BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk
social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi
dengan sesama serta lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok
besar maupun berkelompok kecil.
Manusia adalah mahluk
TUHAN yang paling tinggi dibandingkan mahluk TUHAN yang lainnya. Manusia
dianugrahi kemampuan untuk berfikir, kemampuan untuk memilah mana ynag baik dan
mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola
lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan
yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola
dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin untuk dirinya
sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok
dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan maslah yang relative
pelik dan sulit. Disinilah dituntut kerifan seseorang pemimpin dalam mengambil
keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Pemimpin dapat
mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan
terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Kemampuan dan ketrampilan
kepemimpinan dan motovasi dalam pengarahan adalah factor penting
efektivitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitaskualitas
yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menyeleksi
pemimpin-pemimpin yang efektif akan meningkat, bila organisasi dapat
mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif organisasi,
berbagai perilaku dan teknik tersebut akan dapat dipelajari.
Penilaian prestasi
kerja (performance appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi
mengevaluasi atau menilai prestasi kerja pegawai. Kegiatan ini dapat
memperbaiki keputusan-keputusan personalia danmemberikan umpan balik kepada
para pegawai tentang pelaksanaan kerja mereka. Kegunaan-kegunaan penilaian
prestasi kerja dapat dirinci sebagai berikut, perbaikan prestasi kerja,
penyesuaian-penyesuaian kompensasi, keputusan-keputusan penempatan, kebutuhan
latihan dan pengembangan, perencanaan dan pengembangan karier,
penyimpangan-penyimpangan proses staffing, ketidakakuratan informasional,
kesalahan desain pekerjaan, kesempatan kerja yang adil dan tantangan-tantangan
eksternal (Handoko, 1997).Disamping faktor kepemimpinan, faktor motivasi
yang akan mempengaruhi kinerja pegawai yang dimiliki seseorang adalah merupakan
potensi, dimana seseorang belum tentu bersedia untuk mengerahkan segenap potensi
yang dimilikinya untuk mencapai hasil yang optimal.
Analisis ilmiah tentang
kepemimpinan berangkatbdari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Theory
sifat berkembang, pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa
pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian theory ini dikenal
dengan ‘’ The Greatma Theory’’. Dalam perkembangannya, theory ini mendapat
pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikolosi yang berpandangan bahwa sifat
sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai
melalui pendidikan dan pengalaman.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang
masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan tsb antara lain :
1.
Bagaimana hakikat
menjadi seorang pemimpin?
2.
Adakah teori teori
untuk menjadi pemimpin yang baik?
3.
Apakah Motivasi itu?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan
karya tulis ini adalah
1.
Melatih mahasiswa
menyusun paper (makalah) dalam upaya lebih meningkat pengetahuan dan
kreatifitas mahasiswa.
2.
Agar mahasiswa lebih
memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang kepemiminan dan
motivasi.
BAB II
PEMBAHASAN
KEPEMIMPINAN
A. Hakikat Kepemimpinan
dan Pengetian
Dalam kehidupan sehari
hari baik dilingkunga keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahaan
sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaa. Ketiga kata
tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu sama lainnya.
Beberapa ahli
berpendapat tentang pimpinan, beberapa diantaranya :
1.
Menurut Drs. H
Malayu S.P Hasibuan adalah seseorang dengan wewenagn kepemimpinannya
mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam
mencapai tujuan.
2.
Menurut Robert
Tanembuan· pemimpin adalah mereka
yang engggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan,
mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab agar semua bagian pekerjaan
dikoordinasikan demi mencapai tujuan.
3.
Menurut Prof.
Maccoby, pemimpin pertama tama seseorang yang mampu menumbuhkan
dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang
baik untuk masa kini adalah orang yang religious dalam artian
menerimakepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif,
kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide keTuhanan yang
berlainan.
4.
Menurut Lao Tzu,
pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangan orang lain,
sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinannya.
5.
Menurut Davis and
Filley, Pemimpin adalah seseorang yang mendidikan suatu posisi
manajemen atau sesorang yang melakukan suatu pekerjaanmemimpin.
6.
Sedangkan menurut Pancasila
pemimpin haarus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun
dan membimbing asuhannya.
Dengan kata lain, beberapa asas utamadari kepemimpinan
Pancasila adalah :
1.
Ing-Ngarsa Sung Tuladha
: pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola
anutan dan ikutan bagi orang orang yang dipimpinnya.
2.
Ing-Madya Mangun Karsa
: pemimpin harus mampu membangkitkan semangat dan berkreasi pada orang orang
yang dibimbinya.
3.
Tut Wuri Handayani :
pemimpin harus mampu mendorong orang orang yang diasuhnya berani berjalan
didepan dan sanggup bertanggung jawab.
Dari sebegitu banyak definisi mengenai pemimpin dapat
disimpulkan bahwa pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat,
sikap dan gaya yang baik untuk menguru atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan
sesorang mempengaruhi atau memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai
tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Dari batasan tersebut diatas, dapat diketahui bahwa
kepemimpinan atau memimpin adalah usaha untuk mengerakkan orang lain ataupun bawahan
yang dipimpin, supaya mereka dapat bekerja sama sama menuju tujuan yang
diinginkan bersama dan yang dianggap penting bagi mereka. Jadi. Kepemimpinan
itu dapat timbul kapan saja dan dimana saja, Apabila ada unsure unsure
sebagai berikut :
1.
Ada orang yang
dipengauhin atau anggota, bawahan, pengikut, kelompok orang yang mau diperintah
dan dikomandikan.
2.
Ada orang yang
mempengaruhi atau memimpin, pemberi komando, dan pembimbing.
3.
Ada pengarahan kepada
suatu tujuan oleh orang yang mempengaruhi atau memimpin.
Selain memperhatikan unsure unsure diatas, terdapat
pula tiga hal yang perlu diperhatikan dalam kepemimpinan, antara lain :
1.
Seorang pemimpin harus
dapat mendistribusikan kekuasaanya kepada orang orang kepercayaanya dengan
mengangkat orang orang yang tepat untuk menjadi kepala kepala bagian dalam
perusahaan.
2.
Seorang pemimpin harus
bias memimpin bawahannya agar aktivitas perusahaan berjalan lancer.
3.
Seorang pemimpin harus
dapat menjadi contoh/teladan bagi bawahannya sehingga semua pekerjaan dapat
pelaksanaan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh perusahaa.
B. Jenis Jenis
Kepemimpinan
Dr. George R Terry,
Phd. Mengemukakan
berbagai jenis kepemimpinan yaitu sebagai berikut :
1.
Kepemimpinan personal (personal
leadership type).
2.
Kepemimpinan
nonpersonal (nonpersonal leadership type).
3.
Kepemimpinan otoriter (authoritarian
leadership type).
4.
Kepemimpinan demokrasi
(democratic leadership type).
5.
Kepemimpinan kebapakan
(paternalistic leadership type).
6.
Kepemimpinan bakat (indogeneous
leadership type).
Keith Devis merumuskan 4 sifat
umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara
lain :
1.
Kecerdasan.
2.
Kedewasaan Dan Keluasan
Hubungan Social.
3.
Motivasi Diri Dan
Dorongan Berperstasi.
4.
Sikap Hubungan
Kemanusiaan.
C. Ciri-Ciri Seorang
Pemimpin
Kebanyakan orang masih
cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau
ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan,
daya persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila
kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington,
Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui
bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka
manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
D. Tugas Tugas Seorang
Pemimpin
Menurut pandangan Prof.
Dr, H. Arifin Abdurahman, tugas seorang pimpinan yang utama sebagai berikut :
1.
Mengantarkan
2.
Mendidik
3.
Mengetuai
4.
Memberikan bimbingan
dan pimpinan yang baik
5.
Memelopori
6.
Mengerakkan bawahan.
7.
Memberi petunjuk
Adapun tugas tugas
seorang pemimpin yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Sarwono Prawirojo sebagai
berikut :
1.
menerjemahkan
(menyampaikan) dan merancang serta memimpin pelaksanaan putusan putusan yang
diambil oleh pihak atasan.
2.
Mengatur prosedur dan
tata tertib pekerjaan dari mereka yang bekerja di bawahnya.
3.
Mengawasi kemajuan
dalam pekerjaan dibawah pimpinannya.
4.
Mengatur koordinasi
antara usaha usaha dibawah pimpinannya.
5.
Mempercayaka
(menyerahkan) beberapa wewenag tanggung jawab kepada orang bawahannya.
E. Keterampilan
Kepemimpinan
Ada tiga keterampilan
kepemimpinan, antara lain :
1.
Technical Skills, berarti suatu kemampuanyang dimiliki oleh seorang
pemimpin untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Walupun seorang wirausaha
merupakan pemimpin yang dapat menyuruh orang lain mengerjakan suatu pekerjaan,
namun dia harus mampu melaksanakan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan.
2.
Human Skills, bererti kemampuan untuk bekerja sama dan membangun tim
kerja bersama orang lain.
3.
Conceptual Skills, (keterampilan konsep), berarti seorang wirausaha harus
mampu berfikir dan mengungkapkan pemikirannya dalam bentuk kerangka kerja dan
konsep konsep lain dalam memudahkan pekerjaan.
F. Kepemimpinan Karismatik
Max Weber, seorang
sosiolog, adalah ilmuan pertama yang membahas kepemimpinan karismatik. Lebih dari seabad
yang lalu, ia mendefinisikan karisma (yang berasal dari bahasa Yunani yang
berarti "anugerah") sebagai "suatu sifat tertentu dari
seseorang, yang membedakan mereka dari orang kebanyakan dan biasanya dipandang
sebagai kemampuan atau kualitas supernatural, manusia super, atau
paling tidak daya-daya istimewa. Kemampuan-kemampuan ini tidak dimiliki oleh
orang biasa, tetapi dianggap sebagai kekuatan yang bersumber dari yang Ilahi,
dan berdasarkan hal ini seseorang kemudian dianggap sebagai seorang pemimpin.
MOTIVASI
Motivasi adalah proses yang
menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai
tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah
intensitas, arah, dan ketekunan.
Arti motivasi adalah
alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu.
Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut
memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan
mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam
pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan
semangat, seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki
motivasi yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut
menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami
bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang
mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan
motivasi sama dengan semangat.
Dalam hubungan antara
motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang
berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang
memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen
yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat
mempertahankan usahanya.
A.
Pengertian Motivasi, antara lain:
Menurut Stanley Vance
(1982): Motivasi pada hakikatnya adalah perasaan atau keinginan seseorang
yang berada dan bekerja pada kondisi tertentu untuk melaksanakan
tindakan-tindakan yang menguntungkan dilihat dari perspektif pribadi dan terutama organisasi.
Menurut T. Hani Handoko
(2003): Motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan
Menurut Robert Dubin (1985): Motivasi adalah kekuatan kompleks yang
membuat seseorang berkeinginan memulai dan menjaga kondisi kerja dalam
organisasi.
Menurut Prof. Dr. Sudarwan
Danim (2004): Motivasi adalah setiap
kekuatan yang muncul dari dalam diri individu untuk mencapai tujuan atau
keuntungan tertentu di lingkungan dunia kerja atau di pelataran kehidupan pada
umumnya.
Menurut A. Anwar Prabu
Mangkunegara (2002):
Motivasi adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan
lingkungan kerja.
Dari pengertian-pengertian motivasi yang telah disebutkan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Motivasi merupakan suatu
keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang
untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat
mencapai tujuannya.
B.
Unsur-unsur
Motivasi
1.
Tujuan.
Manusia adalah makhluk
bertujuan, meski tidak ada manusia yang mempunyai tujuan yang benar-benar sama.
Demikian juga sama halnya dengan organisasi. Idealnya semua manusia
organisasional memiliki motivasi tinggi dan ada
kesadaran dalam diri mereka bahwa tujuan organisasi adalah bagian dari tugas
keorganisasian dan juga tujuan hidupnya. Manusia organisasional yang memiliki
motivasi tinggi senantiasa sadar bahwa antara tujuan dirinya dengan tujuan
organisasi sama sekali tidak terpisahkan atau kalaupun terpisah, tidak terlalu
senjang. Sadar bahwa dia membutuhkan organisasi, dan sadar pula bahwa
organisasi membutuhkan dirinya.
2.
Kekuatan dari Dalam Diri Individu.
Manusia adalah insan
yang memiliki energi, apakah itu energi fisik, otak, mental dan spiritual dalam
arti luas. Kekuatan ini berakumulasi dan menjelma dalam bentuk dorongan batin
seseorang untuk melakukan sesuatu dengan baik dan benar. Manusia organisasional
bekerja dalam organisasi semata-mata karena rasa terpanggil untuk berbuat,
tanpa mengingkari ada maksud-maksud yang ingin dicapai dari pekerjaan itu.
Perilaku atau perbuatan sehari-hari dari manusia semacam ini berlangsung secara
rutin, sengaja dan bersahaja.
3.
Keuntungan.
Manusia bekerja ingin
mendapatkan keuntungan adalah manusiawi, meski harus dihindari sikap yang hanya
ingin bekerja manakala ada keuntungan langsung (direct profit) yang akan
diperolehnya. Rasa dekat terhadap kebutuhan, keinginan memperoleh imbalan, rasa
ingin meningkatkan diri dan seperangkat keinginan mencari keuntungan adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan aktivitas manusia. Namun
keinginan untuk mendapatkan keuntungan ini akan menjadi bahaya bagi manusia
organisasional, jika dia bekerja semata-mata karena dilihat dari dimensi
untung-ruginya saja.
C.
Tipe-tipe
Motivasi.
Secara umum motivasi dapat diklasifikasikan ke dalam empat (4)
jenis:
1.
Motivasi
Positif
“Bekerjalah dengan baik! Kalau nanti target keuntungan
tercapai, anda akan diberi bonus.”
Statement ini merupakan bentuk nyata dari inisiatif
membangkitkan manusia untuk mencari keuntungan-keuntungan tertentu. Manusia
bekerja di dalam organisasi jika dia merasakan bahwa setiap upaya yang
dilakukannya akan memberikan keuntungan tertentu. Dengan demikian, motivasi
positif merupakan proses pemberian motivasi di mana hal itu diarahkan pada
usaha untuk mempengaruhi orang lain agar dia bekerja secara baik dan antusias
dengan cara memberikan keuntungan tertentu kepadanya.
2.
Motivasi
Negatif.
“Siapa saja yang sering terlambat datang atau sering
membolos, akan dipotong gajinya.Dengan perilaku seperti itu, jangan berharap
anda akan dipromosikan.”
Ini merupakan contoh motivasi negatif. Motivasi
negatif sering dikatakan sebagai motivasi yang bersumber dari rasa takut,
misalnya, Jika anda tidak bekerja akan muncul rasa takut dikeluarkan, takut
tidak diberi gaji, dan takut dijauhi oleh rekan kerja.
Motivasi negatif yang berlebihan akan membuat
organisasi tidak mampu mencapai tujuan. Personalia organisasi menjadi tidak
kreatif, serba takut, dan serba terbatas geraknya.
3.
Motivasi
dari Dalam.
“Saya bekerja karena terpanggil untuk itu! Ada atau
tidak ada pimpinan di tempat, saya akan tetap bekerja sesuai dengan target dan
tanggung jawab saya!”
Statement ini
mencerminkan kuatnya motivasi dari dalam yang
terkandung pada diri karyawan. Motivasi dari dalam timbul pada diri pekerja
waktu dia menjalankan tugas-tugas atau pekerjaan dan bersumber dari dalam diri
pekerja itu sendiri. Dengan demikian berarti juga bahwa kesenangan pekerja
muncul pada waktu dia bekerja dan dia sendiri menyenangi pekerjaan itu. Manusia
seperti ini jarang cingcong atau menggerutu. Baginya bekerja adalah suatu
kewajiban, bagaikan makan sebagai kebutuhan.
4.
Motivasi
dari Luar.
Motivasi
dari luar adalah motivasi yang muncul sebagai
akibat adanya pengaruh yang ada di luar pekerjaan dan dari luar diri pekerja
itu sendiri. Motivasi dari luar biasanya
dikaitkan dengan imbalan.
D.
Pendorong Motivasi
Motivasi seseorang
sering kali dipengaruhi oleh dua hal berikut.
1.
Seberapa mendesaknya
suatu kebutuhan. Misalnya, kita merasa lapar, namun harus menyelesaikan satu
tugas dengan segera. Kalau kita merasa sangat lapar, kita akan makan. Tapi bila
kita hanya sedikit merasa lapar, kita akan memilih untuk menyelesaikan tugas.
2.
Anggapan bahwa suatu
tindakan akan memenuhi suatu kebutuhan. Misalnya, ada dua kebutuhan yang
mendesak -- keinginan untuk menyelesaikan tugas atau makan. Persepsi tentang
bagaimana kita memandang dua kebutuhan tersebut sangat menentukan mana yang
akan diprioritaskan. Kalau kita berpikir bahwa kita bisa dipecat karena tugas
tidak selesai, kita akan mengorbankan waktu makan siang untuk mengerjakannya.
Sebaliknya, jika kita merasa tidak akan mendapat masalah walaupun pekerjaan itu
tidak selesai, kita akan pergi untuk makan siang.
Orang dapat termotivasi karena kepercayaan, nilai,
minat, rasa takut, dan sebagainya. Diantaranya adalah faktor internal seperti
kebutuhan, minat, dan kepercayaan. Faktor lainnya adalah faktor eksternal,
misalnya bahaya, lingkungan, atau tekanan dari orang yang dikasihi. Tak ada
proses yang mudah dalam motivasi -- kita harus selalu terbuka dalam memandang
orang lain.
E.
Menjadi Motivator yang Baik
Adalah penting bagi
seorang pemimpin untuk mengetahui bagaimana cara memotivasi karyawannya. MM
Feinberg menjabarkan beberapa tindakan yang tidak memotivasi orang
lain.
1.
Meremehkan bawahan.
Tindakan ini bisa membunuh rasa percaya diri dan inisiatif karyawan.
2.
Mengkritik karyawan di
depan karyawan lain. Tindakan ini pun bisa merusak hubungan yang sudah terbina
baik.
3.
Memberi perhatian
setengah-setengah atau tidak memerhatikan karyawan. Kalau seorang pemimpin
tidak memedulikan karyawannya, maka rasa percaya dirinya akan luntur.
4.
Memerhatikan diri
sendiri. Pemimpin yang seperti ini dianggap egois dan hanya memanipulasi
karyawan untuk kepentingannya sendiri.
5.
Menganak emaskan
seorang karyawan. Tindakan ini sebaiknya juga tidak dilakukan, karena bisa
merusak moral karyawan lain.
6.
Tidak mendorong
karyawan untuk berkembang. Kalau karyawan merasa bahwa bos juga ikut berjuang
bersama, mereka akan sangat termotivasi. Informasikan kesempatan yang ada dan
jangan pernah mengekang minat para karyawan.
7.
Tidak memedulikan
hal-hal kecil. Apa yang nampaknya kecil bagi Anda, mungkin saja sangat penting
untuk karyawan.
8.
Merendahkan karyawan
yang kurang terampil. Seorang pemimpin memang wajib menolerir ketidakmampuan
karyawannya, namun harus hati-hati dalam menangani permasalahan yang
ditimbulkan agar tidak sampai mempermalukan karyawannya.
9.
Ragu-ragu dalam
mengambil keputusan. Atasan yang ragu-ragu mengakibatkan kebimbangan di seluruh
organisasi.
Sesungguhnya, cara yang
paling baik untuk memotivasi karyawan adalah melibatkan mereka dalam proses
pengambilan keputusan. Saran, rekomendasi, dan kritik adalah pendorong yang
paling efektif dan sangat memotivasi organisasi yang berani menerapkannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kepemimpinan dan Motivasi
Kepemimpinan dan
motivasi merupakan dua hal yang berbeda, meski memiliki tautan dalam konteks
kerja dan interaksi antar-manusia organisasional. Keith Davis mengemukakan
bahwa tanpa kepemimpinan, organisasi hanya merupakan kelompok manusia yang
kacau, tidak teratur, dan tidak akan dapat melahirkan perilaku bertujuan.
Kepemimpinan adalah faktor manusiawi yang mengikat suatu kelompok bersama dan
memberinya motivasi menuju tujuan-tujuan tertentu, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Ini berarti antara kepemimpinan dengan motivasi memiliki
ikatan yang kuat.
Dari rumusan tadi, keterkaitan antara kepemimpinan dengan motivasi dapat
dianalisis sebagai berikut:
1.
Tanpa kepemimpinan, organisasi tidak lain adalah sekelompok manusia yang
kacau.
Manusia organisasional,
baik dalam kapasitas masing-masing dan terutama sebagai anggota kelompok, dituntut
dapat memacu upaya pencapaian tujuan organisasi yang sekaligus bagian dari
tujuan dirinya. Kehadiran pemimpin memungkinkan manusia organisasional
dimotivasi untuk dapat bekerja secara efektif dan efisien. Kelompok dengan
sistem yang kurang padu dapat menurunkan produktifitas organisasi. Atas dasar
itu, manusia organisasi perlu diarahkan dan dimotivasi oleh pemimpinnya agar
dapat bekerja secara efektif dan efisien, dengan akuntabilitas tertentu.
2.
Kepemimpinan berkaitan
dengan kepengikutan.
Kepengikutan (followership)
adalah bagian yang paling dalam usaha melahirkan perilaku organisasi yang
sesungguhnya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa pada hakikatnya kepemimpinan
adalah kepengikutan (leadership is follower). Istilah ini adakalanya diberi
makna luas, bahwa pemimpin yang baik dihasilkan dari pengikut yang baik.
Manusia pengikut di sini tidak dapat dipersepsi sebagai robot, Melainkan mereka
adalah manusia biasa yang memiliki perasaan, kebutuhan, harapan, dan aspek
manusiawi lainnya. Tanpa pemahaman terhadap aspek-aspek manusiawi yang
dipimpin, kepemimpinan akan gagal.
3.
Kepemimpinan mengandung arti kemampuan
memotivasi.
Kompetensi bawahan
antara lain tercermin dari motivasi kerjanya. Dia bekerja disebabkan oleh dua
kemungkinan, yaitu benar-benar terpanggil untuk berbuat atau karena diharuskan
untuk melakukan tugas-tugas itu. Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi manusia
dalam bekerja, antara lain bahwa manusia mempunyai seperangkat kebutuhan, mulai
dari kebutuhan yang paling dasar (biologis) sampai kepada taraf kebutuhan
paling tinggi, aktualisasi diri. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi
kerja seseorang adalah gaya kepemimpinan. Dengan demikian,
kepemimpinan dapat pula berarti kemampuan memberi motivasi kepada
bawahan.
Motivasi adalah
perpaduan antara keinginan dan energi untuk mencapai tujuan tertentu.
Memengaruhi motivasi seseorang berarti membuat orang tersebut melakukan apa
yang kita inginkan. Karena fungsi utama dari kepemimpinan adalah untuk
memimpin, maka kemampuan untuk memengaruhi orang adalah hal yang penting.
Rahasia utama
kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaannya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
sealalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan
sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri sesorang. Kepemimpinan lahir
dari sesorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal.
B.
Saran
Sangat diperlukan
sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia dan motivasipun begitu.
Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan, paling tidak untuk
memimpin diri sendiri. Jika saja Indonesia memiliki pemimpin dan motivasi
yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita
tergantung dari pemimpin. Pemimpin memimpin pengikut mengikuti jika pemimpin
sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi
mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita.
Maikin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Ardana, Komang; Mujiati, Ni
Wayan; Ayu Sriathi, Anak Agung. Perilaku
Keorganisasian. 2009. Yogyakarta. Edisi ke-2. Graha Ilmu. xii=208 hlm, 1
jil. : 23 cm.
Arifin, Syamsul. Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan.
2012. Jakarta. Mitra Wacana Media. 1 jil, 17 x 24 cm.
Davis, Keith. Jhon W.
Newstrom. Perilaku dalam Organisasi. 1985.
Gelora Aksara Pratama.
Hasibuan, Malayu. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. 2014.
Jakarta. Bumi Aksara.
Masmuh,Abdullah. Komunikasi Organisasi dalam prespektif Teori
dan Praktek. 2010. Malang. Cet. 2. xvii, 322 hlm, Tab, 15 cm.
Muhammad, as-Suwaidan Thariq,
Faisal. Melahirkan Pemimpin Masa Depan. 2005.
Jakarta. Gema Insani Press.
Rivai,Veithzal. Kiat Memimpin dalam Abad ke-21. 2004.
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Solihin,Ismail. Pengatar Manajemen. 2009. Jakarta.
Gelora Aksara Pratama. Erlangga.
Wibowo. Perilaku dalam Organisasi. 2014. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Wirawan. Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian.
2013. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Tim Olah Naskah 2010, LKS Kewirausahaan
untuk SMK untuk kelas X semester 1 dan 2. Jakarta Selatan: CV. Graha Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar