tahun lamanya.
Di Indonesia,
sesungguhnya pada waktu itulah tumbuh hukum-hukum yang baru yang terpengaruh
oleh hukum-hukum India yang mengatur soal-soal kerajaan yang besar. Semua itu
sejalan dengan timbulnya suatu hirarki kepegawaian Negara yang menjalankan
pemerintah dan memegang hukum puncak dari dari hirarki itu.
3.
Kebudayaan Islam
Pada abad ke 14 masehi,
bangsa Indonesia pula berkenalan dengan budaya baru yaitu, kebudayaan Islam
atau kebudayaan Arab Islam. Seperti kebudayaan Indonesia asli dan hindu,
kebudayaan Islam itupun berpusat kepada kepercayaan kepada tenaga yang gaib
(Tuhan), yang dalam kebudayaan (Agama) Islam dinamakan Allah. Tetapi berbeda
dengan animisme dan dinamisme kepercayaan kebudayaan Indonesia asli dan berbeda
dengan hierarki dewa-dewa dan imanentisme kepercayaan kebudayaan India. Dalam
kepercayaan Islam ada suatu jarak antara manusia, Allah, dan alam.
Dari ayat-ayat Alquran,
kitab suci agama Islam, disimpulkan tentang perhubungaan Allah. Allah yang mah
kuasa itu adalah asal dan pencipta segala sesuatu. Dicipkakannya alam semesta
dan diaturnya segala sesuatu menurut rencana-Nya dan hukum-Nya. Diciptakannya
matahari dan bintang-bintang, diaturnya hujan agar membasahi tanah dan
lain-lain. Allah adalah yanng menciptakan, menumbuhkan, memelihara serta menjaga
segala bentuk dan tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Dalam perkembangan
Islam yang cepat sesudah abad pertama hijrah, dalam waktu yang pendek,
kebudayaan Islam berkenalan dengan filsafat kebudayaan yunani kuno dengan
perantaraan terjemahan yang dibuat kedalam bahasa arab. Dengan demikian,
kebudayaan Islam menjadi pewaris filsafat dan ilmu-ilmu yang bukan hanya
diulang-ulang saja, tetapi terus ditumbuhkan dengan pemikiran dan penyelidikan
yang bebas, yang dilakukan oleh pemeluk agama Islam maupun oleh pemeluk agama Kristen
dan Yahudi yang hidup dalam suasana kebebasan kebudayaan Arab-Islam.
4.
Kebudayaan modern
Kebudayaan modern
ini dapat juga disebut kebudayaan modern Eropa Amerika dan haruslah kita
anggap bermula pada zaman Renaissance. Ini terletak pada zaman yunani yang
kira-kira lima abad sebelum masehi melepaskan diri mereka dari suasana
kebudayaan ekspresif yang dikuasai oleh mitos agama dan mulai berpikir dengan
bebas tentang alam semesta dengan penyelidikannya secara teratur
berdasarkan tenaga pikiran dan pancaindera. Kebudayaan Yunani ini tersebar,
baik ke arah Asia maupun ke arah Eropa, tetapi terutama sekali di sekitar
Lautan Tengah. Bangsa Romawi dapat dianggap sebagai pewarisnya yang pertama,
tetapi tidaklah banyak benar yang dapat ditambahkan oleh bangsa Romawi tentang
hal filsafat dan kepada warisan kebudayaan Yunani itu. Sumbangan bangsa Romawi
terletak dalam nilai kekuasaan yang berupa organisasi pemerintah dan
pembentukan hukum hal kemiliteran dan teknologi. Agama Kristen pun sekedarnya
menerima pengaruh dari kebudayaan Yunani itu.
Sebagaimana diuraikan
terdahulu bagaimana usaha menyatukan kepercayaan dan konsep-konsep agama Islam
dengan warisan Yunani itu, selain daripada memberikan kemajuan filsafat dan
ilmu yang amat sangat tinggi pada kebudayaan Islam.
Manusia lambat laun
bertambah lama bertambah percaya kepada rasio atau tenaga berpikirnya, serta
kesanggupannya untuk mengets an menguasai alam sekitarnya. Kebenaran agama yang
di wahyukan terus menerus akan mendapat serang dari ahli-ahli pikir, seperti Giordano
Bruno, Copernicus, serta Galileo dan lain-lain dalam abad ke-16 dan ke-17.
Dalam abad-abad berikutnya perjuangan itu di teruskan oleh Linaeus, Darwin,
Marx, dan Freud. Dalam abad ke-19 kekuasaan gereja telah amat berkurang
sehingga dapatlah Darwin mengumumkan pikiran-pikirannya dengan tidak
membahayakan jiwanya seperti rekan-rekannya yang lain, justru abad ke-18 hal
itu tidak mengherankan lagi, karna antara Darwin dan Renaissans terdapat zaman
Aufklaerung.
Dapat kita simpulakn
bahwa citi-ciri terpenting dari pada Ilmu Modern ialah kekuatan disiplin, cara
berpikir dan penyelidikannya yang menuju pengetahuan positif dan teliti.
5.
Kebudayaan Bhinneka
Tunggal Ika
Setelah kita mengikuti
sejarah kebudayaan Indonesia dengan perurutan keempat kebudayaan yang berbeda-beda
konfigurasinya, dapatlah kita sekarang memahami kesatuan kebudayaan Indonesia
dengan bermacam-macam penjelmaannya yang biasanya kita sebut Bineka Tunggal
Ika.[3]
C. Unsur-unsur kebudayaan
Kebudayaan dari
tiap-tiap bangsa atau masyarakat dapat dibagi ke dalam suatu jumlah unsur yang
tak terbatas jumlahnya. Dari keseluruhan unsur-unsur yang merupakan suatu
kebudayaan yang bulat itu dapat terdiri dari unsur-unsur besar unsur-unsur
kecil.
Sosiologi
mengklasifikasi tiap kebudayaan menjadi beberapa macam unsur. Unsur-unsur pokok
atau besar disebut culture universal, hal ini menunjukkan bahwa unsur-unsur
tersebut bersifat universal artinya dijumpai pada setiap kebudayaan yang ada
dipermukaan bumi ini.
Culture universal
tersebut dapat dibagi lebih lanjut ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil.
Akhirnya sebagai unsur terkecil dari unsur-unsur kebudayaan yang membentuk
trait adalah sistem misalnya bajak sebagai unsur yang membentuk, trait dibagi
kedalam alat-alat atau bagian-bagian kecil yang dapat dilepaskan, tetapi
hakihatnya merupakan satu kesatuan.
Kelompok manusia yang
sangat berkembang dari waktu ke waktu cepat maupun lambat akan mengalami
perubahan. Kebutuhan pokok manusia yang tidak dapat ditinggalkan adalah
kebutuhan ekonomi ini dari cara manusia memenuhi kebutuhan atau perkembangan.
Dalam memanfaatkan sumber daya atau lingkungan manusia tidak melakukan
perubahan cara, mulai dari cara menanam kepada cara bercocok tanam sampai
kepada pertanian dan peternakan dan akhirnya sampai mencapai tingkat industri
modern.
Perubahan cara memenuhi
kebutuhan tadi atau secara lebih sempit lagi perubahan proses produksi sudah
pasti diikuti oleh perubahan-perubahan lainnya. Ke dalam perubahan-perubahan
tadi termasuk perubahan struktur, perubahan nilai dan norma atau kaidah-kaidah.
Kalau perubahan dalam masyarakat telah meliputi aspek-aspek struktur, nilai dan
norma atau kaidah, lembaga-lembaga industri dan telah didukung oleh sebagian
besar anggota masyarakat, maka pada masyarakat itu telah terjadi perubahan atau
perkembangan kebudayaan. Perubahan atau perkembangan kebudayaan itu terjadi
karena adanya faktor dari dalam dan dari luar.
1. Faktor dari dalam
Perkembangan akal budi dan daya kreasi anggota
masyarakat dapat membawa perubahan dalam masyarakat itu. Rekaan dan penemuan
yang terjadi dalam masyarakat baik yang berupa kebudayaan kebendaan, maupun
yang berupa kebudayaan spiritual, dapat membawa perubahan pandangan dan
penilaian terhadap segala yang ada pada masyarakat itu. Perubahan tadi sebelum
dapat diterima oleh anggota-anggota masyarakat, harus melaluai proses yang
panjang dan lama. Cepat lambatnya perkembangan dipengaruhi oleh sifat-sifat
tradisional, konservatif, progresif, reaktif, aktif dan kematangan masyarakat
yang bersangkutan.
2. Faktor dari luar
Perkembangan kebudayaan tidak hanya didorong oleh
faktor yang berasal dari dalam. Karena kalau hanya dipengaruhi oleh
faktor-faktor tersebut tidak akan berjalan dengan cepat sesuai tuntutan zaman.
Hal ini dapat dibuktikan pada masyarakat yang masih
tertutup, perubahan relatif kecil bila dibandingkan dengan perubahan pada
masyarakat tang telah terbuka terhaap pengaruh luar. Oleh karna itu
faktor-faktor yang berasal dari luar perlu mendapat perhatian pula. Faktor dari
luar seperti: Akulturasi, Asimilasi dan Difusi
Bagian inti dari kebudayaan adalah nilai-nilai dan
kosep-konsep dasar yang memberikan arah kepada berbagai tindakan, baik yang
dapat, layak, atau harus dilakukan oleh warga suatu masyarakat yang memiliki
kebudayaan tersebut, maupun yang layak dihindari atau dicegahnya. Bagian inti
kebudayaan inilah yang perlu diinternalisasikan kepada anak didik sepanjang
proses belajarnya. Seorang anak didik memang dibentuk untuk menjadi seorang
yang terampil, berpengetahuan, dan berkemampuan kerja namun ia juga perlu
dijadikan seseorang yang berpribadi utuh, yang hidup hati nuraninya, dan yang
mempunyai kepekaan akan hal-hal yang indah dalam kehidupan ini.
Kebudayaan memberikan sukma kepada pembangunan. Pada
jalur utama pembangunan itu kita kembangkan nilai-nilai budaya nasional yang
bersifat serba menyongsong masa depan: nilai keilmiahan, nilai keterbukaan, dan
demokrasi, nilai persaingan yang sportif untuk mencapai prestasi, nilai
mementingkan perencanaan dan evaluasi dalam setiap pekerjaan, dan nilai-nilai
lain yang searah dengan itu.
Apa yang ada dalam kebudayaan etnik lokal itu pada
dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi pembentukan jatidiri bangsa
serta nasional. Warisan budaya itulah yang membuat suatu bangsa merasa
mempunyai akar. Disamping itu kesadaran sejarah, yaitu kesadaran akan
perjalanan masa lalunya sebagai suatu rangkaian perjuangan atau eksplorasi
untuk mengatasi masalah masalah sezaman, pun merupakan suatu topangan untuk
menegakkan harga diri bangsa.
Dalam kaitan ini perlu diingat bahwa dari zaman ke
zaman bangsa indonesia mengalami berkali-kali proses akulturasi pada waktu
berhadapan dengan kebudayaan-kebudayaan besar dari luar indonesia.
Masalah yang kita hadapi sebagai bangsa yang tetap
menganggap relevan untuk memiliki jati diri ini adalah bagaimana kita secara
terpadu dapat senantiasa mengadakan pilihan-pilihan yang tepat atas
tawaran–tawaran nilai dari luar negara indonesia itu, yang disampaikan melalui
media informasi yang dari waktu ke waktu berkembang semakin cepat dan semakin
luas jangkauannya.[4]
D. Perkembangan Kebudayaan
Sebagaimana diketahui
bahwa kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia oleh karenanya
kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangannya sejalan dengan perkembangan
manusia itu. Perkembangan tersebut dimaksudkan untuk kepentingan manusia
sendiri, karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.
Perkembangan kebudayaan
terhadap dinamika kehidupan seseorang bersifat kompleks, dan memiliki
eksistensi dan berkesinambungan dan juga menjadi warisan sosial. Seseorang
mampu memengaruhi kebudayaan dan memberikan peluang untuk terjadinya perubahan
kebudayaan.
Kebudayaan yang
dimiliki suatu kelompok sosial tidak akan terhindar dari pengaruh kebudayaan
kelompok-kelompok lain dengan adanya kontak-kontak antar kelompok atau melalui
proses difusi. Suatu kelompok sosial; akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu
bilamana kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi atau memenuhi tuntutan
yang dihadapinya.
Pengadopsian suatu
kebudayaan tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lingkungan fisik.
Misalnya iklim, topografi sumber daya alam dan sejenisnya. Sebagai contoh:
orang-orang yang hidup di daerah yang kondisi lahan atau tanahnya subur
(produktif) akan mendorong terciptanya suatu kehidupan yang favourable untuk
memproduksi bahan pangan. Jadi, terjadi suatu proses keserasian juga antara
kebudayaan masyarakat yang satu dengan kebudayaan masyarakat tetangga dekat.
Kondisi lingkungan seperti ini memberikan peluang untuk berkembangnya peradaban
(kebudayaan) yang lebih maju. Misalnya, dibangun sistem irigasi, teknologi
pengolahan lahan dan makanan, dan lain sebagainya.
Kebudayaan dari suatu
kelompok sosial tidak secara komplet ditentukan oleh lingkungan fisik saja,
namun lingkungan tersebut sekadar memberikan peluang untuk terbentuknya sebuah
kebudayaan. Dari waktu ke waktu, kebudayaan berkembang seiring dengan majunya
teknologi (dalam hal ini adalah sistem telekomunikasi) yang sangat berperan
dalam kehidupan setiap manusia.
Perkembangan zaman
mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala bidang, termasuk dalam hal
kebudayaan. Mau tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosal akan
bergeser. Cepat atau lambat pergeseran ini akan menimbulkan konflik antara
kelompok-kelompok yang menghendaki perubahan dengan kelompok-kelompok yang tidak
menghendaki perubahan.
Hal terpenting dalam
proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya kontrol atau kendali
terhadap perilaku regular (yang tampak) yang ditampilkan oleh para penganut
kebudayaan. Sehingga mereka dapat memilah-milah, mana kebudayaan yang sesuai
dan mana yang tidak sesuai.[5]
E. Proses Perkembangan
Kebudayaan di Indonesia
Berbicara tentang
kebudayaan Indonesia yang ada dibayangan kita adalah sebuah budaya yang sangat
beraneka ragam. Bagaimana tidak, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar
di dunia, hal inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki kebudayaan yang
beraneka ragam. Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan
menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi
tingkah lakunya. Suatu kebudayaan merupakan milik bersama anggota suatu
masyarakat atau suatu golongan sosial, yang penyebarannya kepada
anggota-anggotanya dan pewarisannya kepada generasi berikutnya dilakukan
melalui proses belajar dan dengan menggunakan simbol-simbol yang terwujud
dalam bentuk yang terucapkan maupun yang tidak (termasuk juga berbagai
peralatan yang dibuat oleh manusia). Dengan demikian, setiap anggota masyarakat
mempunyai suatu pengetahuan mengenai kebudayaannya tersebut yang dapat tidak
sama dengan anggota-anggota lainnya, disebabkan oleh pengalaman dan proses
belajar yang berbeda dan karena lingkungan-lingkungan yang mereka hadapi tidak
selamanya sama.
Kebudayaan yang dimiliki
oleh suatu bangsa merupakan keseluruhan hasil cipta, karsa, dan karya manusia.
Indonesia sendiri sebagai Negara kepulauan dikenal dengan keberagaman
budayanya, yang mana keanekaragaman itulah menunjukkan betapa pentingnya aspek
kebudayaan bagi suatu Negara. Karena jelas bahwa kebudayaan adalah suatu
identitas dan jati diri bagi suatu bangsa dan Negara.
Proses perkembangan
budaya dapat terjadi melalui penetrasi. penetrasi kebudayaan adalah masuknya
pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat
terjadi dengan dua cara:
1.
Penetrasi Damai
Merupakan proses
masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh
kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Contoh lainnya seperti kebudayaan
Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India masuk melalui
proses yang damai yaitu melalui penyebaran agama Hindu dan Buddha di
Nusantarayang jauh sebelum Indonesia terbentuk.
Kerajaan-kerajaan yang
bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5
Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai
pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa
masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena interaksi perdagangan yang
intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya).
Selain itu, banyak pula
yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan
Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal
menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan
seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal
modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi. Penerimaan kedua macam
kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah
budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak
mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat. Penyebaran
kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis.
Akulturasi adalah
bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa
menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur
yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India.
Asimilasiadalah bercampurnya
dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan
baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada
terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
2.
Penetrasi kekerasan
(penetration violante)
Masuknya sebuah
kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan
Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga
menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat.
Wujud budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda yang
menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di
Indonesia antara lain pada sistem pemerintahan Indonesia. Secara garis
besar kebudayaan Indonesia dapat kita klasifikasikan dalam dua kelompok besar.
Yaitu Kebudayaan Indonesia Klasik dan Kebudayaan Indonesia Modern. Para ahli
kebudayaan telah mengkaji dengan sangat cermat akan kebudayaan klasik ini.
Mereka memulai dengan pengkajian kebudayaan yang telah ditelurkan oleh
kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sebagai layaknya seorang pengkaji yang
obyektif, mereka mengkaji dengan tanpa melihat dimensi-dimensi yang ada dalam
kerajaan tersebut. Mereka mempelajari semua dimensi tanpa ada yang
dikesampingkan.
Adapun dimensi yang
sering ada adalah seperti agama, tarian, nyanyian, wayang kulit, lukisan,
patung, seni ukir, dan hasil cipta lainnya. Beberapa pengamat mengatakan bahwa
perkembangan kebudayaan Indonesia khususnya kebudayaan modern dimulai sejak
bangsa Indonesia merdeka. Bentuk dari deklarasi ini menjadikan bangsa Indonesia
tidak dalam pengaruh dan tekanan bangsa lain dengan budayanya. Dari sini bangsa
Indonesia mampu menciptakan rasa dan karsa yang lebih sempurna sehingga
mulailah berkembang kebudayaan modern bangsa Indonesia. Dalam perkembangan
kebudayaan bangsa Indonesia ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi
berkembangnya sebuah kebudayaan diantaranya adalah faktor pengaruh budaya dari
luar, apabila budaya asli ini tidak dapat mempertahankan eksistensinya
maka budaya asli yang ada akan tergusur dan tergantikan dengan budaya asing
yang baru tersebut. Pada saat ini kita semua dapat melihat bahwa bangsa
Indonesia dalam situasi yang mengkhawatirkan, karena banyak sekali budaya
asing yang masuk dan tidak tersaring sehingga mempengaruhi kebudayaan asli
bangsa Indonesia. Kondisi sosial budaya Indonesia saat ini adalah sebagai
berikut:
a.
Bahasa
Dapat kita ketahui
bahwa sampai saat Indonesia masih konsisten dan tetap berpegang teguh dalam
satu bahasa yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa-bahasa daerah merupakan
kekayaan plural yang dimiliki bangsa Indonesia sejak jaman nenek moyang kita.
Bahasa merupakan salah satu unsur budaya yang terbentuk karena adanya
komunikasi antara manusia Indonesia. Bahasa asing (Inggris, mandarin, dan lan sebagainya)
belum terlihat begitu diminati dalam penggunaan sehari-hari, hanya mungkin pada
acara saat seminar, atau kegiatan ceramah formal diselingi dengan bahasa
Inggris sekedar untuk menyampaikan kepada penonton kalau penceramah
mengerti akan bahasa Inggris.
b.
Sistem teknologi
Tidak bisa kita
pungkiri bahwa perkembangan teknologi menjadi salah satu factor yang
mempengaruhi perkembangan kebudayaan Indonesia. Perkembangan yang sangat
terlihat adalah teknologi informatika. Dengan perkembangan teknologi ini tidak
ada lagi batas waktu dan negara pada saat ini, apapun kejadiannya di satu
negara dapat langsung dilihat di negara lain melalui televisi, internet atau
sarana lain dalam bidang informatika. Sehingga, budaya-budaya luar mampu
menyusup kedalam budaya asli Indonesia itu sendiri.
c.
Sistem mata pencarian
Hidup masyarakat atau
ekonomi masyarakat. Kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih dalam situasi
krisis, yang diakibatkan oleh tidak kuatnya fundamental ekonomi pada era orde
baru. Kemajuan perekonomian pada waktu itu hanya merupakan fatamorgana, karena
adanya utang jangka pendek dari investor asing yang menopang perekonomian
Indonesia.
d.
Organisasi Sosial.
Bermunculannya
organisasi sosial yang berdasarkan pada agama, contohnya FPI, JI, , Organisasi
Aliran Islam/Mahdi), Etnis (FBR, Laskar Melayu) dan Ras.
e.
Sistem Pengetahuan.
Dengan adanya LIPI
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) diharapkan perkembangan pengetahuan
Indonesia akan terus berkembang sejalan dengan era globalisasi.
f.
Kesenian.
Dominasi kesenian saat
ini adalah seni suara dan seni akting (film, sinetron). Seni tari yang dulu
hampir setiap hari dapat kita saksikan sekarang sudah mulai pudar, apalagi seni
yang berbau kedaerahan. Kejayaan kembali wayang kulit pada tahun 1995-1996 yang
dapat kita nikmati setiap malam minggu, sekarang sudah tidak ada lagi. Seni
lawak model Srimulat sudah tergeser dengan model Overa Van Java, Pesbuker, dan
lain-lain. Untuk kesenian nampaknya paling dinamis perkembangannya. Namun
akibat perkembangan budaya yang sangat pesat menyebabkan banyak masyarakat
Indonesia yang mulai melupakan kesenian asli bangsa Indonesia dan akhirnya
banyak kesenian Indonesia yang diakui oleh pihak lain.
g.
Sedang menghadapi suatu
pergeseran-pergeseran budaya.
Hal ini mungkin dapat
dipahami mengingat derasnya arus globalisasi yang membawa berbagai budaya baru
serta ketidakmampuan kita dalam membendung serangan itu dan mempertahankan
budaya dasar kita.[6]
F. Problematika Kebudayaan
Beberapa problematika
kebudayaan antara lain:
1.
Hambatan budaya yang berkaitan
dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan. Keterkaitan orang Jawa terhadap
tanah yang mereka tempati secara turun-temurun diyakini sebagai pemberi berkah
kehidupan. Mereka enggan meninggalkan kampung halaman atau beralih pola hidup
sebagai petani. Padahal hidup mereka umumnya miskin.
2.
Hambatan budaya yang
berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang hambatan terhadap budaya
yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang ini dapat terjadi
antara masyarakat dan pelaksana pembangunan. Contohnya, program Keluarga
Berencana atau KB semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa banyak
anak banyak rezeki.
3.
Hambatan budaya
berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan. Upaya untuk mentransmigrasikan
penduduk dari daerah yang terkena bencana alam banyak mengalami kesulitan. Hal
ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa di tempat yang baru
hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka di tempat
yang lama.
4.
Masyarakat yang
terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar. Masyarakat daerah-daerah
terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat luar, karena pengetahuannya
serba terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima program-program
pembangunan.
5.
Sikap tradisionalisme
yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru. Sikap ini sangat
mengagung-agungkan budaya budaya tradisonal sedemikian rupa, yang menganggap
hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki
secara turun-temurun.
6.
Sikap Etnosentrisme.
Sikap etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsanya
sendiri dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap semacam ini akan
mudah memicu timbulnya kasus-kasus sara, yakni pertentangan suku, agama, ras,
dan antar golongan
7.
Perkembangan IPTEK sebagai
hasil dari kebudayaan, sering kali disalahgunakan oleh manusia, sebagai contoh
nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia bukan untuk
melestrarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan tetapi
dalam penggunaannya banyak disalahgunakan yang justru mengganggu kesehatan
manusia.[7]
G. Dampak Perkembangan
Kebudayaan di Indonesia
Ada beberapa dampak
yang didapatkan dari perkembangan kebudayaan yang ada di Indonesia, yaitu:
1.
Dampak positif
a.
Peningkatan dalam
bidang sistem teknologi, Ilmu Pengetahuan, dan ekonomi.
b.
Terjadinya pergeseran
struktur kekuasaan dari otokrasi menjadi oligarki.
c.
Mempercepat terwujudnya
pemerintahan yang demokratis dan masyarakat madani dalam skala global.
d.
Tidak mengurangi ruang
gerak pemerintah dalam kebijakan ekonomi guna mendukung pertumbuhan ekonomi
jangka panjang.
e.
Tidak berseberangan
dengan desentralisasi.
f.
Bukan penyebab krisis
ekonomi.
Contoh :
Mudah memperoleh
informasi ataupun ilmu pengetahuan, Anda akan dengan mudah mendapatkan
informasi melalui media elektronik (internet). Hanya dengan mengetikan apa yang
akan anda cari dan hanya beberapa detik, file yang anda cari akan keluar.
Mudah melakukan
komunikasi, di jaman modern ini sangatlah mudah untuk anda melakukan
komunikasi. Bukan hanya berkomunikasi dengan orang yang berada dekat dengan
anda, namun dengan mudahnya anda dapat berkomunikasi dengan orang yang jaraknya
jauh. Banyak orang akan memilih jejaring sosial untuk berkomunikasi (facebook,
twitter, yahoo, skype, dsb) dikarenakan lebih mudah, dan juga tidak berbayar.
Bayangkan dengan orang orang di era tahun 2000 kebawah, mereka harus menulis
surat, berjalan jauh untuk mencari kantor pos terdekat, mengirim, dan menunggu
lama surat balasan. Kalaupun ada handphone, mereka harus mengeluarkan uang yang
tidak sedikit untuk membeli pulsa dan handphone.
2.
Dampak Negatif
a.
Menimbulkan perubahan
dalam gaya hidup, yang mengarah kepada masyarakat yang konsumtif komersial.
b.
Terjadinya kesenjangan
budaya. Dengan munculnya dua kecenderungan yang kontradiktif. Kelompok yang
mempertahankan tradisi dan sejarah sebagai sesuatu yang sakral dan penting
(romantisme tradisi). Dan kelompok ke dua, yang melihat tradisi sebagai produk
masa lalu yang hanya layak disimpan dalam etalase sejarah untuk dikenang
(dekonstruksi tradisi/disconecting of culture).
c.
Sebagai sarana
kompetisi yang menghancurkan. Proses globalisasi tidak hanya memperlemah posisi
negara melainkan juga akan mengakibatkan kompetisi yang saling menghancurkan.
d.
Sebagai pembunuh
pekerjaan. Sebagai akibat kemajuan teknologi dan pengurangan biaya per unit
produksi, maka output mengalami peningkatan drastis sedangkan jumlah pekerjaan
berkurang secara tajam.
e.
Sebagai imperialisme
budaya. Proses globalisasi membawa serta budaya barat, serta kecenderungan
melecehkan nilai-nilai budaya tradisional.
f.
Globalisasi merupakan
kompor bagi munculnya gerakan-gerakan neo-nasionalis dan fundamentalis. Proses
globalisasi yang ganas telah melahirkan sedikit pemenang dan banyak pecundang,
baik pada level individu, perusahaan maupun negara. Negara-negara yang harga
dirinya diinjak-injak oleh negara-negara adi kuasa maka proses globalisasi yang
merugikan ini merupakan atmosfer yang subur bagi tumbuhnya gerakan-gerakan
populisme, nasionalisme dan fundamentalisme.
Contoh :
Seseorang yang minder
karena melihat temannya memakai iPhone 6, memiliki barang branded, sedangkan ia
tidak punya.[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya Proses
Perkembangan Kebudayaan di Indonesia melalui dua cara, yaitu: penetrasi damai
dan penetrasi kekerasan.
Penetrasi damai
Merupakan proses masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai.
Misalnya,masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia.
Penetrasi kekerasan,
masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya
kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan
sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam
masyarakat. Wujud budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari
Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya.
Selanjutnya ada
beberapa dampak yang didapatkan dari perkembangan kebudayaan yang ada di
Indonesia, yaitu:
Dampak Positif, salah
satunya adalah Peningkatan dalam bidang sistem teknologi, Ilmu Pengetahuan, dan
ekonomi.
Dampak Negatif,
menimbulkan perubahan dalam gaya hidup, yang mengarah kepada masyarakat yang
konsumtif komersial.
B. Saran
Kebudayaan bangsa
Indonesia merupakan kebudayaan yang terbentuk dari berbagai macam kebudayaan
suku dan agama sehingga banyak tantangan yang selalu merongrong keutuhan budaya
itu tapi dengan semangat kebhinekaan sampai sekarang masih eksis dalam terpaan
zaman. Kewajiban kita sebagai anak bangsa untuk tetap mempertahankannya budaya
itu menuju bangsa yang abadi, luhur, makmur dan bermartabat.
DAFTAR PUSTAKA
H. Hartono, Drs. & Dra.Arnicun Aziz, Ilmu
Sosial Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
Sedyawati Edi, Ke Indonesiaan Dalam Budaya,
(Jakarta: Penerbit Wedatama Widya Sastra, 2007)
Setiadi Elly M, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,
(Jakarta: Kencana, 2008)
http://asri-blog.blogspot.co.id/2011/07/makalah-perkembangan-sosial-budaya.html
diunduh pada tanggal 05 Jun. 17
https://evinursyafitrisyamsul.blogspot.co.id/2015/03/makalah-proses-perkembangan-kebudayaan.html
diunduh pada tanggal 05 Jun. 17
[1]http://asri-blog.blogspot.co.id/2011/07/makalah-perkembangan-sosial-budaya.html
diunduh pada tanggal 05 Jun. 17 jam
13.20 WIB
[3]http://asri-blog.blogspot.co.id/2011/07/makalah-perkembangan-sosial-budaya.html
diunduh pada tanggal 05 Jun. 17 jam
13.20 WIB
[4]
Edi Sedyawati, Ke Indonesiaan Dalam Budaya, (Jakarta: Penerbit Wedatama Widya Sastra, 2007) h. 41
[6]https://evinursyafitrisyamsul.blogspot.co.id/2015/03/makalah-proses-perkembangan-kebudayaan.html
diunduh pada tanggal 05 Juni 17 jam 13.40 WIB
[8]https://evinursyafitrisyamsul.blogspot.co.id/2015/03/makalah-proses-perkembangan-kebudayaan.html
diunduh pada tanggal 05 Juni 17 jam 13.40 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar