Senin, 05 Juni 2017

MAKALAH GANGGUAN PSIKOLOGI



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Abnormalitas atau yang disebut juga perilaku abnormal adalah suatu bentuk perilaku yang maladaptif. Ada juga yang menyebutnya mental disorder, psikopatologi, emotional discomfort, mental illness (penyakit mental), ataupun insanity. Perilaku abnormal merupakan suatu istilah yang terutama banyak berkembang di Amerika Serikat, yang timbul karena masyarakat negara tersebut lebih berdasarkan ilmu pengetahuan, sikap hidup, dan umumnya pemikiran pada mahzab perilaku (behaviorisme). Sedangkan, istilah psikopatologi merupakan istilah yang paling populer dimasa lalu, ketika pusat ilmu pengetahuan berada si daratan Eropa, yang disebut juga bermahzab mental. Orang Eropa daratan (continental) lebih melihat aspek dalam (inner) dari perilaku itu, sehingga perilaku yang menyimpang biasanya dipandang sebagai akibat dari gangguan atau penyakit jiwa tertentu. Orang-orang Amerika lalu, lebih melihat aspek perilaku yang berada diluar individu (over behavior) yang mereka anggap lebih penting dari pada aspek dalam kepribadian (inner personality).
Di dalam Psikologi Abnormal juga mempelajari tentang gangguan mood, gangguan anxiety/kecemasan, gangguan seksual – identitas gender, gangguan kepribadian, dan gangguan perilaku. Namun, kali ini kelompok kami akan membahas tentang ‘Gangguan Perilaku’.

B.       Rumusan Masalah
1.      Pengertian dan karakteristik umum Gangguan Perilaku.
2.      Faktor penyebab Gangguan Perilaku.
3.      Jenis – jenis Gangguan Perilaku.
4.      Penanganan Gangguan Perilaku.

C.      Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik umum GangguanPerilaku.
2.      Untuk mengetahui faktor penyebab Gangguan Perilaku.
3.      Untuk mengetahui jenis – jenis Gangguan Perilaku.
4.      Untuk mengetahui penanganan Gangguan Perilaku.

D.      Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, kelompok kami menggunakan metode studi pustaka.
























BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian dan Karakteristik Umum Gangguan Perilaku
Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Soekidjo,N,1993 : 55). Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. (Soekidjo,N,1993 : 58) Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. (Notoatmojo,S, 1997 : 60). Perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat di pelajari. (Robert Kwik, 1974, sebagaimana dikutip oleh Notoatmojo,S 1997). Perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup. (Sri Kusmiyati dan Desminiarti, 1990 : 1). Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. (Sunaryo, 2004 : 3).
Dilihat dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism (makhluk hidup) yang bersangkutan. Dari sudut pandang biologis, semua makhluk hidup mulai dari tumbuhan, hewan, dan manusia berperilaku karena mempunyai aktivitas masing-masing. Perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar
Dilihat dari segi psikologis, menurut Skiner (1938) perilaku adalah suatu respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) . penertian ini di kenal dengan teori SOR(stimulus-organisme-respons). Perilaku mempunyai beberapa dimensi:
1.       fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan intensitasnya.
2.       ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik maupun sosial) dimana perilaku itu terjadi.
3.       waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa yang akan datang.
Jadi, Prilaku adalah cermin kepribadian seseorang yang tampak dalam perbuatan dan interaksi terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya. Prilaku merupakan internalisasi nilai-nilai yang diserap oleh seseorang selama proses berinteraksi dengan orang diluar dirinya. Prilaku seseorang menunjukan tingkat kematangan emosi, moral, agama, sosial, kemandirian dan konsep dirinya. Prilaku manusia terbentuk selama proses perjalanan hidupnya. Pada anak, prilaku dapat terbentuk melalui kebiasaan sehari-hari secara non-formal. Artinya, suatu perbuatan yang dilakukan atas anjuran orang dewasa ataupun prilaku orang dewasa yang sengaja ditujukan kepada anak untuk diikuti.
1.      Pengertian Gangguan Tingkah Laku
Kauffman: 1977 Anak yang mengalami gangguan tingkah laku merupakan anak yang secara nyata dan menahun merespon lingkungan tanpa adanya kepuasan pribadi namun masih dapat diajarkan perilaku perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat dan dapat memuaskan kpribadiannya.
Nelson:1981 Tingkah laku seseorang dapat dikatakan menyimpang atau mengalami gangguan jika :Menyimpang dari perilaku yang oleh orang dewasa dianggap normal menurut usia dan jenis kelaminnya.Penyimpangan terjadi dengan frekuensi dan intensitas yang tinggi Penyimpangan berlangsung dalam waktu yang relatif lama
Bruno, Gangguan tingkah Laku merupakan respon atau perbuatan yang dilakukan seseorang suatu perubahan perilaku merupakan suatu kepribadian karena setiap respon atau tindakan seseorang yang menunjukan perubahan sebagi cerminan fenomena psikologis baik diamati maupun diukur
Evan Et Al, GangguantingkahLakumerupakanbentuk yang sederhana merupakan perbuatan yang diamati dengan suatu titik awal dan akhir yang dapat diukur
APA ( America Psikiatrie Acociation), Gangguan tingkah lakumerupakan gangguan yang berupa pola atau gejala psikologis atau tingkah laku yang secara klinis sangat disignifikan gejala/ pola ciri yang terjadi pada manusia
.Jadi, gangguan perilaku (conduct disorder) adalah gangguan perilaku masa kanak-kanak yang ditandai oleh aktivitas agresif dan destruktif yang menyebabkan gangguan pada lingkungan alami anak seperti rumah, sekolah, masjid, atau lingkungan. Fitur utama dari gangguan ini adalah pola perilaku berulang dan terus-menerus yang melanggar norma-norma sosial dan hak-hak orang lain. Ini adalah salah satu kategori masalah kesehatan mental anak yang paling umum, yang mencapai 9% pada laki-laki dan 2% pada perempuan.
2.      Karakteristik Gangguan :
Gangguan emosi dan perilaku tidak hanya mempengaruhi fungsi siswa dalam emosi dan perilaku, tetapi hal tersebut juga mempengaruhi kinerja akademis siswadan interaksi sosial mereka dengan teman sebaya dan guru.
a.       Karakteristik Belajar Intelijensia
Studi-studi awal (misalnyaolehMorse, Cutler, & Fink, 1964) menemukan bahwa mayoritas siswa dengan gangguan emosi dan perilaku atas rata-rata menunjukkan kecerdasan. Kajian yang lebih mutakhir (misalnya, Rubin dan Barlow,1978;Coleman, 1986) telah mengungkapkan bahwa anak-anak ini memiliki nilai IQ rata-rata yang lebih rendah daripada anak-anak tanpa gangguan emosi dan perilaku. Untuk anak-anak dengan beberapa jenis psikosis, penelitian menunjukkan bahwa IQ mereka berada dalam kisaran fungsiyang terbelakang. SebagaimanaKauffman (1996) telah menunjukkanhal ini “IQ anak-anak yang terganggu muncul sebagai prediktor tunggal terbaik untuk bidang sakademik dan prestasi sosial di masa depan”
Rendah Kinerja AkademikSiswa-siswadengan gangguan emosi atau perilaku umumnya memiliki prestasi akademik yang rendah untuk usia mereka (Kaufmann,1996). Beberapa penelitian (Gottlieb, Alter, dan Gottlieb, 1991) menunjukkan bahwa 74% dari pemuda yang diklasifikasikan dengan gangguan ini memiliki kesulitan akademis.
Defisit dalam Sosial dan Adaptive KeterampilanSiswa dengan gangguan emosional atau perilaku biasanyamemiliki kekurangan dalam ketrampilan sosial yang mempengaruhi kemampuan untuk bekerja sama dengan guru, fungsi di dalam kelas, dan bergauldengan siswa lain (Williams et al., 1989).
b.      KarakteristikPerilaku
Seperti anak-anak dengan ketidakmampuan belajar, salah satu yang paling umumkeluhan tentang anak-anak merujuk padaevaluasi yang dinyatakanmemiliki gangguan emosi dan perilaku adalah hiperaktif. Sulit untuk mendefinisikan hiperaktif karena baik kealamiahandan jenis kegiatan harus dipertimbangkan.
Ross dan Ross (1982) mendefinisikan hiperaktif sebagai “sebuah kelas gangguan perilaku yang heterogen di mana tingkat tinggi aktivitas ditunjukkan dalam waktu yangtidak tepat dan tidak dapat dihambat oleh perintah”. Pada dasarnya, definisi
yang berguna untuk hiperaktifadalah bahwa seorang anak terlalu banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang merepotkan. Banyak anak-anak dengan kelainan perilaku bertindak agresif terhadap obyek, diri sendiri, atau orang lain. Para pendidik dan profesional lebih berhasil dalam mengajar anak-anak yang sehat cara untuk menghadapi frustrasi dengan mengakui, menerima, dan menoleransi perasaan frustrasi serta membangun sumber-sumber untuk mengatasi. Kenakalan remaja, alih-alih olehsistem kesehatan atau sistem pendidikan, didefinisikan oleh sistem peradilan pidana (Berdine dan Blackhurst, 1985). Ketika remaja melakukan tindakan ilegal seperti pencurian, mereka bermasalah. Jika lebih banyak anak dengan gangguan emosi atau perilaku tampaknya bermasalah dengan hukum, tidak semua dari mereka bermasalah. Seringkali terdapat kesulitan untuk mengidentifikasi perilaku dan gangguan emosional pada anak kecil kecuali bila itu adalah sebuah kecacatan yang parah seperti psikosis. Anak-anak usia sekolah dengan gangguan emosi internal seperti itu akan sulit pula diidentifikasi.
Anggota keluarga dan guru harus peka untuk mendeteksi kesulitan emosional atau perilaku antara anak-anak dengan tanda-tanda berikut:
1)      Agresi terhadap diri sendiri atau orang lain.
2)      Kecemasan atau fearfulness.
3)      Distractibility atau ketidakmampuan untuk membayar perhatian untuk waktu yang panjang dibandingkan dengan teman-temannya.
4)      Mengungkapkan pikiran untuk bunuh diri.
5)      Perasaan depresson dan ketidakbahagiaan.
6)      Sedikit atau tidak ada teman.
7)      Perilaku hiperaktif.
8)      Matang keterampilan sosial yang dinyatakan dalam interaksi sosial yang tepat.
9)      Impulsif
10)  Masalahdalamhubungan keluarga.
11)  Masalah dengan hubungan guru-murid.
12)  Bunuh diri.
13)  Penarikan ke dalam diri.
c.       Kriteria gangguan tingkah laku:
1)      Pola perilaku yang berulang dan tetap yang melanggar hak-hak dasar orang lain atau norma-norma sosial konvensional yang terwujud dalam bentuk tiga atau lebih perilaku dibawah ini dalam 12 bulan terakhir dan minimal satu diantaranya dalam enam bulan terakhir :
a)      Agresi terhadap orang lain dan hewan, contohnya mengintimidasi, memulai perkelahian fisik, melakukan kekejaman fisik kepada orang lain atau hewan, memaksa seseorang melakukan aktivitas seksual.
b)      Menghancurkan kepemilikan (properti), contohnya membakar, vandalism.
c)      Berbohong atau mencuri, contohnya, masuk dengan paksa ke rumah atau mobil milik orang lain, menipu, mengutil.
d)     Pelanggaran aturan yang serius, contohnya tidak pulang ke rumah hingga larut malam sebelum usia 13 tahun karena sengaja melanggar peraturan orang tua, sering membolos sekolah sebelum berusia 13 tahun.
    1. Disabilitas signifikan dalam fungsi sosial, akademik atau pekerjaan.
    2. Jika orang yang bersangkutan berusia lebih dari 18 tahun, kriteria yang ada tidak memenuhi gangguan kepribadian anti sosial.
Banyak anak yang mengalami gangguan tingkah laku juga menunjukkan gangguan lain. Ada tingkat komorbiditas yang tinggi antara gangguan tingkah laku dan ADHD. Hal ini terjadi pada anak laki-laki, namun jauh lebih sedikit yang diketahui mengenai komorbiditas gangguan tingkah laku dan ADHD pada anak perempuan. Penyalahgunaan zat juga umum terjadi bersamaan dengan gangguan tingkah laku dimana dua kondisi tersebut saling memperparah satu sama lain.
Terdapat bukti bahwa anak laki-laki yang mengalami gangguan tingkah laku dan komorbid dengan hambatan behavioral memiliki kemungkinan lebih kecil untuk melakukan kejahatan dibanding mereka yang mengalami gangguan tingkah laku yang komorbid dengan penarikan diri dari pergaulan sosial. Bukti-bukti menunjukkan bahwa anak-anak perempuan yang mengalami gangguan tingkah laku beresiko lebih tinggi untuk mengalami berbagai gangguan komorbid, termasuk kecemasan, depresi, penyalahgunaan zat, dan ADHD dibanding dengan anak laki-laki yang memiliki gangguan tingkah laku.

B.       Faktor Penyebab Gangguan Perilaku
Faktor – faktor yang menyebabkan gangguan perilaku adalah sebagai berikut :
1.      Faktor-faktor psikobiologik.
Faktor-faktor psikobilogik biasanya akibat :
·         Riwayat genetika keluarga yang terjadi pada kasus retardasi mental, autisme, skizofrenia kanak-kanak, gangguan perilaku, gangguan bipolar, dan gangguan ansietas atau kecemasan.
·         Struktur otak yang tidak normal. Penelitian menemukan adanya abnormalitas struktur otak dan perubahan neurotransmitter pada pasien yang menderita autisme, skizofrenia kanak-kanak, dan ADHD.
·         Pengaruh pranatal, seperti infeksi pada saat di kandungan ibu, kurangnya perawatan pada masa bayi dalam kandungan, dan ibu yang menyalahgunakan zat, semuanya dapat menyebabkan perkembangan saraf yang abnormal yang berkaitan dengan gangguan jiwa. Trauma kelahiran yang berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen pada janin saat dalam kandungan yang sangat signifikan dan menyebabkan terjadinya retardasi mental dan gangguan perkembangan saraf lainnya.
·         Penyakit kronis atau kecacatan dapat menyebabkan kesulitan koping bagi anak.
2.      Dinamika keluarga.
Dinamika keluarga yang tidak sehat dapat mengakibatkan perilaku menyimpang yang dapat digambarkan sebagai berikut :
·         Penganiayaan anak. Anak yang terus-menerus dianiaya pada masa kanak-kanak awal, perkembangan otaknya menjadi terhambat (terutama otak kiri). Penganiayaan dan efeknya pada perkembangan otak berkaitan dengan berbagai masalah psikologis, seperti depresi, masalah memori, kesulitan belajar, impulsivitas, dan kesulitan dalam membina hubungan (Glod, 1998).
·         Disfungsi sistem keluarga (misal kurangnya sifat pengasuhan orang tua pada anak, komunikasi yang buruk) disertai dengan keterampilan koping yang tidak baik antaranggota keluarga dan model peran yang buruk dari orang tua. Sehingga menyebabkan gangguan pada perkembangan anak dan remaja.
3.      Faktor lingkungan.
Lingkungan dan kehidupan sosial yang tidak menguntungkan akan menjadi penyebab utama pula, seperti :
·         Perawatan pranatal yang buruk, nutrisi yang buruk, dan kurang terpenuhinya kebutuhan akibat pendapatan yang tidak mencukupi dapat memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan dan perkembangan normal anak.
·         Anak-anak tunawisma memiliki berbagai kebutuhan kesehatan yang memengaruhi perkembangan emosi dan psikologi mereka. Berbagai penelitian menunjukkan adanya peningkatan angka penyakit ringan kanak-kanak, keterlambatan perkembangan dan masalah psikologis diantara anak tunawisma ini bila dibandingkan dengan sampel kontrol (Townsend, 1999).
·         Budaya keluarga.
Perilaku orang tua yang secara dramatis berbeda dengan budaya sekitar dapat mengakibatkan kurang diterimanya anak-anak oleh teman sebaya dan masalah psikologik.
Faktor penyebab gangguan perilaku pada anak adalah sebagai berikut :
Setiap anak, dalam masa perkembangannya akan mengalami masalah perilaku. Bentuk masalah perilaku tersebut, setiap anak tidak sama. Masalah perilaku ini biasanya akan berkurang dan bisa hilang sebelum anak berusia 3 tahun atau beberapa bulan setelah berusia 3 tahun. Peningkatan atau penurunan masalah perilaku anak sangat dipengaruhi oleh interaksi orang tua dan lingkungan. Masalah perilaku anak dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya:
1)      Memanjakan anak secara berlebihan.
2)      Perhatian orang tua yang terlalu melampaui batas ketika si anak sakit dan lainnya.
3)      Anak tidak merasa nyaman, terutama kalau anggota keluarga terlalu padat atau kondisi rumah yang sunyi.
4)      Ada bayi yang baru lahir di keluarganya.
5)      Iklim keluarga yang begitu kejam, biasa terdengar dan terjadi suara makian, cacian dan pemukulan.
6)      Tidak memberikan kebebasan yang cukup dalam bergerak, bermain, dan mengungkapkan sesuatu pada anak.
7)      Kurang perhatian orang tua karena sibuk bekerja di luar rumah atau karena sibuk dengan pekerjaan sehari-hari.
8)      Suka mengikuti perilaku anak-anak lain seusianya.

C.      Jenis – Jenis Gangguan Perilaku
·         Jenis – jenis Gangguan Perilaku
o    Jenis – jenis Gangguan Perilaku Pada Anak
1.      Attention Deficit Hyperactivity Disorder
1.      Tipe-tipe ADHD yaitu :
·         Rentan perhatian pendek ialah ketidak mampuan seseorang untuk memfokuskan dan mempertahankan perhatian secara selektif. Baik pada kegiatan belajar maupun bermain.
·         Hiperaktifitas
Adalah perilaku yang memperlihatkan gerakan yang berlebihan, tanpa tujuan, dan sukar untuk memperhatikan. Umumnya mereka tidak bisa diam dan bersikap semaunya. Aktivitas yang berlebihan dapat dilihat dari gerak kaki, tangan, mata, dan kepalanya terus bergerak tanpa tujuan yang jelas.
·         Impulsivitas
Adalah pola tingkah laku yang tiba-tiba, tanpa difikir terlebih dahulu, dan bertindak sesuai implus yang meggerakannya. Dalam perkataan lain anak bertindak menurut garak hati atau drongan sesaat. Tindakan ini seolah-olah tidakmemperhitungkan konsekuensi dari tindakannya, sebetulnya anak tersebut sadar akan konsekuensi negatif dari perbuatannya, akan tetapi ia tidak dapat melawannya.
2.      Gejala prilaku ADHD
·         Gejala anak memiliki rentan perhatian pendek. Anak yang memiliki rentan perhatian pendek memiliki ciri-ciri (betty B. Osman, 2002):
·         Sering mendapat kesulitan untuk tetap memperhatikan tugas atan permainan.
·         Sering seakan akan tidak mendengarkan kalau diajak bicara secara langsung.
·         Sering tidak memahami semua instruksi dan gagal menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan sehari-hari.
·         Sering menghindari, tidak suka atau enggan terlalu tekun dalam tugas ataupun bermain.
·         Sering kehilangan benda-banda miliknya seperti: mainan, pensil, buku, dll.
·         Mudah terganggu oleh rangsangan dari sekitarnya.
·         Sering alfa dalam kegiatan sehari-hari.
·         Gejala anak hiperaktif
Ciri-ciri anak yang hiperaktif (betty B. Osman, 2002) antara lain:
·         Tangan dan kaki sering tidak bisa diam, jika duduk sering kalin resah.
·         Sering kali menggalkan kursi di kelas.
·         Sering kali kesana kian kemari atau banyak memanjat-manjat.
·         Sering tidak bisa diam ketika bermain atau melakukan kegiatan waktu luang.
·         Bergerak terus seperti didorong sebuah motor.
·         Bicara terus menerus.
Faktor penyebab anak hiperaktif :
·         Ada gangguan pada masa hamil misalnya, preeclampsia (meningkatnya tekanan darah),
·         Kerusakan otak ketika lahir,
·         Cedera otak sesudah lahir.
Faktor-faktor penyebab tersebut jarang menjadi penyebab tunggal, biasanya faktor-faktor psikologis juga ikut mendukung munculnya hiperaktif seperti suasana rumah yang penuh pertengkaran.
·         Gejala anak impulsif
Ciri-ciri anak impulsif ( Betty B. Osman, 2002) antara lain:
  • Sering menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan.
  • Sering tidak sabar menunggu giliran.
  • Sering menyela pembicaraan atau permainan orang lain.
  • Sering kehilangan dengan barang miliknya sperti: mainan, alat tulis, buku.
  • Tindakan sering ceroboh.
Ada beberapa faktor penyebab anak implusif antara lain :
  • Fisiologis
Mekanisme menahan diri dari otak tidak berfungsi secara memandai karena faktor genetik, pembawaan atau disfungsi neurogis. Jadi, dapat dikatakan sebagai anak memang membawa potensi untuk menjadi impulsif sejak lahir.
  • Kecemasan
Anak-anak yang cemas, tegang sering kali bereaksi seolah-olah mereka berada pada keadan panik. Anak bertindak berdasarkan pikiran pertama yang melintas dikepalanya tanpa pertimbangan berbagai alternatif dengan tenang.
  • Pengaruh lingkungan
Sebagian anak menjadi impulsif lewat pengaruh lingkungan.Umumnya orang tua impulsif cenderung mendukung tumbuh tingkah laku impulsif pada anak. Jika anak memiliki ciri rentang perhatian pendek, hiperaktif, dan impulsif, anak tersebut memiliki gejala ADHD jenis kombinasi.
3.      Cacat mental
Cacat mental sama artinya dengan retardasi mental, lemah mental, keterbelakangan mental, mental defektif, mental handicapped, defisiensi mental atau intellectually deficit.
Cacat mental dalam DSM IV (1994) disebut sebagai retardasi mental. Pada bagian tersebut retardasi mental merupakan gangguan yang ditandai leh fungsi intelektual tergulong sub normal (IQ =70 atau lebih rendah) yang terjadi pada masa perkembangan ( sebelum usia 18 tahun) dan disertai defisit perilaku.
Perilaku adaptif yang dimaksud adalah kemampuan individu untuk berdikari yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya.diinggris cacat mental disebut dengan istilah defisiensi mental. Contohnya undang-undang mengenai defisiensi mental di Inggris tahun 1913 dan diamandemenkan pada tahun 1927. Pada undang-undang tersebut dinyatakan defek mental didefinisikan sebagai suatu keadaan perkembangan pikiran yang terhenti atau tidak lengkap, terjadi sebelum usia 18 tahun, dan dapat disebabkan oleh penyebab yang inheren atau diinduksi oleh penyakit atau trauma. (S. M. Lumbantobing, 2001).
Ada beberapa pertanda yang dapat digunakan untuk mengenali anak cacat mental (S. M. Lumbantobing, 2001).
·         Sejak lahir perkembangan mentalnya terbelakang disemua aspek perkembangan. Kecuali perkembangan motorik misalnya: mereka dapat berdiri, merangkak, dan berjalan.
·         Terbelakang dalam perkembangan bicara.
·         Kurang memberi perhatian terhadap sekitarnya, misalnya: tidak bereaksi terhadap bunyi atau suara yang terdengar.
·         Kurang dapat berkonsentrasi. Perhatian terhadap mainan hanya berlangsung singkat atau bila diberi mainan tidak mengacuhkannya.
·         Kesiagaannya kurang, misalnya jika mainannya jatuh dihadapannya ia tidak berusaha mengambilnya.
·         Kurang memberi respon terhadap lingkungan jika dibanding dengan anak normal.
·         Usia 2-3 tahunmasih suka memasukan mainan kedalam mulutnya.
Sunaryo Kartadinata (1998/1999) mengatakan karakteristik anak cacat mental antara lain: (1) keterbatsan intelegensi, (2) keterbatasan sosial dengan ciri-ciri: cenderuing berteman dengan anak yang lebih muda, ketergantungan terhadap orang tua, tidak mampu memikul tanggung jawab. (3) keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya seperti: kurang mampu mempertimbangkan sesuatu, kurang mampu membedakan yang baik dengan yang buruk, yang benar dan yang salah, tidak membayangkan terlebih dahulu konsekuensi suatu perbuatan.
Faktor penyebab :
·         Peristiwa kelahiran. Kehamilan yang tidak dikontrol, bimbingan persalinan yang tidak tepat, bantuan persalinan salah, fasilitas persalinan yang kurang memadai banyak mengakibatkan kerusakan pada otak anak. S. M. Lumbantobing (2001) mengemukakan peningkatan kemampuan membimbing persalinan serta pengelolaan semasa hamil dapat mengurangi kemungkinan cacat mental.
·         Anak menderita infeksi yang merusak otak seperti meningitis encephalitistu berkolusis, dan lain-lain. Sekitar 30%-50% dari mereka yang mengalami kerusakan otak akibat penyakit-penyakit tersebut menderita defisit neurologik dan cacat mental.
·         Malnutrisi berat. Kekurangan makanan bergizi semasa bayi dapat mengganggu pertumbuhan dan fungsi susunan saraf pusat. Malnutrisi ini kebanyakan terjadi pada kelompok ekonomi lemah.
·         Kekurangan yodium. Kekurangan yudium dapat mempengaruhi perkembangan mental anak, termasuk salah satu penyebab cacat mental untuk mengenal anak cacat mental anak secara dini, beberapa gejala ini dapat dijadikan indikator;
·         Terlambat memberi reaksi antara lain; lambat memberi senyum jika anak diajak tertawa atau digelitik. Anak tideak memperhatikan atau seolah-olah tidak melihat jika dirangsang dengan gerakan tangan kita. Anak cacat mental akan terlambat bereaksi terhadap bunyi – bunyian, seolah – olah terganggu pendengarannya. Anak cacat mental juga lambat mengunyah makanan, sehingga ia seringkali mengalami gangguan.
·         Memandang tangannya sendiri. Bayi yang berusia antara 12-20 minggu bila berbaring sering memperlihatkan gerakan tangannya sendiri. Pada anak cacat mental gejala ini masih terlihat walaupun usianya sudah tua dari 20 minggu.
·         Memasukkan benda ke mulut. Kegiatan memasukan benda ke dalam mulut merupakan aktivitas yang khas untuk anak usia 6 sampai 12 bulan. Anak cacat mental masih suka memasukkan benda atau mainan ke dalam mulutnya walaupun usianya sudah mencapai 2 atau 3 tahun.
·         Kurang perhatian dan kurang konsentrasi. Anak cacat mental kurang memperhatikan lingkungan sekitar. Perhatiannya terhadap mainan hanya berlangsung singkat saja. Malahan seringkali tidak mengacuhkan kejadian-kejadian di sekelilingnya. Bila diberi mainan, ia kurang tertarik dan tidak berusaha untuk mengambilnya.
4.      Kesulitan Berbicara
Anak dikatakan mengalami kesulitan belajar jika secara umum berbicara anak tidak sesuai dengan kemampuan anak seusianya serta mengandung berbagai kesulitan dalam artikulasi, penyuaraan, dan kelancaran berbicara. Ciri-ciri anak mengalami kesulitan berbicara adalah jika anak:
·         Tidak jelas mengucapkan kata misalnya “doloy” untuk “tolong”
·         Mengalami kelainan nada, kenyaringan suara, dan kualitas anak.
·         Tidak lancar dalam mengucapkan kata-kata. Misalnya jika anak berbicara dengan suara cepat atau tersendat sendat sehingga ucapannya tidak jelas jika ia berbicara dengan orang lain.
Gejala-gejala tersebut diatas terlihat pada perilaku anak seperti :
·         Terlihat frustasi ketika berbicara
·         Berusaha mengulangi beberapa kata
·         Memiliki kesulitan berbicara dengan teman
·         Menolak berbicara di depan kelas
·         Tidak suka bercerita.
·         Sulit mengucapkan kata-kata.
·         Jumlah perbendaharaan kata lebih sedikit di banding dengan anak seusianya.
·         Susunan kata tidak teratur.
5.      Temper Tantrum
Anak temper tantrum adalah anak yang marah secara berlebihan. Perilaku ini sering terjadi pada anak berusia 4 tahun. Kebiasaan mengamuk akan lebih sering dilakukan bila anak mengetahui bahwa dengan cara ini keingiannya akan dipenuhi.
Temper tantrum merupakan salah satu ciri anak bermasalah dalam perkembangan emosi mereka antara lain:
·         Marah berlebihan, contohnya ingin merusak diri dan barang-barangnya,
·         Tidak dapat mengungkapkan apa yang diinginkan,
·         Takut yang sangat kuat sehingga mengganggu interaksi dengan lingkungannya,
·         Malu, hingga menarik diri dari lingkungannya.
·         Hipersensitif maksudnya, sangat peka, sulit mengatasi perasaan tersinggungnya, dan pandangan cenderung negatif bersifat murung.
Secara umum ada beberapa ciri untuk mengenali bahwa anak sedang temper tantrum.
·         Anak tampak merengut dan mudah marah.
·         Perhatian, pelukan, atau pendekatan khusus lainnya tampak tidak memperbaiki suasana hatinya.
·         Dia mencoba melakukan sesuatu diluar kebiasaannya atau meminta sesuatu yang dia yakini tidak akan diperolehnya.
·         Dia meningkatkan tuntutannya dengan cara merengek dan tidak mau menerima jawaban “tidak”.
·         Dia melanjutkn dengan menangis, menjerit, menendang, memukul, atau menahan nafas.
6.      Agresifitas
Salah satu bentuk prilaku anak yang mengalami kesulitan perkembangan sosial adalah anak berprilaku agresif. Agresif adalah tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun verbal atau melakukan ancaman sebagai pernyataan adanya rasa permusuhan. Tingkah laku agresif ini mengakibatkan kerugian atau malukai orang lain. Kerugian itu dapat berupa kerugian sikologis ataupun kerugian fisik.
Schasfer dan millman (dalam yosefini, 1990) menggolongkan prilaku agresif kedalam prilaku bermasalah dalam kelompok, dimana anak mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan rang lain. Gejala-gejala anak agresif adalah sebagai berikut:
·         Sering mendorong, memukul, atau berkelahi
·         Menyerang dengan menggunakan kaki, tangan, tubuhnya untuk mengganggu permainan yang dilakukan untuk mengganggu teman-teman.
·         Menyerang dalam bentuk verbal seperti ; mencaci, mengejek, mengolok-olok, berbicara kotor dengan teman.
·         Tingkah laku mengganggu ini muncul, umumnya karena ingin menunjukkan kekuatan di kelompok.
·         Tingkah laku menganggu ini pada dasarnya melanggar aturan atau norma yang berlaku disekolah seperti ; berkelahi, merusak alatpermainan milik teman, mengganggu anak lain.
7.      Gangguan Eliminisi
Adalah gangguan pada perkembangan anak dan remaja dimana tidak dapat mengontrol buang air kecil ( BAK ) dan buang air besar ( BAB ) setelah mencapai usia normal untuk mampu melakukannya. Terbagi menjadi dua yaitu:
·         Adalah dimana anak tidak mampu mengontrol BAKnya bukan karena akibat dari kerusakan neurologis atau penyakit lainnya . kita sering menyebutnya dangan mengompol.
·         Ketidakmampuan mengontrol BABnya yang bukan disebabkan masalah organik.
8.      Kecemasan dan Depresi
Gangguan kecemasan sering terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut ke masa dewasa biasanya berupa : gangguan obsesif kompulsif, gangguan kecemasan umum, dan fobia banyak terjadi pada anak-anak dan remaja, yang memiliki gejala seperti pada orang dewasa.
Gangguan kecemasan akibat perpisahan adalah gangguan masa kanak-kanak yang ditandai dengan rasa takut berpisah dari orang yang paling dekat dengannya seperti orang tua, saudara, dll. Gejalanya antara lain berupa mimpi buruk, sakit perut, mual dan muntah saat mengantisipasi perpisahan. Gangguan kecemasan ini dapat berlanjut hingga depresi.
Depresi pada anak – anak dan remaja tidaklah berbeda dengan orang dewasa, mereka memiliki perasaan tidak berdaya, kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri. Namun, depresi pada anak tidak nampak nyata bila dibanding dengan orang dewasa. Ciri – ciri depresi pada anak antara lain adalah mereka menolak untuk masuk sekolah, tak mau pisah dengan orang tua. Depresi pada anak dan remaja biasanya diikuti dengan gangguan lain seperti CD, ODD, masalah akademik. Depresi pada remaja yang berkelanjutan akan berakibat gangguan depresi yang lebih serius pada masa dewasa.
9.      Conduct Disorder (CD )
Adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah yang disebabkan sejak kecil orangtua tidak mengajarkan perilaku benar dan salah pada anak. Ciri – cirinya, apabila Ia memunculkan perilaku antisosial baik secara verbal maupun secara nonverbal, seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya, menunjukkan unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain.
10.  Oppositional Defiant Disorder ( ODD )
Perilaku dalam gangguan ini menunjukkan sikap menentang, seperti berargumentasi, kasar, marah, toleransi yang rendah terhadap frustasi, dan menggunakan minuman keras, zat terlarang, atau keduanya. Namun dalam gangguan ini tidak melanggar hak-hak orang lain sampai tingkat yang terlihat dalam gangguan perilaku.
·         Jenis – jenis Gangguan Perilaku Pada Remaja
Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi pergaulan bebas kedalam tiga tingkatan, yaitu :
1)      Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit.
2)      Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin
3)      Kenakalan khusus, seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll.




D.      Penanganan Gangguan Perilaku
Penanganan yang bisa dilakukan untuk mengatasi Gangguan Perilaku adalah sebagai berikut :
1.      Perawatan berbasis komunitas, yaitu dengan cara-cara :
·         Pencegahan primer melalui berbagai program sosial yang ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan anak. Contohnya adalah perawatan pranatal awal, program penanganan dini bagi orang tua dengan faktor resiko yang sudah diketahui dalam membesarkan anak, dan mengidentifikasi anak-anak yang berisiko untuk memberikan dukungan dan pendidikan kepada orang tua dari anak-anak ini.
·         Pencegahan sekunder dengan menemukan kasus secara dini pada anak-anak yang mengalami kesulitan di sekolah sehingga tindakan yang tepat dapat segera dilakukan. Metodenya meliputi konseling individu dengan program bimbingan sekolah dan rujukan kesehatan jiwa komunitas, layanan intervensi krisis bagi keluarga yang mengalami situasi traumatik, konseling kelompok di sekolah, dan konseling teman sebaya.
·         Dukungan terapeutik bagi anak-anak diberikan melalui psikoterapi individu, terapi bermain, dan program pendidikan khusus untuk anak-anak yang tidak mampu berpartisipasi dalam sistem sekolah yang normal. Metode pengobatan perilaku pada umumnya digunakan untuk membantu anak dalam mengembangkan metode koping.
·         Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga. Penting untuk membantu keluarga mendapatkan keterampilan dan bantuan yang diperlukan guna membuat perubahan yang dapat meningkatkan fungsi dari semua anggota keluarga.
  1. Pengobatan berbasis rumah sakit dan Rehabilitasi.
·         Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat di rumah sakit jiwa. Pengobatan di unit-unit ini biasanya diberikan untuk klien yang tidak sembuh dengan metode alternatif, atau bagi klien yang beresiko tinggi melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain.
·         Program hospitalisasi parsial juga tersedia, memberikan program sekolah di tempat (on-site) yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan khusus anak yang menderita penyakit jiwa. Seklusi dan restrein untuk mengendalikan perilaku disruptif masi menjadi kontroversi. Penelitian menunjukkan bahwa metode ini dapat bersifat traumatik pada anak-anak dan tidak efektif untuk pembelajaran respon adaptif. Tindakan yang kurang restriktif meliputi istirahat (time-out), penahanan terapeutik, menghindari adu kekuatan, dan intervensi dini untuk mencegah memburuknya perilaku.
·         Medikasi digunakan sebagai satu metode pengobatan. Medikasi psikotropik digunakan dengan hati-hati pada klien anak-anak dan remaja karena memiliki efek samping yang beragam. Pemberian metode ini berdasarkan :
·         Perbedaan fisiologi anak-anak dan remaja mempengaruhi jumlah dosis, respon klinis, dan efek samping dari medikasi psikotropik.
·         Perbedaan perkembangan neurotransmiter pada anak-anak dapat mempengaruhi hasil pengobatan psikotropik, mengakibatkan hasil yang tidak konsisten, terutama dengan antidepresan trisiklik.











BAB III
PENUTUP
A.      Simpulan
Melihat dari pembahasan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa gangguan perilaku terjadi pada anak dan remaja. Gangguan perilaku pada anak, terjadi karena berbagai faktor. Tapi faktor yang paling besar pengaruhnya yang dapat mengakibatkan gangguan perilaku adalah saat di dalam kandungan, baik itu nutrisi – penanganan saat kelahiran. Lalu gangguan perilaku pada remaja, juga terjadi karena berbagai faktor. Tapi faktor yang paling besar pengaruhnya adalah keluarga dan lingkungan. Jika keluarga tidak dapat menjadi orang tua yang bijak maka seringkali lingkunganlah yang memberi pengaruh besar terhadap gangguan perilaku pada remaja.

B.       Saran
Jadilah orang tua yang bijak, karena pada dasarnya peran keluarga sangat berpengaruh terhadap pembentukan perilaku pada anak dan remaja. Lalu jika kita melihat ada gangguan pada anak dan remaja, jangan pernah mengejudge individu tersebut, karena dapat memperburuk keadaan. Seharusnya kita melakukan penanganan sesuai yang ada di dalam pembahasan makalah ini.










DAFTAR PUSTAKA

Davidson, Gerald C., 2006, Psikoloogi Abnormal, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Durand, V. Mark, 2006, Psikologi Abnormal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Jacoby, David B., 2009, Pustaka Kesehatan Populer, PT Bhuana Ilmu Populer
Kaplan, Harold L., dkk, 1997, Sinopsis Psikiatri Jilid 2, Jakarta: Binarupa Aksara
Maslim, Rusdi, 2003, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya
Meier, Paul, dkk, 2000, Mengendalikan Mood Anda, Yogyakarta: Yayasan Andi
Nevid, Jeffrey S., dkk, 2003, Psikologi Abnormal, Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia, hukum mempunyai tujuan dan sas...